megamendungkelabu

Rabu, 17 Juli 2013

PMS



Selamat pagi.  Hari ini aku mengawali hari dengan tidak enak badan dan perasaan. Segitunya? Iya. Mungkin andaikata seorang cewek, aku sedang masa-masa PMS. Aku seorang cowok tulen. Tidak ada yang namanya musim PMS. Adanya musim SMS, Si mujix makan sosis So Nice. Ahahaha, lucu yaa. *krikkrikkrik (suara jangkrik). Sudah hampir sebulan di Kota Bogor, aku  Belajar banyak hal di tempat magang. Setidaknya aku belajar untuk sabar membuat background animasi menggunakan mouse. Itu siksaan banget. Selain kemampuanku yang lemah dalam membuat background, aku harus membuat ‘benda itu’ mengunakan mouse yang cetak-cetik membahana. Akhirnya di hari kedelapanlah aku baru bisa mengikuti alur mereka dengan sedikit lancar.

Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini. Kelelahanku pagi ini Mungkin  disebabkan kelelahan yang menumpuk dan kegiatan yang sangat random. Kegiatan rutinku setiap hari berangkat magang jam setengah 8 dan pulang jam 6 sore. Benar-benar merasakan apa itu rutinitas dan awesome-nya hari minggu. Setelah nyampe rumah, biasanya dilanjutkan dengan membuat komik ‘Viva La Indonesia’ hingga kelelahan dan tertidur. Kenapa bukan ngerjain lemon tea? Aku sedang muak dengan komik itu. Lagi pula komik ‘Viva La Indonesia’ sudah fix bakal di terbitkan (kata editornya sih gitu). Di dalam projek komik ini aku berkompilasian dengan ganteng bersama Bang Arum, Habir, dan Dody. Temanya sih Indonesia banget. Masing-masing komikus dapat katah 30 halaman. Hingga hari ini aku sudah mengirimkan sketsa pinsil sebanyak 12 halaman. Masih kurang cukup banyak ya.

Mengacuhkan rumah di Boyolali dan tempat nongkrong di Solo, benar-benar membuatku shock culture. Beberapa hari yang lalu aku benar-benar kangen teh hangat kental ala wedangan Sriwedari.  Di sini tehnya beda. The celup semua. Makanya kemarin aku dan wawan (adikku) muter-muter di kota Bogor untuk mencari benda yang bernama Angkringan. Tahun kemarin aku mengalami hal yang sama. Namun cita rasanya payah. Gak senendang di Solo. Dan kemarin aku mencoba angkringan di tempat yang berbeda, yaitu di daerah Mancur. Ada ankringan di situ. Teryata eh ternyata, hampir semua penjual angkringan di kota ini mengenakan baju lurik dan blangkon khas Jawa. Di dekat perapian untuk merebus air, ada sebuah tape kecil  yang memutar lagu-lagu jawa semacam Didi Kempot dan sebangsanya. Mas-masnya kali ini berasal dari Kartosuro. Dekat ma rumah dan deket sama solo. Kurasa shock culture di Kota Bogor sedikit terobati di tempat itu. 

Kalian tahu, mengawali hari dengan ‘tidak enak badan dan perasaan’ itu rasanya something banget. Pagi ini di sepanjang perjalanan aku hanya diam menatap hijau daun pohon-pohon di sepanjang Ciomas dengan tatapan nanar. Di saat-saat seperti itu biasanya aku pasang pose sok wise gitu. Padahal galaunya minta ampun. Selamat pagi.  Semoga hari yang aku awali ‘tidak enak badan dan perasaan’ ini bisa segera berganti dengan good mood. Seperti itulah.

Mujix
kangen-kangen -kangen-kangen-kangen-kangen 
-kangen-kangen-kangen-kangen rumaaaaah!!
Bogor, 17 Juli 2013