All Iz Well!!
Manusia
terlahir tanpa tahu untuk apa dia terlahir, tiba-tiba dia hidup di dunia yang
serba pragmatis. Tiba-tiba dia dihadapkan dengan dunia yang hingar bingar akan
keinginan manusia.
Apakah kalian dapat mengingat fase-fase sebelum kalian berusia
2 atau 3 tahun. Kurasa cukup sulit. Sama sulitnya ketika kalian mencoba
memahami dunia nyata. Tak dapat di punkiri, aku pun termasuk manusia yang
mengalami fase dimana manusia terlahir tanpa tahu untuk apa dia terlahir. Cukup
lama. Setidaknya hingga aku menulis tulisan ini, aku masih sering merevisi
berbagai hal yang ada di dalam hidupku. Nafasku masih tergesa-gesa mencoba
menenangkan alam semesta yang bergolak lepas kendali. Pintu itu aku banting
tanpa sengaja, seakan menandakan emosi yang tak tertahan dan terluap dengan
paksa. Kalian tahu? Kadang kala aku ketakutan dengan diriku sendiri. Sepertinya
kutipan Sang Nabi tentang “Musuh terbesar” adalah diri sendiri benar-benar
nyata beberapa hari ini.
“musuh terbesar” itu kadang kala berubah menjadi sosok
yang menyeramkan. Sesekali “Musuh terbesar” itu berwujud kebisingan di malam hari, mereka
mengacaukan harimu dengan menghilangkan ‘Flash dish’, ‘dompet’, atau semacam ‘seseorang
yang mengacuhkanmu ’ hingga membuatmu muak untuk menulis sebuah postingan
seperti ini. Dilain waktu “Musuh terbesar” akan menarik tubuhmu dengan
tentakelnya yang berwarna hitam legam, namun penuh dengan cairan lender berwarna
merah pekat, oh iya jangan lupakan dengan raungan negative semacam ‘dasar
pecundang’, ‘brengsek’, dan kata-kata umpatan lainnya. Kalian tahu? Ketika tentakel
tersebut berhasil menyeretmu kesebuah tempat yang gelap, maka tidak ada yang
bisa menolong lagi kecuali “Kawan terbesar”-mu yang lain bernama diri sendiri. Bisa
di bilang, hidup kita hari ini adalah pertentangan antara “Musuh terbesar”
dengan “Kawan terbesar”.
Emosi
dan perasaan tersiksa muncul karena ada keinginan yang tidak terpenuhi,
kata-kata ini terngiang-ngiang semenjak aku mencoba belajar tentang Zen dan
Budhisme (jangan tanya seberapa dalam ya). Asal mula penderitaan juga
terpaparkan dengan jelas di berbagai kitab suci. Berbagai macam latar belakang,
sebab, asal, komposisi, akibat, dan bla-bla-bla lainnya yang berkaitan dengan
kesengsaraan manusia, pasti tak akan terlalu jauh dengan keinginan akan dunia. Semua
agama mengamini itu.
“Musuh terbesar” dengan “Kawan terbesar” adalah sebuah
mata logam yang berlainan, seperti siang dan malam, dosa dan pahala, yin dan
yang, bla bla bla. Di dalam ajaran islam, ketika kalian merasa marah akibat
pergolakan batin antara “Musuh terbesar” dengan “Kawan terbesar”, segeralah
berwudlu. Ajahn Bram dalam bukunya ‘si Cacing dan Kotoran Kesayangannya’
menyarankan untuk hening dan bermeditasi. Bukan untuk mencari solusi antara “Musuh
terbesar” dengan “Kawan terbesar”, namun lebih ke sebuah tindakan agar kita
bisa mendamaikan mereka dalam satu benda yang bernama jiwa manusia.
Mujix
all iz well!!
terimakasih untuk semua hal yang telah terjadi
dan aku siap untuk semua hal yang akan terjadi
Solo,18 Juni 2012
Label: tentang hari ini
<< Beranda