megamendungkelabu

Sabtu, 21 April 2012

22 April 2012

Aku pertema kali mendengar namanya ketika kelas 2 SD dipelajaran kesenian. Rambutku tentu saja masih keriting (kalo rambutnya lurus berarti itu bukan Guwe, anak tetangga kali), masih unyu-unyu (tentu sajah) , masih suka di pukul pake bambu sama pak Bambang (doi guru SD akkuh yang cukup killer), dan tentu saja masih suka meledek ingus adik temanku yang suka meler membentuk angka 11. Dulu aku tak terlalu berpikir berat tentang dia, oooh dia toh, kayaknya aku pernah melihat dia deh, ya seperti itulah. Aku menyanyi di pelajaran kesenian itu berulang-ulang menyebut namanya sambil memikirkan hal lain yang dulu kurasa lebih penting. Suaraku yang kayak bebek kejepit pintu garasi melengkapi keunyuanku di kelas kesenian, aku lupa tentang apa yang kupikirkan saat itu (yang pasti gak mikirin Nikita Willy atau Anisa Ceribel). Namun andaikata boleh menebak, pasti aku memikirkan agar segera kelas kesenian ini berakhir dan segera cabut ke rumah untuk membaca Majalah Bobo terbaru (yang aku dapat dari Bogor, upeti wajib dari ortu ketika mereka pulang saat lebaran). Ya, ya, ya, aku menyanyikan nama dia tanpa tau siapa dia sebenarnya.

***

Beberapa tahun telah berlalu, kali ini aku telah duduk di meja kelas 4 SD. Ketika nenekku sedang ribet, beliau menyuruhku membelikan bubur daun pisang di tempat Bu Wakinem. Nenekku setiap pagi membuat rengginang (makanan yang berasal dari ketan yang di jemur di terik matahari dan kemudian di goreng itu tuuuh), ketan seakan-akan menjadi menu sarapan wajib buat Mujix. Kadangkala bosen juga makan ketan, makanya beliau membelikan bubur daun pisang. Rumah Bu Wakinem jaraknya hanya beberapa puluh meter dari rumahku, setiap pagi aku pergi kesana dengan berjalan kaki, menikmati angin yang sepoi. Nah di pagi yang damai itu, nenekku memberikan uang sepuluh ribuan lecek untuk membeli bubur, selama perjalan, aku mengamati uang tersebut dengan sangat semangat. amboiiii, ada wajah keibuan pake sanggul dengan senyum penuh keanggunan mirip senyum ibuku. Hihihi, aku tertawa kecil. Aku ingat, saat kelas 2 SD aku pernah meneriakkan namanya di kelas kesenian, Lucu sekali, pagi itu aku baru mengetahui nama dan wajahnya saja.

***
Namanya Pak Ratmo, dia guru full timeku di kelas 4 SD. dia menjelaskan perihal nama wanita yang dulu kuteriakkan dengan lantang di pelajaran kesenian dan wajah yang muncul di uang sepuluh ribuan tersebut. di pelajaran itu aku mengetahui beberapa hal, dia adalah sosok yang cukup keren, cukup keren karena wanita tersebut berada di buku Ilmu Pengetahuan Posial yang murid SD seantero Indonesia membaca kisah heroiknya. Dia adalah sesosok wanita yang mengubah Indonesia, dia yang berusaha mewujudkan harkat martabat wanita melalui benda yang bernama ‘emansipasi’. Saat itu aku masih belum paham apa itu ‘emansipasi’, bagiku, ‘emansipasi’ adalah nama spesies hewan langka yang harus di lindungi oleh negara. Ya, saat itu aku berpikir ‘emansipasi’ adalah sesuatu benda ganjil yang layak untuk di pertahankan, dan dicintai. Seperti kita mencintai Anoa, Komodo, dan badak bercula satu. Aku memperhatikan dengan seksama cerita tentang wanita keibuan pake sanggul itu dengan seksama, walau kadang teralihkan oleh kumis tebal Pak Ratmo yang mirip pisang goreng berjejer menunggu untuk disantap. Hebat, wanita itu mengubah indonesia melalui spesies hewan langka yang harus di lindungi bernama ‘emansipasi’. Wuidiiiih...


Beberapa tahun berlalu dengan sangat cepat, aku melupakan wanita wajah keibuan pake sanggul dengan senyum penuh keanggunan mirip senyum ibuku. Oke aku ralat sedikit, daripada melupakan lebih tepatnya aku tidak perduli dengan wanita itu. Saat ini Senyum namun anggun itu tersebut telah di berganti dengan sesosok om-om bermuka serius dengan kumis tebal mirip Pak Ratmo guru SD-ku dulu. Ya kalian benar, uang sepuluh ribuan telah di tarik dari peredaran, Terlalu banyak perubahan kurasa. dulu dengan uang uang sepuluh ribuan lecek dengan gambar wanita keibuan pake sanggul, kalian dapat membeli komik Dragon Ball 5 buah. Sekarang dengan uang sepuluh ribuan dengan gambar sesosok om-om bermuka serius dengan kumis tebal, kalian hanya dapat menyewa komik Dragon Ball 3 buah. Oke, hanya menyewa. Untuk membeli 1 buah komikDragon Ball, kalian harus mengundang sesosok kakek-kakek berjenggot panjang berkulit coklat, itu pun harus dua orang kakek-kakek. Lengkap sudah uang kalian terkumpul Rp.20.000 dan segera saja minggat ke toko buku terdekat. Mungkin ketika sampai dikasir, dan menengok dan menatap mata para pahlawan di uang tersebut. mereka akan berkata “Nak, perjuangan kami untuk Indonesia hanya sampai di meja kasir dan kantong tebal para pencuri di Indonesia”. 

***
Hari ini adalah hari dimana seluruh wanita di Indonesia layak untuk berbangga hati, menyombongkan diri juga boleh. Gpp, wanita wajah keibuan pake sanggul dengan senyum penuh keanggunan itu tidak akan marah dengan kalian. Sekedar informasi saja, wanita itu tadi pagi membangunkanku dengan senyum manisnya dan berkata bahwa dia ingin bercerita tentang banyak hal melalui tulisanku. Saat ini dia di belakangku, memegang pundakku dan kadang kala tersenyum geli melihatku menulis. Iya deh, tulisanku emang acak adut, gak jelas, suka terbang kemana-mana, aku tahu dia memang cewek cerdas, namun mbok ya jangan gitu. Kurasa dia menertawakan semua kosakataku yang acak adut, amburadul, dan sebagainya. ilmu yang dia dapat dari surat-menyurat dengan kawan-kawannya di eropa bisa menelanjangiku sekarang juga. Arrgh... bentar mbak, tak kelarin dulu tulisan tentangmu ini

Mbak-mbak di belakangku yang tertawa geli ini benar-benar haus akan ilmu, dahulu dia terjebak di sebuah sistem priyayi yang membuatnya tetap harus berada didalam rumah. kecerdasannya berasal dari surat menyurat dengan banyak kawannya di eropa, dia mengeluhkan tentang banyak hal mengenai hak wanita pribumi di tanah jawa. Yaah, kurasa kalian sudah bisa menebak siapa gerangan mbak-mbak yang kuceritakan kali ini, Kalian masih ingat dengan spesies hewan langka yang harus di lindungi bernama ‘emansipasi’, oke deh, benda itu bukanlah spesies hewan langka. Kalian boleh menjitakku sekarang (khusus yang cewek boleh menciumku kalo kalian mau). Secara garis besar emasipasi adalah pembebasan dr perbudakan atau persamaan hak dl berbagai aspek kehidupan masyarakat (spt persamaan hak kaum wanita dng kaum pria). Yup, ternyata memang bukan hewan langka, pengertian itu baru aku ketahui jauuuuh setelah aku berumur 21 tahun, dan menjadi mahasiswa ganteng yang doyan baca buku sambil salto. Saat itu aku sedikit paham tentang dia, tentu saja bukan hanya nama, wajah atau spesies hewan langka yang harus di lindungi bernama ‘emansipasi’, lebih dari itu kawan. Feminisme, persamaan gender, humanisme, sistem patriaki dan kesetaraan hak sangat akrab ketika kita memperbincangkan dia. wajah keibuan pake sanggul dengan senyum penuh keanggunan mirip senyum ibuku ternyata tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja, melainkan adalah tokoh nasional; artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya.

***

Sekarang kurasa kalian bisa menebak, siapa yang aku tulis di postingan ini. Mbak-mbak yang cekikikan di belakangku ini juga sudah memperbolehkan menuliskan namanya. Maaf ya mbak , kalo saat kelas 2 SD aku teriak-teriak labil di kelas kesenian saat menyanyikan lagu tentangmu, maklum deh namanya juga masih SD mbak, sori juga kalo saat kelas 4 SD perhatianku lebih fokus ke sepasang kumis yang mirip pisang goreng itu daripada mendengarkan cerita tentangmu, namun percaya deh, gara-gara uang sepuluh ribuan yang dititipin nenek aku jadi tahu satu hal, senyummu itu ternyata menyiratkan sebuah tujuan yang sangat super duper kereeen, oh ya soal hewan langka itu anggap aja igauan mujix kecil yak. Hahaha... Nama wanita wajah keibuan pake sanggul dengan senyum hambar penuh keanggunan mirip senyum ibuku adalah Anisa Ceribel..

Hening

Mujix langsung di keplak pake sandal, maaf, maaf, namanya bukan Anisa Ceribel ding, si mbak-mbak yang tadi cekikikan di belakangku sekarang malah mrengut bin cemberut.
Namanya Raden Ajeng Kartini.
Okey, sudah selesailah tulisan kali ini.

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini

Apah? Apah? Dia ngomong sesuatu...

“panggil aku Kartini saja” kata mbak-mbak itu sambil tersenyum melihatku merampungkan postingan ini dengan sangat gaul dan unyu, unyu.
 Dia kemudian lenyap, Selamat hari kartini semuaaah:)



Mujix ganteng abis potong rambut
karena trauma dengan horornya
potong rambut di madura
dia nekat motong rambutnya sediri pagi ini
Solo, 21 April 2012