megamendungkelabu

Minggu, 24 Februari 2013

20 September 2012


Tentang aku

Sore ini di sekitarku berkerumun banyak orang berkemeja kotak-kotak merah dengan suara riuh rendah yang menggila. Hari ini adalah hari dimana penghitungan suara cagub DKI sedang di laksanakan, dan hari ini aku terjebak dengan ganteng di antara bapak-bapak, ibuk-ibuk, om-om, dan tante-tante narsis pendukung salah satu calon gubernur. Kembali ke topik kerumunan orang berkemeja kotak-kotak, intinya mereka tengah mengalami uforia sesaat tentang event yang bernama pemilihan gubernur DKI 1. Uforia itu makin menggila ketika kamera salah satu tv swasta menyorot mereka. Secara brutal mereka akan berteriak, mengacungkan tangan ‘metal’ kearah kamera, yang ibu-ibu ber ‘dada-dada’ ria pake dada mereka, ups sori, pake tangan mereka maksudnya. Tentu saja aku gak akan terlibat dalam keramaian tersebut. Paling cuman ikutan salto dikit. Atmosfir yang ramai dan hingar bingar tersebut meyakinkanku, bahwa hidup itu terus berjalan, mengalir sangat cepat dan dan semakin cepat.

Aku adalah manusia berdimensi lambat yang terjebak di dunia yang serba cepat. Dalam hal apapun. Mungkin andaikata di dunia hewan, aku adalah kura-kura. Ya bener, kura-kura (sok) ganteng yang berambut kribo hobi ngegalau. Kalo si kura-kura berjalan pelan gara-gara nenteng rumah kemana-mana, si mujix berdimensi lambat karena nenteng galau kemana-mana. Sebagai manusia berdimensi lambat, mujix tak cocok bekerja sebagai seseorang yang berhubungan dengan api. Misalnya pemadam kebakaran. Bisa di bayangin kan ketika ada rumah yang dilalap api, teman-teman yang lain sudah ke lokasi kejadian sambil memadamkan api pake selang air, sementara si mujix baru bangun tidur sambil ‘memadamkan’ kesadarannya pake air. Uooh, sangat lambat. Begitulah, terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali. Makanya, ngeliat pikirannya yang super duper lambat itu akhirnya aku memutuskan satu hal, aku akan mencoba fokus pada satu hal saja, menjadi ‘orang yang hebat’. Sebuah keinginan yang aku usahakan semenjak kelas 4 SD. Sebuah keinginan yang bisa merubah hari ini.

Tentang ingin

Bapak-bapak, ibuk-ibuk, om-om, dan tante-tante narsis pendukung salah satu calon gubernur  DKI tersebut pasti juga memiliki banyak keinginan. Setidaknya ketika melihat mereka mengacungkan tangan ‘metal’ kearah kamera televise, itu juga salah satu cara agar keinginan mereka bisa terpenuhi -misalnya aja keinginan untuk masuk tipi. Walau Aku adalah manusia berdimensi lambat, aku juga memiliki keinginan, misalnya, aku ingin beli sepeda motor dengan uang hasil kerja kerasku sendiri, bisa lulus kuliah sesegera mungkin, punya pacar semanis melody JKT 48 (What the frog!?). Okey, lupakan keinginan yang terakhir. Terlalu absurd soalnya. Dari semua keinginan, ada satu hal yang aku yakini hingga hari ini. Aku akan jadi orang hebat. Nah, namun ada satu hal lagi yang aku bingungkan hingga hari ini, aku akan jadi orang hebat dalam hal apa?

Kalian tahu, hingga tulisan ini terketik belum ada di dalam hidup yang bisa kukatakan bahwa itu sangat ‘hebat’. Pagi ini aku bangun jam 7 pagi, dan itu sangat tidak hebat. Kemarin malam aku mencoba ber-SMS-an dengan Sanasuke (iya, seseorang yang membuat si mujix kalang kabut beberapa tahun kemarin), dia tidak merespon, dan itu sangat tidak hebat sama sekali, ganti nomer lagi kali yaaa. Ternyata memang belum ada hal hebat yang pernah aku lakukan. Andaikan ada, kejadian hebat itu hanya semacam kau menyanyikan lagunnya Jamrud di panggung Agustusan saat aku berusia 12 tahun, itu sangat keren, itu sangat gaul, hingga membuat seseorang wanitu terpesona. 

Ah sudahlah, ulasan soal aku 'menyanyikan lagunnya Jamrud di panggung Agustusan saat aku berusia 12 tahun' di bahas lain kali aja ya. Setelah itu, semuanya aku lupa. Keinginan untuk jadi orang hebat itu terkubur sampai ke dalam jurang terdalam di hati yang bernama nurani. Teronggok dengan sangat nista semenjak aku jatuh.

Tentang jatuh

“Jatuh terlepas dan turun ke bawah dengan cepat (baik ketika masih di gerakan maupun sesudah sampai ke tanah dsb)”
(kamus besar Bahasa Indonesia)

Jatuh adalah adegan paling ‘moveable’ yang bisa di alami manusia, adegan paling natural yang hanya bisa di sebabkan oleh alam semesta. Terakhir kali aku terjatuh adalah saat kecelakaan motor 3 tahun yang lalu, temanku yang tengah bangga memiliki motor baru mencoba membuat manuver keren di sebuah tikungan tak jauh dari pusat kota. Kami berboncengan, kami adalah teman, kutekankan dia bukan teman homoku. Aku masih mencitai  Melody JKT48 (oi..oi..oi.. apaan sih ini). Peristiwa itu terjadi sangat cepat, ban motornya terpeleset pasir yang tercecer di pinggir jalan. Mendadak semesta terguling, aku melayang beberapa detik di udara, aku berpikir mungkin ini adalah detik-detik dimana manusia bisa menemukan tujuan hidupnya dengan sangat arif dan bijaksana. Namun, syukurlah kecelakaan itu tak terlalu berakibat parah, motor kawanku hancur di bagian depan, ringsek, sudah saatnya beli motor baru lagi kawan.

Kejadian terbang melayang ketika kecelakaan motor itu akhirnya berbuntut panjang, hingga saat ini aku sedikit trauma ketika naik motor (apalagi kalo naiknya di depan spion). Ketakutan akan ‘sensasi’ tak terelakkan yang berbuntut luka itu membuatku malas untuk mengendarai motor. Pokoknya sesuatu hal yang berhubungan dengan jatuh itu sangat menyebalkan. Mulai dari jatuh tempo, jatuh miskin, dan yang paling dahsyat adalah jatuh cinta.

Tentang cinta

Cinta semenjak dahulu telah menjadi komoditas transaksi ekonomi yang paling stabil. Dahulu kala apabila seorang ‘manusia purba jantan’ ingin mempersunting seorang ‘manusia purba betina’, dia harus menyerahkan sesembahan berupa daging, ataupun makanan mentah lainnya sebagi barang bukti. Yah miriplah dengan mas kawin di jaman sekarang. apa  Kenapa dikatakan jatuh cinta? Kata orang jatuh cinta berarti tertimpa secara tidak sadar oleh benda bernama cinta. Tentu saja terjatuh karena cinta sangat menyakitkan. Lebih dramatis  dari sekedar  semesta yang terguling, atau tentang dirimu yang melayang beberapa detik di udara ketika kecelakaan motor.  

kata temenku yang sedang jatuh cinta, Cinta itu universal. Kurasa ibuk-ibuk, bapak-bapak, dan om tante yang sedang berkerumun banyak orang berkemeja kotak-kotak merah dengan suara riuh rendah itu pernah merasakan cinta (atau apapun mereka mengistilahkan cinta).

namun menurutku, Love is personal thing. 
kenapa? what?! masih nanya kenapa?! nyemplung sumur sana gih.

Jadi inti postingan ini adalah, Apakah aku ingin jatuh cinta?

er.......
bingung kemudian loncat ke laut.

Mujix 
jadi intinya fokus ke kuliah nih?
Punggawan, 20 September 2012