Tempat itu dan Kamu
Tempat itu berupa tanah lapang sedikit berbukit dengan ilalang-ilalang
berwarna kekuningan. Terletak di pinggiran kota, jauh dari hiruk pikuk dan
keramaian manusia. Dari tempat itu yang terlihat hanya langit luas terhampar
menaungi cakrawala. Teduh, damai, dan mengingatkanku untuk pulang ke rumah
sesegera mungkin. Beberapa hari ini aku sering melihat dia disana.
Dia
menghabiskan seperempat jam hanya untuk diam dan terus memandang sesuatu di
ujung langit. Sesekali aku duduk di sampingnya, bersama kita menghabiskan senja
dalam diam hanya untuk melihat matahari yang tinggal sepotong hilang di telan
malam.
Tak ada obrolan. Kita berdua hanya terus hening tanpa saling
mengenal satu sama lain.
Aku dan dia berpisah berbeda arah Ketika langit mulai
membiru dan bersenandung tentang mimpi. Kadang kala aku menoleh kebelakang,
melihat Dia berjalan menembus ilalang
dan membias bersama embun. Hilang entah kemana. Meninggalkanku sendirian di
tanah lapang sedikit berbukit dengan ilalang-ilalang berwarna kekuningan.
Sekarang dia tak pernah ke tempat ini lagi, tak ada yang
tersisa sedikitpun. Raut wajahnya yang berbinar ketika melihat matahari di ujung
langitpun entah lenyap dimana. Sekarang tak ada siapapun di sini. Wanita-wanita
yang lain hanya berdiri sejenak, memetik beberapa ilalang kemudian pergi.
Beberapa lainnya hanya memandangku dari kejauhan dan tersenyum.
Sisanya pergi
begitu saja tanpa menoleh menuju pinggiran kota yang hiruk pikuk penuh dengan
keramaian manusia
Tak ada obrolan. sendirian hanya terus hening mencoba saling
mengenal satu sama lain dengan diriku sendiri.
Kamu datang tiba-tiba tanpa rencana.
Menari kecil dan berputar di sekitarku sambil berseandung tentang elegi esok pagi.
Kamu menepuk pundakku dan berkata bahwa tempat ini adalah tempat terindah yang pernah kamu temui.
Aku hanya diam dan terus memandang tempat dimana seseorang telah membias bersama embun.
Kamu duduk di sampingku, tersenyum, kemudian bersandar di bahuku.
Menari kecil dan berputar di sekitarku sambil berseandung tentang elegi esok pagi.
Kamu menepuk pundakku dan berkata bahwa tempat ini adalah tempat terindah yang pernah kamu temui.
Aku hanya diam dan terus memandang tempat dimana seseorang telah membias bersama embun.
Kamu duduk di sampingku, tersenyum, kemudian bersandar di bahuku.
Tak ada obrolan. hanya ada aku dan kamu
hanya bersenandung kecil.
Hingga Beberapa hari terlewati.
Sepertinya memang masih
ada kebahagiaan yang sederhana disana.
Mujix
sepertinya kisah cinta yang
menggantung dan gak jelas seperti ini
masih menjadi favorit di dalam komik
maupun film.
Solo, 23 April 2013
<< Beranda