PMS
Selamat pagi. Hari
ini aku mengawali hari dengan tidak enak badan dan perasaan. Segitunya? Iya.
Mungkin andaikata seorang cewek, aku sedang masa-masa PMS. Aku seorang cowok
tulen. Tidak ada yang namanya musim PMS. Adanya musim SMS, Si mujix makan sosis
So Nice. Ahahaha, lucu yaa. *krikkrikkrik (suara jangkrik). Sudah hampir
sebulan di Kota Bogor, aku Belajar
banyak hal di tempat magang. Setidaknya aku belajar untuk sabar membuat background animasi menggunakan mouse.
Itu siksaan banget. Selain kemampuanku yang lemah dalam membuat background, aku harus membuat ‘benda
itu’ mengunakan mouse yang cetak-cetik membahana. Akhirnya di hari kedelapanlah
aku baru bisa mengikuti alur mereka dengan sedikit lancar.
Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini. Kelelahanku pagi
ini Mungkin disebabkan kelelahan yang
menumpuk dan kegiatan yang sangat random. Kegiatan rutinku setiap hari
berangkat magang jam setengah 8 dan pulang jam 6 sore. Benar-benar merasakan
apa itu rutinitas dan awesome-nya
hari minggu. Setelah nyampe rumah, biasanya dilanjutkan dengan membuat komik ‘Viva La Indonesia’ hingga kelelahan dan
tertidur. Kenapa bukan ngerjain lemon tea? Aku sedang muak dengan komik itu.
Lagi pula komik ‘Viva La Indonesia’
sudah fix bakal di terbitkan (kata editornya sih gitu). Di dalam projek komik
ini aku berkompilasian dengan ganteng bersama Bang Arum, Habir, dan Dody.
Temanya sih Indonesia banget. Masing-masing komikus dapat katah 30 halaman.
Hingga hari ini aku sudah mengirimkan sketsa pinsil sebanyak 12 halaman. Masih
kurang cukup banyak ya.
Mengacuhkan rumah di Boyolali dan tempat nongkrong di Solo,
benar-benar membuatku shock culture.
Beberapa hari yang lalu aku benar-benar kangen teh hangat kental ala wedangan
Sriwedari. Di sini tehnya beda. The
celup semua. Makanya kemarin aku dan wawan (adikku) muter-muter di kota Bogor
untuk mencari benda yang bernama Angkringan. Tahun kemarin aku mengalami hal
yang sama. Namun cita rasanya payah. Gak senendang di Solo. Dan kemarin aku
mencoba angkringan di tempat yang berbeda, yaitu di daerah Mancur. Ada
ankringan di situ. Teryata eh ternyata, hampir semua penjual angkringan di kota
ini mengenakan baju lurik dan blangkon khas Jawa. Di dekat perapian untuk
merebus air, ada sebuah tape kecil yang
memutar lagu-lagu jawa semacam Didi Kempot dan sebangsanya. Mas-masnya kali ini
berasal dari Kartosuro. Dekat ma rumah dan deket sama solo. Kurasa shock culture di Kota Bogor sedikit
terobati di tempat itu.
Kalian tahu, mengawali hari dengan ‘tidak enak badan dan
perasaan’ itu rasanya something banget. Pagi ini di sepanjang perjalanan aku
hanya diam menatap hijau daun pohon-pohon di sepanjang Ciomas dengan tatapan
nanar. Di saat-saat seperti itu biasanya aku pasang pose sok wise gitu. Padahal
galaunya minta ampun. Selamat pagi. Semoga
hari yang aku awali ‘tidak enak badan dan perasaan’ ini bisa segera berganti
dengan good mood. Seperti itulah.
Mujix
kangen-kangen -kangen-kangen-kangen-kangen
-kangen-kangen-kangen-kangen rumaaaaah!!
Bogor, 17 Juli 2013
<< Beranda