monolog
Matahari tinggal sepotong di
ujung pantai, dia menyisakan kilaunya di permukaan laut. Semuanya tak ada yang
tak kebagian, bahkan pelipis wajah sang karangpun terhanyut warna merahnya. aku
biasa menyebutnya ‘panggung dunia khayal’, sebuah Batu karang di pantai yang seakan
mirip raksasa. Kadangkala aku berdiri di ‘panggung dunia khayal’ itu untuk
mendamprat takdirku habis-habisan, di lain waktu aku hanya duduk bercengkrama
dengan Tuhan membicarakan tentang indahnya hidup. Puncak ‘panggung dunia
khayal’ tersebut tingginya sekitar 30
meter, berwarna putih pucat penuh lubang-lubang dengan sisa-sisa hewan laut
kecil khas batu pantai.
Beberapa tahun lalu, untuk mencapai tempat ini kalian
harus berjalan kaki di jalan setapak yang cukup terjal. Sekarang jalan itu
telah di renovasi menjadi tangga-tangga kecil dari kayu.
Tempat ini sering di sebut tempat
terujung dari semua ujung, Tempat dimana pertemuan dan perpisahan sederhana
sering terjadi. Setidaknya pertemuan kecil antara air laut dengan tanah pantai
pulau menjadi rutinitas yang sering di cari para pelancong dari berbagai
negeri. Hari sudah beranjak lebih dari separuh, sedikit lagi semuanya akan
mulai mengabur di telan malam. Hari ini Masih tersisa beberapa menit untuk
sekedar menikmati langit jingga di atas sana. Apakah kalian tahu? Langit
jingga sore hari adalah waktu yang tepat
untuk mengingat rumah, sedangkan langit jingga sore hari di pantai adalah waktu
yang tepat untuk mengingat diri sendiri. Percayalah teman, Cakrawala yang luas
nun jauh di seberang lautan bahkan kadang kala tak cukup untuk menumpahkan
semua hal tentang diri sendiri.
Di ujung seberang yang lain,
kalian bisa menemukan perahu-perahu nelayan berukuran sedang. Perahu itu hanya
di gunakan untuk mencari ikan di malam hari. ketika pagi menjelang pada pukul 9,
kapal-kapal nelayan tersebut di sulap menjadi pasar dadakan untuk menjual ikan.
Di kala sore seperti ini, perehu-perahu tersebut biasanya teronggok dengan
mesra di tepi pantai. 4 jam lagi perahu tersebut siap bertarung dengan kerasnya
dunia nelayan di lautan lepas.
Masih tersisa beberapa menit
untuk sekedar menikmati langit jingga di atas sana. Semuanya perlahan-lahan
mulai menghilang di telan gelap. Angin pantai mendadak keras menerpa apa saja
di sekitarmu. Udara asin yang bergerak mendadak menandakan bahwa senja di
pantai akan segera berakhir, berganti dengan malam yang gelap gulita. Ketika
malam mulai menjelang, tidak ada lagi pertemuan kecil antara air laut dengan tanah pantai pulau.
Suara gemuruh air berombak mengingatkan bahwa hidup akan terus berjalan. Matahari
telah habis dan tenggelam di ujung pantai,
Senja kali Ini telah berakhir, berganti dengan malam yang datang lagi.
Percayalah, Cakrawala yang luas nun jauh di seberang lautan bahkan kadang kala
tak cukup untuk menumpahkan semua hal tentang diri sendiri.
<< Beranda