megamendungkelabu

Rabu, 12 Desember 2012

12.12.2012



“eureka, eureka!!!”
“eureka, eureka!!!”

Aku akan memulai postingan ini dengan teriakan “eureka, eureka!!!”. Kata ‘eureka’ aslinya adalah kata seruan mendadak om Archimides ketika sedang berendam di bak mandi, klelep, megap-megap dan menemukan gagasan bahwa berat air yang tumpah sama dengan gaya yang diterima tubuhnya. Kemudian jreng-jreng-jreng tercetuslah ‘hukum archimides’. Ceileh, orang dulu mah keren-keren, klelep di bak mandi aja bisa menemukan teori sakti yang bisa mengubah dunia. Kalo orang sekarang klelep, jangankan nemu teori sakti, bisa ngambang balik ke tepi aja itu udah keren.


Ngobrolin soal ngambang, hari ini skribo juga ngambang gak karuan kemana-mana, mirip tokai. Bedanya kalo tokai ngambang di kali, kalo si kribo ngambang-nya di kampus ISI. Persamaannya mereka sama-sama bau. Seharian di kampus, gak jelas mau ngapain, bla,bla,bla,  dan akhirnya berakhir dramatis di suatu sore yang mendung di ujung jalan Sekar Pace. Sangat tidak keren ketika melihat si kribo mengeluh gak jelas mengenai hal yang juga gak jelas.


Di dunia ini banyak yang gak jelas. Misalnya, bagaimana mungkin Bang Arum bisa bikin replika Mr.P hanya dengan Pisang, alasan apa yang membuat Si Anang Silikon sangan ngefans sama dedex Mojosongo, atau mungkin mengapa ending film korea yang berjudul ‘Cast Away on moon’ itu terlihat sangat menyebalkan. Ah ngobrolin Cast Away on moon’ yuk,  film Korea Selatan yang dirilis tahun 2009  ini bercerita tentang seorang pegawai bernama Kim Seung-Keun yang juga ngambang di kali gara-gara gagal bunuh diri. Gagal bunuh diri, ngambang di kali, muntah, kemudian terjebak di sebuah pulau di tengah kota. Hidup seorang Kim Seung-Keun yang serba ‘ngambang’ itu kemudian di pertemukan oleh semesta dengan seorang wanita bernama Kim Jung-Yeon, seorang hikikomori, atau perilaku menarik diri dari lingkungan sosial di Kalangan Remaja Jepang. Cerita dalam film itu berjalan pelan namun pasti,  sang sutradara Lee Hae-Jun menampilkan banyak adegan dramatis nan romantis hanya untuk mengartikan konsep kesepian di dunia yang serba modern.


Di dalam film  ‘Cast Away on moon’ itu tentu saja tidak ada adegan om Archimides keluar dari bak kemudian teriak-teriak “eureka, eureka!!!” sambil telanjang. Adegan hampir telanjang ada sih, itupun hanya sekedar cuplikan sekilas tentang watak Kim Seung-Keun yang belum bisa menerima takdir (atau lebih tepatnya skenario) terjebak di pulau kecil di sekeliling kota besar. Kim Seung-Keun tidak berteriak “eureka, eureka!!!” sambil telanjang. Kim Seung-Keun hanya menulis kata ‘HELP’ sambil setengah telanjang. Setelah bla, bla, bla, dan bla, akhirnya semesta mempertemukan Kim Jung-Yeon, seorang hikikomori, dengan Kim Seung-Keun, seorang  pria paruh baya yang terisolasi di tengah pulau. Pertemuan itu terjadi dengan sangat ramah, terlalu halus, dan sangat dramatis ala film-film korea. Di akhiri dengan pertemuan mereka berdua di dalam bis, mereka bersalaman, tertawa, kemudian kredit title. Damn. Tak ada tanda-tanda ending alternatif, pertanyaan semacam ‘apakah mereka kemudian pacaran’, ‘bagaimana nasib si pria paruh baya yang serba ngambang’, atau ‘berapa lama mereka akan berhubungan’ dan semacamnya tak terjelaskan sama sekali. Para penonton dibiarkan klelep dan ngambang dengan ending tersebut.


Ending film ‘Cast Away on moon’ gak jelas (tapi bagus banget), keluhan serba (sok) dramatis Si Kribo di ujung jalan sekar pace juga gak jelas. Ceileh, orang dulu mah keren-keren. Misalnya ibuku, doi gak mungkin bengong di pinggir jalan memegang kepala sambil ngomong “Mumeeet, ngopo uripku koyo ngene...”, kurasa doi hanya menghembuskan nafas kemudian bangkit lagi menjalani hari ini dengan sangat dramatis. Hari ini yang serba dramatis itu bagi ibuku hanyalah sebuah fase untuk mencapai hidup yang bahagia untuk anak-anaknya.

 Hidup bahagia adalah hidup dimana kamu tidak hanya ngambang mengikuti kemanapun hidup ini mengalir, konsepnya sama dengan Aturan ke 10 dalam buku ‘The Rules Of Lifes’-nya Richard Templar yang berbunyi ‘hanya ikan mati yang mengikuti arus’.

Hari ini si kribo hanya mengikuti arus, ngambang gak jelas kayak tokai. Aku bilang kayak tokai karena sama-sama gak berguna dan hanya bisa ngambang. konsep kesepian di dunia yang serba modern kali ini juga di alami si kribo, si manusia tokai. Setidaknya 10 menit yang lalu apabila dia gak berdiri menuju halte bis, si kribo  masih menjadi tokai gak jelas. Hingga akhirnya doi menemukan teori sakti itu di depan halte bis.


om Archimides mendapatkan gagasan keren itu di picu oleh sebuah bak penuh air dan keinginan untuk mandi. Si kribo bisa melepaskan ke-tokai-annya di picu oleh seorang anak SMA bermata buta dan keinginannya untuk menolong. Sepersekian detik setalah si kribo ngambang mengutuk konsep kesepian di dunia, Tuhan menurunkan ‘wahyu’, ‘inspirasi’, ‘teori sakti’-nya dengan sangat tiba-tiba. anak SMA bermata buta itu mencoba berjalan entah kemana, tongkatnya menggapai-gapai tak tentu arah. Si kribo yang masih menjadi tokai itu kemudian berjalan limbung mencoba untuk menolong si anak SMA itu. beberapa langkah dalam perjalanan ‘mencoba menolong si anak SMA itu’  berkecamuk teori-teori sakti.

 Ucapan Si Kribo “Mumeeet, ngopo uripku koyo ngene...” itu tiba-tiba lenyap tergantikan ucapan “Astogfirullah, aku harus belajar bersyukur...” sambil gemetar.

Si Kribo tidak bisa membayangkan betapa hidupnya menjadi kacau apabila dia menjadi anak SMA itu. setiap hari terjebak di dunia yang gelap. Tinggal beberapa langkah lagi Pertemuan itu terjadi dengan sangat ramah, hingga akhirnya bapak-bapak di belakang Si Kribo lebih cekatan untuk segera membantunya naik ke halte bis.


Si Kribo yang baru saja bisa melepaskan ke-tokai-annya memandang penuh haru ke arah 'anak SMA bermata buta' itu. air mata Si Kribo mengalir perlahan. bis Atmo yang di tunggu Si Kribo akhinya datang, berjalan pelan namun pasti. Meninggalkan sore yang mendung di ujung jalan Sekar Pace dengan anak yang bermata buta. Sambil menyeka air matanya, Si Kribo itu mendapatkan teori sakti yang insyaallah akan membuatnya menjadi orang keren.


om Archimides, Kim Seung-Keun, Kim Jung-Yeon, anak SMA bermata buta, ibuku, dan Si Kribo adalah orang-orang kesepian di dunia yang mencoba melepas ke-tokai-annya agar bisa hidup bahagia dengan ‘teori sakti’-nya masing masing.

“eureka, eureka!!!”
“eureka, eureka!!!”


Mujix
teori sakti hari ini adalah:
"Jika kau ingin mendapatkan kejayaan lihatlah ke atas,
jika kau ingin mendapatkan kebahagiaan lihatlah ke bawah"
Solo, 12 Desember 2012