megamendungkelabu

Senin, 26 September 2011

Perjalanan gokil dua pemuda labil

Si jojo berteriak blingsatan ketika kami mulai menaiki sebuah tanjakan di wilayah Piyungan, Yogyakarta. Jalan pegunungan dengan sudut curam itu kurasa cukup menyiksa baik batin maupun lahir untuk sebuah sepeda motor Astrea Grand. Kuralat bukan hanya menyiksa, kurasa si Jojo sudah mengalami sakratul maut tingkat dewa. Si jojo adalah sepeda motor lawas tahun 90-an, lengkap dua spion dengan engsel hancur, rem hampir rusak, dan tentu saja jok hitam sekeras pantat monyet. Malam itu aku dan kawanku bernama komplet anang siliKon terdampar di sebuah hutan rimbun didaerah Piyungan, Yogyakarta. Saat itu kurasa jam 1 malam, hanya orang ganteng dan labil yang nekat menyebrangi hutan di daerah perbukitan nan seram tersebut. Orang ganteng itu adalah aku, dan orang labil itu adalah si silicon. *mujix langsung dicemplungin jurang sama si silicon


Ide untuk melancong ke pantai itu sangat tidak terduga, sabtu sore aku tengah mengerjakan storyboard buat animasi “NIBIRU”, sebuah film kartun pendek dari novel berjudul NIBIRU DAN KESATRIA ATLANTIS. Sore aneh itu semua job telah terselesaikan dengan gemilang di padepokannya Arum. Total ada 10 scene dengan hampir 30 shot. Pekerjaan itu telah selesai, aku yang dilanda kejenuhan itu segera menyusul arumania yang tengah salto sambil ngobrol sama om Iyok di beranda. Segera saja aku duduk dan berbincang mengenai kesibukan, kesibukan, dan kesibukan. Tema sedikit bergeser, setelah membicarakan job dan kegalauan dimalam minggu tiba-tiba si arum mengingatkanku tentang hutang untuk melancong ke pantai. Ya, sebuah hutang yang belum terealisasikan sejak Job animasi TIMUN EMAS.


Sedikit kembali kemasa lalu, masa dimana aku tengah mengerjakan proyek animasi TIMUN EMAS dan mengurus pameran kompilasi 4 PENJURU. saat itu aku bersumpah akan segera pergi kepantai apabila semua pekerjaan itu kelar. Dan hari ini adalah 4 bulan semenjak sumpah tersebut aku ucapkan dengan penuh penghayatan. Aku segera saja sms si silikon, untuk mengejaknya cabut ke pantai. Oke, aku singkat saja, Jam 7 malam dia datang ke padepokan, dengan wajah kucek mesum dan sok ganteng seperti biasanya dia menyalami para dedengkot padepokan, malam itu cukup ramai, ada mujix, arum, pak iyok, slamet,dan (fotonya) nikita willy, ah yang terakhir sangat tidak penting sekali. Si silicon hanya bengong ketika kuajak kepantai, kurasa dia mulai bingung dengan kelabilanku.


Entah kerasukan arwah jin mana, mendadak makhluk ajaib berambut kribo itu tiba-tiba saja mengigau nyidam pengen ke pantai. Ya, kurasa detik itu virus labilku mulai kumat, tenang saja tidak akan menular kok. Tidak pernah ada berita virus labil menyebabkan ganteng dan berakibat kematian. Kecuali ketika labil kalian khilaf makan obat nyamuk di campur bensin:D


Aku dan anang mulai meninggalkan padepokan pada pukul jam 8 malam, kami mampir ke kost kentingan dahulu. Disana aku segera menyiapkan apa saja yang harus aku bawa untuk perjalanan jauh. Jaket berwarna hijau, kupluk hitam khas pencoleng truk gandeng, seperangkat alat mandi semisal sabun cair, shampo, ponds, sikat gigi, kamera digital pinjaman, uang tunai sebesar 200 ribu, antangin rasa mint khusus flu, hape nokia 6070, charger dekstop, akua, roti, apa lagi ya? Oh iya tentu saja helm embatan berwarna biru kesayangannya mujix.


Si anang mulai menggenjot si jojo dengan penuh nafsu, sepanjang perjalanan ke arah kota Yogyakarta yang ada hanya obrolan tidak jelas dan makin absurd. Si silikon bercerita panjang lebar mengenai banyak hal tentang cinta, walau banyak hal namun apabila dirunut secara kata maka semua kalimat akan didominasi kata “dedex”, untung saja Tuhan menganugrahi aku mental yang kuat. Andaikata kalian menjadi aku, mendengarkan kata “dedex” dengan kecepatan setara promosi sales penjual alat-alat kesehatan, niscaya sampai di pantai kalian berevolusi menjadi kodok kermit dari program SESAME STREET. Aku lebih suka membicarakan lemon tea, sebuah komik tolol tentang cinta yang entah kapan akan selesai.


Ada aja yang bisa di tertawakan dari lemon tea, entah itu kebodohanku dalam memahami perasaan wanita ataupun kenekatanku dalam mengalihkan perasaan galau menjadi sebuah (insyaallah) maha karya yang sangat puitis. Percayalah kawan, kalian akan melihat sebuah kisah cinta yang sangat serius dan romantis dalam komik ini. Nama-nama seperti popok dan sanasuke aku bicarakan dengan seru untuk mengusir hawa dingin kota Klaten. Tema-tema obrolan masih seputar wanita dan cinta, jiah tema yang sangat unyu-unyu. Walau muka kami tidak semuda anak SMA namun tidak menjadi halangan untuk membicarakan cinta... ceilah galau


Satu hal yang luput kami bawa ketika perjalanan itu adalah slayer. Aku tidak menyangka ternyata debu-debu dari truk antar kota antar provinsi itu membuatku terbatuk-batuk hingga hampir mampus, belum lagi jok keras-nya si jojo, pantatku mendadak bertambah tebal 5 cm. kalo suatu saat kalian membutuhkan talenan atau papan cucian yang berkualitas tinggi, silahkan telfon saja aku, pantatku akan aku hibahkan dengan penuh keikhlasan. Masalah slayer itu aku sadari ketika kami sedang mengistirahatkan si pantat di alun-alun Klaten.


Tempat itu sangat ramai, banyak kecebong (kelompok cewek dan bocah gondrong) dan anak-anak gaul (gagal gaul) sedang nongkrong di setiap sudut pinggir jalan. Ah.. aku kadang sering berpikiran sinis tentang mereka, pertanyaan sok bijak seperti, apakah dengan mereka bergerombol membicarakan sesuatu yang entah apa itu mereka akan menjadi pemuda yang sukses? Bagaimana mereka merencanakan kematangan masa depan mereka? Seberapa besarkah perhatian orang tua mereka untuk menjalani hari ini dengan tanggung jawab? Sial sepertinya tidak ada waktu untuk membicarakan itu, lebih baik aku membicarakan pantatku ini yang mulai sedikit kecapekan gara-gara menunggangi jok kerasnya si jojo.


Perjalanan kami lanjutkan kembali, masih bersama duo ajaib kak mujix dan om anang silikon. Tak terasa lokasi kami telah berpindah di daerah jantungnya kota Yogyakarta, yaitu diwilayah Tugu. Aku baru sadar ternyata tempat itu sangat ramai, banyak ababil, dedek-dedek mumumu, dan om om salah gaul (kecuali mujix tentunya, dia gabung dalam partai PGS (PARTAI GANTENG SEJAHTRA)) pada nongkrong disana. Aku segera saja duduk mengistirahatkan mataku yang kecapekan gara-gara debu kendaraan, aku memilih kursi dekat penjual bakso dan wedang ronde. Aku sangat membenci kota Yogyakarta, atau yang lebih sering disapa kota jogja. Kebencian ini sebenarnya sangat personal, kebencian yang tidak aku ungkapkan di sini. Sorry guys, it’s too private for this post.



~MUJIX DAN TUGU~



Setelah beristirahat sejenak, aku segera berlari kesurupan menuju tugu. Sebuah menara berwarna putih di tengah perempatan jalan besar tepat di tengah jantungnya kota Yogyakarta. Tugu itu sepertinya memiliki hawa mistis yang membuat wisatawan mendadak labil ingin mengambil foto disana. Aku ralat, sepertinya bukan masalah hawa mistis ataupun aura gaib apapun. Sepertinya hawa mistis itu adalah pengaburan nafsu pengen ngeksis di facebook. Aku berani taruhan, 90% hasil foto mereka esok harinya pasti sudah menyebar dengan gila di jejaring sosial masing-masing.


Aahh.... jejaring sosial facebook, sebuah dunia aneh bin semu yang membuatku makin yakin ada program aneh dari kaum illuminati dan paganisme. Kalian tahu maksudku bukan? Ah, lupakan saja soal paganisme ataupun illuminati, aku juga ingin foto-foto dong :D aku kadangkala sering berpikiran aneh tentang tempat bernama tugu tersebut. Bukankah tempat itu sangat potensial merenggut nyawa wisatawan, bayangin aja ketika kamu tengah berpose sok ganteng tiba-tiba muncul mobil avansa menyambar sang fotografer, hehehe.


~SI SILIKON DAN TUGU~




Jam 2 malam aku dan anang meluncur ke arah Malioboro, sebuah pendestrian termasyur di kota Yogyakarta. Malam itu agaknya cukup sepi di kawasan perberlanjaan, aku hanya melongo saja membandingkan situasi tesebut pada siang hari. Cukup lengang, hanya cowok setengah cewek, pemuda labil, dan om-on girang yang keluar jalan-jalan pada malam hari. Dan kami salah satunya dari 3 katagori tersebut.


Ketika sanpai di permpatan besar kantor pos, aku di kejutkan oleh sebuah baliho besar bergambar calon walikota. Perduli setan dengan visi-misi mereka, yang aku perhatikan adalah foto salah satu kandidat dengan nomer urut 2. Foto itu menampikan wajah om-om ganteng yang nyengir labil dengan brewok ala lelaki sejati. Sebuah muka ajaib yang mengingatkanku akan sesosok programer Festival Film Solo 2011, ya ada seorang Bayu Bergas di baliho tersebut. Setelah tertawa ngakak sambil guling-guling akhirnya aku memfoto gambar tersebut untuk kenang-kenangan (atau setidaknya bisa aku perlihatkan pada mas Bayu Bergas :D). Semoga saja calon walikota tersebut suatu saat akan bertemu dalam suasana penuh haru dengan mas Bayu Bergas (kali aja dia saudara kembarnya). kapan ya bisa ngobrol dengan mas brewok itu? Hehehe



~MANA MAS BAYU BERGAS?~




Aku dan anang meninggalkan tugu pukul jam 3 pagi, setelah muter-muter gak jelas akhirnya kami memutuskan langsung cabut ke pantai Baron. Sebuah tempat yang jaraknya sama antara solo-jogja, aku juga sudah pemanasan, loncat-loncat kayak kodok nginjek paku buat mempersiapkan pantatku yang mulai kedinginan. Yeah kami dan si jojo melaju dengan ganas menembus kota yogya yang makin panas, menanggugkan mampir ke sarkem, melewati sayidan, menembus daerah gunung kidul, Tema-tema obrolan masih seputar wanita, cinta, dedex, sanasuke, popok, dan lemon tea.


Saat itu aku masih asik aja ngobrol ngalor ngidul gak jelas. Hingga akhirnya si silikon berkata

Si silikon: “jik, sepertinya kita nyasar deh...”
Deg, aku kaget, dia bilang nyasar,sar,sar,sar.....

Si silikon: “tapi menurut intuisiku kita harus mengikuti jalan ini hingga mentok”
Mentok? Mentok kemana? Aku takut kalo kita mentok tersesat sampai di kota Seoul, Korea, bagaimana kalo bertemu Seohyoen SNSD? Apakah dia tidak akan shock melihat sesosok cowok kribo nyasar dari Tugu jogja tiba-tiba mentok sampe Korea. Gak mungkin banget kan....


Si silikon: “bego, lu ngigo jix. Nyasar paling banter di wonosari”
Aku tersadar, jogja dan korea itu dua tempat yang berbeda. Tidak mungkin bertemu Seohyoen SNSD, mentok bertemu dengan monyet berpantat tebal di hutan daerah Gunung Kidul.

Si silikon: “udah, kagak usah takut gitu, pokoknya kita harus mencari papan penunjuk ke daerah Piyungan. Kita pasrahin nasib kita pada Tuhan dan si jojo”


Tuhan.... ampunilah dosaku, maaf kalo kemarin sholat isya’nya aku masih suka kepikiran lemon tea dan dedek nikita willy. Jojo... kumohon jangan ngadat di tengah jalan, aku tahu kalo kami sangat kejam, memaksamu bersimbah keringat dan darah (sejak kapan si jojo berubah menjadi kuda nil) untuk memenuhi nafsu bejat kami ke pantai. Jojo aku janji si anang akan menservismu setelah kita menyelesaikan petualangan ini (kamukan motornya anang, jadi biar dia yang memperbaiki kerusakanmu ).


Si silikon: “fuuuh, sepertinya kita gak jadi nyasar jix, tuh papan penunjuk ke piyungan” kata anang sambil menujuk ke sebuah benda berwarna biru dengan tulisan “PIYUNGAN”.

Uoooh.. aku surprise, langsung ada niat joget sambil kayang, namun aku urungkan niat absurd itu. Aku tidak ingin besok di surat kabar seluruh jogja bertuliskan HEADLINE : “SEORANG COWOK KRIBO GANTENG TEWAS MENGENASKAN GARA-GARA JOGET SAMBIL KAYANG DI ATAS MOTOR YANG TENGAH MELAJU KENCANG”.


Kami mulai memasuki kawasan piyungan, sebuah daerah menanjak dengan berbagai hutan di sekelilingnya. Si jojo berteriak blingsatan ketika kami mulai menaiki jalan dengan sudut cukup curam di wilayah piyungan, Yogyakarta. Jalan pegunungan dengan sudut curam itu kurasa cukup menyiksa baik batin maupun lahir untuk sebuah sepeda motor Astrea Grand. Kuralat bukan hanya menyiksa, kurasa si Jojo sudah mengalami sakratul maut tingkat dewa (ini kan copy paste paragraf awal, bego. Nyemplung laut sana). Aku khawatir, gelisah, soalnya sering tahu si jojo suka ngambek ketika dia perjalanan ke Simo, kami sering menuntunnya kala si jojo suka macet di ujung jalan di perempatan kampungku. Kalo si silikon bilang sih di desaku emang tidak ada tempat untuk ancang-ancang.


Alhamdulilah, si jojo malam itu friendly banget, dia tidak ngambek sama sekali, kadang kala merajuk itupun hanya minta bensin untuk melepas dahaganya. Kami sempat berhenti sejenak di sebuah trotoar pinggir jurang di perbukitan piyungan. Aku kaget, ada spot yang sangat keren disana. Di tempat itu kami mengistirahatkan si jojo, aku kemudian melepas helmku dan membuang pandanganku ke segala arah.


Keren, Terlihat lampu-lampu bertebaran di bawah sana, seperti replika gugusan bintang yang ada dilangit. Angin malam itu juga berhembus cukup pelan, damai tanpa suara. Aku menatap lampu-lampu kecil itu dengan penuh ketakjuban, sebuah pemandangan indah yang sangat jarang aku temui dimanapun. Aku terdiam cukup lama saat itu, sayup-sayup terdengar gesekan daun-daun di terpa angin, suasana yang menyenangkan. Sepertinya kita harus bergegas, masih ada pantai di ujung perjalanan ini, pantai semu yang belum pernah aku datangi.


Perjalanan dari piyungan sampai pantai baron terasa cukup sepi, kita menembus berbagai jenis hutan lebat, jalan yang berkelok-kelok. Tak terasa kita mulai memasuki kawasan pantai baron, kurasa saat itu jam 4 pagi. Masih sangat lengang dan sepi, perlahan-lahan tercium aroma laut. Bau asin khas garam dapur itu membuat darahku bergejolak,sudah lama aku tidak mengunjungi laut. Ingatanku akan pantai adalah ketika aku dan beberapa kawan mengadakan refresing di sebuah pantai di wonogiri. Kala itu kami mendirikan tenda sederhana dilanjutkan pesta ikan bakar sepuasnya. Sesampainya di pantai baron, langit masih gelap, waktu beranjak subuh.



Aku memandang sekeliling kawasan wisata itu dengan penuh antusias. Terlihat banyak warung makan di buka 24 jam, produk-produk praktis semacam aqua, sprite, mizone, berjejer dengan rapi di meja beralaskan kain kotak-kotak. Beberapa orang tua tertidur di samping sepeda motor lawas, mereka memakai sarung kucel untuk menghalau hawa dingin yang kian menusuk.


~DUO LABIL GAK JELAS~



Kami istirahat di salah satu warung tak jauh dari mushola, tak lama kemudian terdengar suara adzan subuh. Suasana yang cukup dramatis, adzan subuh di balut berai angin memecah debur ombak di pagi hari buta. Setelah wudhlu dan sholat subuh akhirnya aku memutuskan untuk pergi menuju pantai, saat itu semuanya masih temaram. Tak terlihat apapun kecuali kilatan laut berwarna putih yang terpantul sinar rembulan, aku bergegas menuju ke arah laut. Pijakanku terasa makin berat, yeah aku sampai di tepi pulau jawa.


Semuanya mendadak mulai terang benderang, perlahan-lahan terlihat banyak benda disana. Kapal nelayan berwarna biru, pasir pantai, batu karang di samping tebing yang curam, dan tentu saja laut berwarna putih. Hidupku di Sebuah pagi baru mulai bersenandung di pantai itu. Aku loncat-loncat girang, anang mulai lari-larian senang, kami berdua mungkin terlihat seperti pasangan homo labil yang disorientasi tujuan hidup. Namun percayalah, aku dan dia hanya sebatas teman biasa, aku masih memegang kendali penuh akan rasa cinta:D


Aku memandang kesemua arah, tak disangka di belakangku ada sekelompok bapak-bapak jamaah sholat shubuh tadi pagi. Kami akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan mereka.


~Sekelompok bapak-bapak jamaah sholat shubuh~



Di tempat itu kami mulai berjalan menuju ke arah perbukitan, ada tangga dari kayu yang disusun dengan rapi menuju ke arah puncak bukit. Aku ingat disamping tangga pintu masuk terdapat sebuah gelas kecil bertuliskan tarif 1000 rupiah, ceileah oke deh aku bayar. Uang segitu tidak sebanding dengan kesenangan yang kudapat pagi itu. Aku menaiki tangga tersebut dengan semangat, sama semangatnya seperti pengantin baru yang menaiki bahtera rumah tangga (perbandingan yang aneh jix).


~ATAP KEREN DI TENGAH JALAN MENUJU PUNCAK BUKIT~



Setelah berjalan beberapa menit akhirnya aku sampai di puncak bukit, wuoah.... gila di depan mataku terbentang laut selatan yang sangat eksotik, hampir pandanganku hilang di telan cakrawala. Aku terdiam sejenak menikmati suasana tersebut, di sampingku terdapat tebing lengkap batu karang bergerigi tajam, kalo ada kawan yang berniat bunuh diri, tempat itu sangat layak di coba XD setelah berfoto labil gak jelas aku dan anang memutuskan untuk istirahat di puncak bukit tersebut.


Pikiranku sudah berteriak dengan sangat lantang, aku lega sekali. Si anang diem aja sok romantis memandang jauh kedepan, aku khawatir dia akan berpuisi sambil nyemplung ke jurang sambil meneriakan kata “DEDEEX AI LAAAP YUUUUUUU!!!!” untung saja kejadian itu hanya ada di otak seorang komikus berambut kribo, dia tidak berpuisi, tidak pula berteriak dedex, apalagi pake acara nyemplung bebas ke arah jurang. Alhamdulilah ya pemirsa itu sesuatu banget pikirku via syahrini


Pada pukul jam 7 pagi kami segera turun dari puncak lewat tangga, aku tidak punya cukup nyali untuk turun bebas nyemplung lewat jurang curam tersebut, maaf kepalaku tidak sekeras jok-nya si jojo soalnya. Aku juga masih memiliki lemon tea, komik maha galau yang belum aku selesaikan. Kami segera mencharger hape dan baterai kamera di mushola. Pukul 9 tepat kami segera memacu si jojo melaju ke pantai sundak, pantai keren tidak jauh dari baron. Suasana minggu pagi sangat terasa kala itu, aku kadangkala memejamkan mata merasakan angin yang berhembus, memandang langit biru khas hari libur, dan sesekali aku memicingkan mataku untuk sekedar mengamati ranting-ranting pepohonan di sekitar pantai. Kita tiba di sundak di pertengahan siang, aku segera saja melepas sepatu dan jaket hijauku. Aku langsung lari-larian labil menyusuri pantai, iya aku gila melihat pasir putih dan suasana asik tersebut.



~PAPAN LOKASI SUNDAK~




~PENCETUS SILIKON'S WAY~



~MUJIX LABIL LARI-LARIAN DI PANTAI~


Setelah puas berlari kayak orang gila kehabisan obat, aku segera nyemplung ke pantai. Aku bertemu banyak makhluk disana, ada patrick si bintang laut (sayangnya doi telanjang kagak bercelana bercorak bunga), ada tuan kreb si kepiting (aku segera saja memegang dompetku dengan sangat erat, kali aja ntar dia nyopet sambil bilang “UANG, UANG, UANG”) ada juga si ubur-ubur. Sayang si sponsbob dan squidward tidak kelihatan pagi itu, padahal aku sangat terobsesi untuk memencet hidungnya si squid :(


~KOMIKUS KRIBO NAN GALAU *kasihan^^~

Pukul 12 siang kami memutuskan untuk kembali ke Solo, kembali ke medan pertempuran. Dalam perjalanan tidak jelas itu aku mendapatkan banyak pemahaman dan pengalaman baru.


~SI JOJO DAN PEMILIKNYA~

Pesan moralnya adalah “bahagiakanlah dirimu sendiri sebelum membahagiakan orang lain”. Hutang-hutang kecil dimasa lampau kadang kala menjadi sandungan kecil yang membuat kita enggan melangkah lebih maju, perjalanan labil seperti inipun tidak akan pernah aku sesali.



~FOTO BERDUA *dengan tema kami bukan hombreng~



Aku tersadar teryata Tuhan ada dimanapun, di hutan daerah Piyungan, di pantai Baron dengan lautan luas, bahkan di urat REM dan mesinnya si Jojo, andaikata Tuhan tidak merestui perjalanan tersebut bisa saja Dia mencencelnya di awal perjalanan.

So... intinya syukuri aja apa yang ada,kamu yakin semuanya mestakung, semesta mendukung kok :)
Keep in touch, Still writing dude :D





Mujix
horeee, lemon tea makin kacau gara-gar
nungguin revisi dari NIBIRU
Solo-Jogja 18 September 2011

Label: