megamendungkelabu

Selasa, 18 Juni 2013

Aku Salah. Sangat tidak keren.

Kali ini aku berbuat salah lagi. Kesalahan yang sangat fatal dan membuatku pusing dan mem-pending banyak kegiatan minggu ini. Kalian tahu? Rasa bersalah yang di-amin-i oleh diri sendiri itu rasanya sangat menyebalkan sekali. Rasanya Bagai ada setumpuk batu bata yang entah melayang darimana dan menghantam kepalamu dengan sangat keras. Bikin gusar dan membuatmu makin muak dengan diri sendiri.
Kesalahan ini mengingatkan akan kesalahan-kesalahan di masa lampau. Atmosfer berat di balut perasaan menyesak. Campur aduk dengan hujatan-hujatan dari dirimu sendiri. Sangat tidak keren. 

5 tahun yang lalu ketika memulai pekerjaan freelance menggambar untuk penerbit, aku juga melakukan kesalahan. Beberapa puluh gambar yang seharusnya selesai pada tanggal kesekian terpaksa molor beberapa hari di karenakan kecerobohanku dalam mengatur waktu. Terus? Apa yang terjadi? 4000 majalah gagal cetak dan semprotan mengenai kinerja yang payah, aku telan mentah-mentah. Aku salah. Sangat tidak keren.

10 tahun lalu ketika aku kelas 1 SMA, aku jatuh cinta pada seorang gadis. Dia cinta pertamaku. Aku mencintainya bagai kesetanan. Dan dia mengabaikanku hingga hari ini. Hidupku benar-benar payah saat itu. Semua itu berawal dari kesalahanku jatuh cinta dengan seseorang yang salah. Terus? Apa yang terjadi? Aku jadi doyan megeluh, pesimistis, dan benar-benar bersusah payah untuk sekedar percaya diri untuk menjalin cinta dengan gadis yang lain. Aku salah. Sangat tidak keren.

Apakah kesalahanku berhenti disitu? Tidak. Masih ada beberapa lagi.

2 bulan yang lalu ketika aku pergi ke Sriwedari, tanpa sengaja aku menyebrang jalan tanpa memperhatikan sekeliling. Pikiranku saat itu sedang melayang entah kemana. Aku sedang tidak fokus dan mengacuhkan hal kecil semacam lampu merah dan hak pejalan kaki yang selalu menang. Terus? apa yang terjadi? Aku terserempet sepeda motor yang di kendarai seorang anak SMU. Dia oleng kesamping dan jatuh tersungkur dengan beberapa luka di tubuhnya. Aku salah. Sangat tidak keren. 

Dan hari ini aku melakukan kesalahan lagi. Sama fatalnya dengan kesalahan-kesalahan diatas.
3 minggu yang lalu, aku berencana magang di suatu studio di Kota Bogor. Namun karena ada urusan keluarga pernikahan kakak, membereskan urusan skripsi, mengerjakan beberapa komik, dan akhirnya hingga hari ini aku belum bisa berangkat kesana. Terus? Apa yang terjadi? Hari ini aku menerima pesan singkat yang intinya bahwa aku membatalkan rencana magangku disana. Damn. Kesalahanku ini berawal dari ketololan dalam membagi waktu dan tidak bisa menetapkan skala prioritas suatu urusan. Aku salah. Sangat tidak keren.

Setelah semua kesalahan itu terjadi, mayoritas kata-kata semacam “seandainya”, “jika”, “harusnya”, dan “andaikan” muncul dan menerormu sampai mampus. Kurasa kalian juga pernah mengalami hal-hal seperti ini. Terus? Apa yang terjadi? Biasanya aku bakal pusing beberapa menit, jam, hari, atau tahun tergantung besar kecil kesalahan yang terjadi. Setelah terpuaskan menghakimi diri sendiri dengan sangat kasar, akan ada masa dimana pelajaran dan ilmu kehidupan muncul.

Ya, sebuah atau mungkin banyak pelajaran keren yang bisa aku dapatkan dari kehidupan gara-gara kesalahan. Kesalahanku 5 tahun yang lalu saat mangkir dari deadline mengajari ilmu yang bernama disiplin. Sejak saat itu aku benar-benar “serius” dalam menjadwal suatu waktu dan melaksanakan sesuai jadwal sesuatu itu harus terjadi. Aku menjadi lebih disiplin. Terus? Apa yang terjadi? Banyak job, tugas, persoalan terselesaikan dengan sangat keren gara-gara aku belajar dari “disiplin dan serius terhadap deadline”. Aku belajar dari kesalahan. Dan itu sangat keren.

Seseorang yang membuatku gila 10 tahun yang lalu juga memberi pelajaran tentang “keinginan” dan “harapan”. Kesalahanku mencintai seseorang itu membentuk diriku yang sekarang untuk tidak menjadi “cowok lemah”. Cinta pertamaku itu memaksaku untuk mengetahui apa itu “putus asa”, arti kebahagiaan secara fundamental, prinsip sederhana tentang “Tuhan tidak harus memberikan apa yang kau inginkan, Tuhan memberikan apa yang kau butuhkan”. Aku belajar dari kesalahan. Dan gara-gara dia terciptalah komik lemon tea yang sangat amazing (dan membuat si penulis menjadi sangat “lelaki sejati”). Dan itu sangat keren.

Anak SMU yang tergeletak di jalan gara-gara meleng 2 bulan yang lalu itu juga mendidikku tentang ilmu fokus. Yak, kalian tahu ilmu fokus? Itu lhooooh, ilmu dimana kamu harus selalu sadar dengan apa yang kamu lakukan. Di buku “SI Cacing dan Kotoran Kesayangannya”, Ajahn Brahm menyebutnya “satu hal, satu waktu”. Kakak keponakanku sering menyebutnya “Ilmu kesadaran diri”. Terus? Apa yang terjadi? Semenjak saat itu aku sering memperhatikan banyak hal dengan detail. Apapun. Langit biru, perasaan orang lain, menikmati sedapnya rendang sapi, bahkan hingga berbahagia di saat kondisi sulit. Sedahsyat itu? Iya. Percayalah. Aku belajar dari kesalahan. Dan itu sangat keren.

Nah, kalau dari keteledoranku belum mengabari studio Bogor, apakah akan terjadi sesuatu? Sepertinya iya. 2 menit setelah aku stress tingkat dewa, tanganku secara refleks menulis di kertas gambar.

Tulisan yang hanya beberapa baris itu berbunyi
 “ JANGAN PERNAH MEREMEHKAN SUATU URUSAN. APAPUN ITU!!”.  

Pelajaran kecil itu langsung aku pindah di “Buku Percepatan Masa Depan”, agar suatu saat ilmu itu bisa aku pelajari sesering mungkin. Terus? Apa yang terjadi? Banyak pikiran-pikiran buruk muncul. Menghujatku seperti kesalahan-kesalahan yang lalu. Tapi mental gitu deh. Kan udah belajar dari kasus-kasus di atas. Opsi terburuknya aku gagal magang di Bogor dan harus cari tepat magang di tempat lain (dan tentu saja membuat kelulusanku makin molor, sial). Opsi terbaiknya aku masih bisa magang disana dan rencanaku untuk lulus tahun ini bisa terkabul. Semoga. Aku belajar dari kesalahan. Dan itu sangat keren.

Apakah benar seperti itu? Mungkin.
Tapi Setidaknya saat aku menulis postingan ini aku berpikir demikian. Aku yakin di masa depan masih banyak kesalahan akan terjadi. Kenapa?
Soalnya Hidupku sebagai manusia pembelajar belum selesai.

Mujix
"manusia pembelajar? Ndas mu Kui!!"
kata tetangga sebelah.
Simo, 18 Juni 2013