megamendungkelabu

Jumat, 25 Januari 2013

Si Eja


‘ Tuyul’ kecil itu bernama Eja. Tingginya cuman beberapa puluh senti, dan ‘tuyul’ itu sekarang sedang menggigit kancing celanaku dengan brutal. Kalian penasaran dengan jati diri Tuyul ajaib yang doyan menggelinding kemana-mana tersebut? Baiklah akan kuceritakan dengan ganteng. Awal mulanya dua bulan yang lalu. Setelah sekian ribu tahun merantau ke barat menemani biksu tong  kota solo untuk mencari ilmu kanuragan, akhirnya sekarang aku lebih sering stay di kampung. Ngerjain komik cinta dirumah, ngegaul di rumah tetangga dan akhirnya ‘nemu’ makhluk tuyul kecil bernama Eja.

Nama komplitnya ‘Ezza Dhani Al Farizi’, telah berlari-larian sambil pake pampers selama 8 bulan di muka bumi. Seperti layaknya bayi yang berusia 8 bulan, si tuyul ini suka menggelinding kemana-mana. Kurasa, andaikata ortunya ‘meleng’ sebentar saja, si Eja ini bakal ngilang sampe kampung sebelah.  Hampir  5 menitan si Eja menggigit kancingku, heran. Apa dia salah mempersepsikan ‘kancing celana’ dengan ‘putting payudara’. Entahlah setelah bosan, doi merangkak dengan tak terkontrol menuju pengki sampah di samping lemari. Oh men, andaikata aku menjadi pengki tersebut, aku akan teriak:

 “Thidhaaaak!!!!!” kemudian berlari sekuat tenaga dan bersembunyi di balik jendela. 

Namun seperti  yang kalian ketahui, sejak jaman Pengki eksist di muka bumi, belum pernah tuh aku dengar ada pengki berkaki. Dan begitulah…

Adegan ‘mature content’ yang diperagakan oleh Eja itu memaksaku untuk segera berlari dan menyingkirkan pengki dari mulutnya. Poor pengki…

Saat  ngeliat si Eja ngemut pengki, aku kepikiran materi kuliah selasa kemarin.  Dosenku siang itu memberikan kuliah tentang ‘hakikat mengenali dunia’.  Materi yang membuat ‘akal sehat menggelinding kemana-mana’ itu akhirnya memang tidak bisa aku pahami dalam satu hari. Hakikat secara sederhana berarti ‘intisari atau dasar’, ada juga yang mengartikan ‘ kenyataan yang sebenarnya’.  Proses yang sangat religious ini dimulai dari pertama kali ketika manusia terlahir didunia. Berjalan pelan memahami alam sekitar, menjelajahi dimensi yang sangat baru, dan berakhir ketika ‘masa berlaku’ manusia ini habis.

Penjelajahan tersebut sangat menyenangkan. Kurasa ketika si eja menggigit kancing celanaku dengan brutal, dia sedang melakukan Proses religius ‘hakikat mengenali dunia’. Secara sederhana, akan banyak luapan emosi yang muncul di otak ‘si tuyul’ tersebut.

Ketika melihat pengki Mungkin letupan pikiran si eja semacam:

“Wooow, benda ini begitu keras, licin, apakah ini?”

Ketika melihat kancing celana si kribo, pikiran eja berubah:

“kenapa benda ini tidak mengeluarkan susu seperti punya emak?!”

Kemudian Ketika melihat si kribo:

“makhluk apa ini!!!arrgh tidak ” #sambilmenggelindinghisteris

Iya, si tuyul itu mengelinding lagi, kali ini dia menggelinding ke pangkuan emaknya. Di tempat yamg tepat, dan segera saja dia menetek dengan antusias. Kurasa hari ini si tuyul bercelana pampers itu belajar banyak hal. Sebanyak aku mempelajari banyak hal dari si tuyul yang doyan menggelinding kemana-mana itu.  Hey man, kayaknya aku harus berguru si Ezza Dhani Al farizi’ dalam mengenal dunia deh?  Ada banyak tindakan ‘akibat ketidaktahuan’ si tuyul yang bisa di terapkan di kehidupan kita. Setidaknya doi tidak pernah takut untuk pergi kemanapun dan melakukan apapun. Bersemangat. Dan tentu saja  tidak pernah ragu untuk menggigit kancing celanaku dengan brutal.

Tulisan ini tercipta
gara-gara si Scanner error
dan bingung harus ngapain.
Mujix
Simo, 25 Januari 2013


Sabtu, 19 Januari 2013

Perpisahan Kecil


Hari ini ada perpisahan kecil, perpisahan antara Si Cowok  Berambut Kribo dengan orang tua terhebat di seluruh dunia. Orang tua terhebat di seluruh dunia tersebut adalah dua manusia biasa yang bisa kalian temui dimanapun.

***

Bapak adalah lelaki paruh baya berkepala sedikit botak di bagian depan dengan perangai sumringah kepada siapapun, dia berprinsip “Jika kalian baik terhadap orang lain, maka orang lain akan baik kepada kalian”. Prinsip itu dia katakan berulang-ulang padaku sepanjang waktu, tak pernah berubah, mengakar dan kurasa telah menjadi pedoman hidup yang penting di kehidupannya.

Mamak adalah seorang ibu rumah tangga yang sibuk dengan warung sayur kecil di kota hujan, nasihat favoritnya yang sering dia kicaukan  untukku adalah “Jangan Lupa Sholat, Minta Sama Tuhan Agar Di Beri Kemudahan Dan Kebahagiaan”.

Ya, mereka adalah orang tua hebat yang sesederhana itu.
Si cowok berambut kribo adalah pemuda nanggung berwajah ‘mumu’ yang sedang sibuk dengan kerjaan, komik cinta, hakikat hidup, dan pencarian cinta sejatinya (ceileeeh apaan sih), perkataan fenomenal yang dia benci akhir-akhir ini adalah “kapan lulus kuliah?” sama “sudah punya pacar belum?” Intinya sih pokoknya gitu.

***
Hari ini ada perpisahan kecil, dan sebelum perpisahan kecil itu ada adegan inspiratif yang membuatku bersyukur terlahir di keluarga sederhana itu. Pagi itu nenekku sedang berada di teras depan, duduk termangu sambil menatap sisa-sisa kardus di samping meja. Kardus-kardus itu rencananya akan diisi oleh barang-barang untuk di angkut ke bogor. Jadi, pagi itu benda-benda semacam kerupuk, buah petai, jenang, dan camilan-camilan lain tersebar dengan brutal di lantai ruang tamu.

Tak lama kemudian bapakku datang dengan membawa remote televisi. Berlenggang sejenak dia duduk di samping nenekku.

Mbah, iki remote tivine. Yen meh ngurupke di pencet sing werno abang, yen ameh ngganti stasiun di pencet sing iki” kata Bapak sambil menunjuk sebuah tombol lonjong berwarna abu-abu.

aku biasane mencet nggowo nomer kok Tar” kata Nenek sambil memincingkan mata tua,
Belum sempat ayahku menjawab pertanyaan nenekku, adikku datang samba tertawa terbahak-bahak, dan cukup keras, sepertinya berbakat jadi penonton stand up comedy.

wahahahaha, khusus simbah nomer go stasiun TV-ne wis tak toto. Nomer 1 kui indosiar, nomer 2 RCTI, nomer 3 SCTV, pokokmen di pencet tae tekan ongko 8” kata adikku serasa menunjuk ke arah angka yang tercantum di remote.

injeeh mbah, nah suk emben yen eneng gluduk, tombol sing gede kae di pencet ae” sambung bapak
sing endi tho Tar? Sing Iki?”

sing iki lhoo mbah” ayahku berjalan menuju televisi dan tangannya menekan sebuah tombol kecil berbentuk kotak dengan lampu merah kecil di sampingnya.

“oalaaah sing kui thoo, hehehehehe” berkata nenekku tertawa
Aku hanya memperhatikan dari kejauhan, kemudian berjalan pelan dan memeluk pundak nenekku.

nah mbah, yen meh nelfon aku simbah mencet tombol sing iki” kataku sambil menunjukkan tombol kecil di sebuah HP nokia.

4  jam lagi bapak, ibu, dan adikku akan segera pergi ke Bogor. 7  jam lagi aku dan kakakku akan meluncur ke Solo. Pagi itu Aku berjanji akan sering pulang, Pagi itu kami semua tahu bahwa nenek akan sendirian lagi di rumah.

***

18 Tahun lalu, perpisahan itu tak setegar hari ini. Pada tahun 1994, di sebuah pagi hari yang damai itu aku di tinggal ke Jakarta untuk pertama kali. Saat itu aku meraung-raung dan menangis hingga wajahku merah dan pucat. Di adegan yang cukup dramatis itu, mamak memegang pundakku sambil berkata
Jangan nangis dong, katanya mau jadi orang Besar”.

Sepotong ingatan itu sangat lekat di benakku, ayahku tersenyum haru, nenek di belakangku sambil mencoba untuk meredakan tangisku, dan mamak memelukku dengan mata berair, tak kuasa menahan kesedihan.

 Tahun-tahun berikutnya ketika perpisahan kecil itu terjadi biasanya si bocah tengil minggat dari Rumah. Kadang kala bersembunyi di balik kolong, main sampai malam di rumah tetangga, ataupun mencongkel jendela kelas untuk menangis di balik meja sambil menggambar sepuasnya di papan tulis.

***

Hari ini ada perpisahan kecil, perpisahan antara si cowok  berambut kribo dengan orang tua terhebat di seluruh dunia. Orang tua terhebat di seluruh dunia tersebut adalah dua manusia biasa yang bisa kalian temui dimanapun.

Mujix
tulisan kapan ya?
kayaknya sih septemberan tahun kemarin,
Simo, Januari 2013





Minggu, 13 Januari 2013

Awesome



Petang kali ini aku merasa sangat bersemangat. Selain mengerjakan komik cinta yang membuatku bergairah, masih ada segudang alasan lainnya. Ini sudah hari ketiga aku berada di kampung. Aku memutuskan untuk focus mengerjakan apapun dirumah. Hingga hari ini komik lemontea telah mencapai bab 4 pertengahan, banyak adegan tolol dan kemunculan tokoh-tokoh sentral yang kelak membuat komik ini menjadi berwarna. 2 menit yang lalu aku menyelesaikan 8 pinsil untuk komik 4 panel. Dan tentu saja dengan berbagai revisi disana-sini. Habis menulis ini, aku akan menggambar adegan Mujix dan Popok bercengkrama via dunia Maya (bukan Luna Maya atau Maya Ahmad).

Minggu kemarin aku main ke toko buku terkemuka di kotaku. Kemudian mampir ke rak buku Filsafat dan men-review singkat banyak buku. Beberapa review singkat yang membuatku terkesan adalah beberapa definisi tentang Filsafat. Secara umum (dan sederhana) Filsafat adalah pertanyaan-pertanyaan personal manusia tentang semua hal yang berkaitan dengan permasalahan hidup dan penyelesaiannya. Bisa di bilang sekumpulan question seperti 5W 1H (What,Who, Where, When, Why And How) yang sering di bahas berbagai macam disiplin ilmu tersebut tentu saja masuk kedalam ranah ini. Tidak heran jika banyak orang berpendapat  Filsafat adalah akarnya semua ilmu pengetahuan, Dan aku sering mendengar beberapa orang menjadi ‘gila’ gara-gara mempelajari Filsafat. Secara gitu. Ngapalin rumus penghitungan kalkulus aja sudah membuat muntah apalagi ‘akarnya semua ilmu pengetahuan’. Iya kan? Namun kata orang lagi, mending gila daripada melarikan diri dari proses pencarian ‘hakikat hidup’ melalui filsafat. Entahlah, dunia nyata memang rumit, serumit membuat ‘dunia komik’ di lemontea.

Sangat menyenangkan. Dunia komik memang dunia yang tepat untuk melarikan diri dari dunia nyata.

Melarikan diri dan focus dunia nyata di kampung adalah ‘hal ter-update’ beberapa hari ini. Setidaknya aku bisa mengerjakan banyak hal dan mengefektifkan waktuku untuk komik dan kampus. Ya, kembali teringat masalah kampus. Tadi sore ada kabar mendadak, mata kuliah semester pendek akan di mulai besok, dan aku cukup kaget mengingat kabar yang datang terlalu mendadak. Umur 24 tahun masih memikirkan mata kuliah berjudul ‘metode penelitian 1’. Hey man, teman-temanmu sudah menerjang ‘dunia nyata’ dengan gagah berani lhooo…

Sangat menyenangkan. Aku juga sudah menerjang ‘dunia nyata’ sejak semester 2.

Salah satu alasan dari dunia nyata yang membuatku balik ke kampung adalah nenekku. Beliau kemarin demam, cukup membuatku trenyuh melihatnya terkapar dengan badan panas di kamar tidur. Aku dan kakakku hanya bisa memijatnya sepanjang malam, mengambilkan teh hangat atau sekedar mencuci piring untuk meringankan beliau. Namun kabar baiknya, hari ini nenekku sudah cukup sehat. Sarapan hingga makan malam disiapkan nenekku dengan gagah berani. Ya… sangat gagah, mengalahkan kegagahanku saat menerjang dunia nyata di semester 2.

Sangat menyenangkan. Awesome life…

Ngomong-ngomong soal ‘awesome life’, aku jadi teringat pesan smsku untuk Sanasuke beberapa hari silam. Gara-gara gak sengaja ‘nemu’ foto jadul jaman SMA-nya, malam itu aku iseng mengeditnya di Photoshop dan mengirimnya ‘pesan ultah’ via inbox. Yang kemudian 3 menit kemudian  ‘pesan ultah’ itu aku delete. Apakah semuanya udah selesai? Belum. Ternyata pesan itu belum terdelete dengan sukses, doi sepertinya membacanya di Histori via FB. *jitak Mark Zuckenberg dulu. Ah.. perduli setan. Intinya sore tersebut, ketika mujix sedang ’dalam keadaan bego dan bengong gara-gara mengira pesan ultah itu terdelete’ santai, dikirimlah sebuah pesan singkat via sms. Pesan itu intinya doa kecil agar Sanasuke mempunyai hidup yang ‘awesome’ seperti hidupku sekarang. Eeh tunggu sebentar? Apakah emang hidupku sudah se’awesome’ itu? *sambil mikir

kalo emang gak percaya se- awesome itu, mampir kesini deh:

Sangat menyenangkan:)

Mujix
kalo pagi suka ada suara perkutut
yang membangunkanku
is it awesome thing right?
Simo, 13 Januari 2013


Jumat, 11 Januari 2013

Imaginary talks with... #1



“Hey Man, apa yang harus aku lakukan?”  pertanyaan itu akhirnya terlontar dengan sangat tolol. Dia hanya diam, wajahnya panik.

“Anda mengundang saya kesini hanya untuk menjawab pertanyaan sesepele ini?!”  dia sepertinya tidak mempercayai tentang apa yang aku tanyakan.  Matanya menelanjangiku bagai pecundang.

“kamu hanya perlu menjawab apa yang aku tanyakan” tanganku memegang belakang baju panjangnya yang berwarna hitam. Tak akan kubiarkan dia pergi.

“Oh shit!!anda menghabiskan waktu saya, Buddy!!?”  dia memegangi kepalanya dengan penuh kejengkelan, menghela nafas panjang kemudian kembali duduk di depanku.

“Begini, Saya beruntung, pertanyaan tololmu itu sudah saya temukan jawabannya saat saya berusia sangat muda” sebuah pernyataan ketus itu menampar kesadaranku dengan sangat telak.  Aku diam, memandangnya dengan tajam. Dia melirihkan suaranya dan berkata bahwa di usianya yang sangat belia dia telah dihadapkan pada kenyataan yang berat.

“Oh iya? Apa yang kamu temukan, Hingga membuatmu menjadi orang hebat seperti sekarang?” aku berusaha memancingnya dengan pertanyaan sederhana.

“Sekedar anda tahu Buddy, orang tua angkat saya, Paul dan Clara Jobs mengajari untuk memprioritaskan tentang ‘apa yang harus aku lakukan’…..” dia merentangkan tangannya dengan senyum sinis.

So…?” tanyaku sambil menatap wajahnya yang menyebalkan, tipikal orang yang keras kepala dan ngotot.

“The only way to do great work is to love what you do...”   orang itu berkata dengan sangat yakin.
aku menelan ludah, kata-katanya sangat mengerikan dan terkesan amburadul.


“Lakukan apa yang anda cintai. Apapun. Yakinlah kalau yang anda lakukan akan menjadi pekerjaan yang hebat” dia memutar tangannya dan menepuk pundakku perlahan.


“Seperti kamu keluar dari Reed College di Portland, Oregon?! Dan kemudian melanjutkan kelas kaligrafi?!” kutatap tajam dia dengan penuh keyakinan, dia bergemin dan mengkerutkan matanya.


“Ya!! Tentu saja. Yakinlah kalau semua yang anda lakukan akan menjadi sesuatu yang hebat dan besar” aku tak bisa mengelak, dia telah membuktikan seberapa berpengaruh ‘kelas kaligrafi’ di pekerjaannya.


Hey Man!!! aku sudah melakukan apa yang ku suka, tapi tahu apa yang ku dapatkan?! Tak ada yang berubah?! Semua orang mencibirku!! ” Aku berteriak kesetanan, tak terkendali.


“Teruskan….” Dia berbicara tenang, bersedekap dengan tangan menyentuh jenggot pendek di pipinya.


“Kau tahu!! Didunia ini banyak orang brengsek yang segera menendangmu hanya gara-gara kau tidak sepaham dengan mereka!!”  aku meloncat dan meraih kerahnya dan berkata dengan penuh amarah.


 “Khikhikhikhii……”  dia menertawakanku, sama seperti orang-orang brengsek diluar sana

 “Terserah tentang apa yang kamu pikirkan tentang aku, Man.”  Aku mundur beberapa langkah mengatur nafas.

Hei Buddy, saya beri tahu satu hal. Jika saya tidak menghadiri kelas kaligrafi di perguruan tinggi itu, maka Mac tidak akan memiliki beragam huruf cetak ataupun huruf dengan spasi sejajar.” Dia tersenyum, sedikit lebih ramah dibandingkan 10 menit yang lalu.

“Saya dan Steve Wozniak, menjadi Nerd Computer atau apalah istilahnya hingga bertahun-tahun. Rekanku, ia merancang hardware, desain papan sirkuit, dan sistem operasi untuk Apple”

“Kalian menenggelamkan hidup kalian demi benda bernama ‘Apple’ sebegitu kerasnya. Apa kau tidak perduli denga orang-orang tolol di sekitarmu, Man? ” tanyaku dengan nada sedikit menyindir pria paruh baya bercelana jeans tersebut.

No… Saya sudah berprinsip sederhana, Jangan biarkan omongan orang 'meredam suara batin Anda sendiri” dia menunduk sejenak dan merapikan ikatan sepatu New Balance 991-nya yang mulai kusut.

“Apakah kamu masih berpikir seperti itu ketika kamu di ‘tendang’ dari Apple? Aku bahkan sekarang percaya kalau kau adalah orang yang pemarah dan mudah berubah pikiran” sepertinya ucapanku barusan membuatnya memikirkan jawaban yang tepat untuk menjatuhkan ucapanku.

“Hmmm… yah kurasa saya tidak terlalu memikirkannya. Bukankah gara-gara kejadian itu saya bisa membeli Pixar dan Mendirikan NeXT?! ” dia tertawa, kemudian menepuk dadanya dengan cukup keras.

“……………….. ” aku diam, dan berpikir membeli Pixar adalah sebuah  pencapaian yang sangat keren, dia benar-benar gila. Sepertinya permasalahanku di hadapannya hanya menjadi camilan makan siang di alam semesta yang luas ini.

“Dan sobat, apakah anda masih butuh jawaban tentang pertanyaan ‘apa yang harus aku lakukan’ tadi? ” tanyanya sambil tersenyum bijak. Dia berdiri tepat di depanku. Maju perlahan dan memegang pundakku.

“ingat, Milikilah keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi” dia menghilang, melebur bersama udara.

hey Buddy, Remember Stay Hungry. Stay Foolish.  Kemudian lenyap di telan semesta yang makin gelap. 

sumber gambar: http://www.quotationsdiary.com


Mujix
apa yang harus aku lakukan,
adalah apa yang aku inginkan.
Simo, 11 Januari 2013

UGD


Rumah sakit adalah tempat ‘tersakit’ yang pernah aku kunjungi. Kenapa? Aku menyebutnya tersakit karena banyak  dokter bermuka datar dengan jubah putihnya,keadaan-keadaandimana seseorang di ujung tanduk menghadapi hidup, tangisan-tangisan pilu para penjenguk ketika melihat kawannya meninggal, dan tentu saja bau obat yang menyengat di sepanjang lorongnya. Lorong adalah tempat dimana banyak orang berlalu lalang dengan terburu-buru. Lorong di rumah sakit ini menjadi saksi bisu berbagai kejadian dramatis banyak orang. Kurasa aku dan sahabatku termasuk salah satu dari banyak orang tersebut. Ingatanku kembali ke beberapa hari yang lalu, sepotong ingatan yang tertinggal di tempat bernama café bintang.

***

Café Bintang  terletak di ujung perempatan jalan Slamet Riyadi, sebuah tempat peristirahatan bagi para pelancong dari berbagai tempat. aku dan sahabatku bukan seorang pelancong, namun banyak waktu yang kami habiskan disana, mungkin lebih dari seperempat hari kami menguasai tempat itu.

“kamu tahu apa yang membuat pelancong itu pergi ke banyak tempat?” Tanya dia dengan senyum terkulum dan menatap mataku.

“enggak tahu! Dan gak mau tahu” ujarku dengan dingin.

“halah, mereka semua mempunyai ambisi untuk berpetualang, bertemu dunia baru, dan tentu saja menikmati hidup sedetail mungkin” dia tertawa sambil berpose ala pelaut yang tengah menemukan pulau baru, seperti Columbus kali ya? Entahlah.

“bego, bilang aja kalo aku harus melupakan dia dan bertemu dengan dunia baru agar aku bisa menikmati hidup sedetail mungkin” kataku sambil melempar sedotan ke kepalanya dengan brutal. Pengennya sih aku lempar mesin kasirnya Café Bintang.

“ahahahaha, nah itu kamu juga tahu. Smile buddy, the past is paintfull but life must go on!!” dia memegang tanganku. Apakah mungkin, dunia baruku kali ini adalah kamu.

Sesekali aku meraih HP nokia tersebut, menggantinya dengan lagu-lagu penuh semangat untuk mengalihkan kegalauanku akan hari ini. Yak. Kurasa lagunya The Beatles  yang ‘Yesterday’ sangat pas untuk detik ini.
“hei, ngomongin soal dunia baru kamu udah pernah makan Magnum Chocolate Gold belum?”

Maknum Cokolat Golt? Kok mobil tamiya dimakan sih?” ingatanku tentang Magnum hanya sesosok nama untuk Mobil Tamiya 4WD di acara film kartun minggu pagi, Iya, Yang Let’s Go Max ntu lho.

“payah luh. Diem disini ya. Aku belikan sebentar. Noh, di depan café ada mas-mas penjual es krim”
Wadezig!! Maknum Cokolat Golt ternyata bukan nama Tamiya 4WD.

“jangan lupa, Smile buddy, the past is paintfull but life must go on!!” dia berteriak sambil meninggalkan meja kami dengan senyum termanisnya.


Semuanya begitu cepat berlalu, terjadi secepat kilat, mengalihkan akal sehat. Mobil Avansa hitam itu melaju dengan kencang, tak sampai seperempat menit untuk membuatnya terpelanting beberapa meter. Aku menghampirinya dengan panik. Suasana mendadak sunyi. Semuanya menjadi merah.

***

“Yesterday all my trouble seems to far away”
Lagu The Beatles itu tiba-tiba terdengar perlahan dari tempat ‘tersakit’ itu. aku mencoba menenangkan diri. Dia masih berada di ruang gawat darurat, mendapat perawatan medis yang sangat intensif sejak peristiwa Avansa di depan café bintang kemarin.

“jangan lupa, Smile buddy, the past is paintfull but life must go on!!” antara tersadar dan tidak, kata-katanya itu mengingatkanku tentang keadaan hari ini. Okey, masa lalu aku bisa membiarkannya untuk berlalu. Namun tidak dengan kamu.

Mujix
komputerku sudah pindah tempat
sekarang semuanya akan di mulai dari
awal lagi
Purwosari, 15 September 2012


monolog

Matahari tinggal sepotong di ujung pantai, dia menyisakan kilaunya di permukaan laut. Semuanya tak ada yang tak kebagian, bahkan pelipis wajah sang karangpun terhanyut warna merahnya. aku biasa menyebutnya ‘panggung dunia khayal’, sebuah Batu karang di pantai yang seakan mirip raksasa. Kadangkala aku berdiri di ‘panggung dunia khayal’ itu untuk mendamprat takdirku habis-habisan, di lain waktu aku hanya duduk bercengkrama dengan Tuhan membicarakan tentang indahnya hidup. Puncak ‘panggung dunia khayal’ tersebut tingginya sekitar  30 meter, berwarna putih pucat penuh lubang-lubang dengan sisa-sisa hewan laut kecil khas batu pantai. 

Beberapa tahun lalu, untuk mencapai tempat ini kalian harus berjalan kaki di jalan setapak yang cukup terjal. Sekarang jalan itu telah di renovasi menjadi tangga-tangga kecil dari kayu.


Tempat ini sering di sebut tempat terujung dari semua ujung, Tempat dimana pertemuan dan perpisahan sederhana sering terjadi. Setidaknya pertemuan kecil antara air laut dengan tanah pantai pulau menjadi rutinitas yang sering di cari para pelancong dari berbagai negeri. Hari sudah beranjak lebih dari separuh, sedikit lagi semuanya akan mulai mengabur di telan malam. Hari ini Masih tersisa beberapa menit untuk sekedar menikmati langit jingga di atas sana. Apakah kalian tahu? Langit jingga  sore hari adalah waktu yang tepat untuk mengingat rumah, sedangkan langit jingga sore hari di pantai adalah waktu yang tepat untuk mengingat diri sendiri. Percayalah teman, Cakrawala yang luas nun jauh di seberang lautan bahkan kadang kala tak cukup untuk menumpahkan semua hal tentang diri sendiri.

Di ujung seberang yang lain, kalian bisa menemukan perahu-perahu nelayan berukuran sedang. Perahu itu hanya di gunakan untuk mencari ikan di malam hari.  ketika pagi menjelang pada pukul 9, kapal-kapal nelayan tersebut di sulap menjadi pasar dadakan untuk menjual ikan. Di kala sore seperti ini, perehu-perahu tersebut biasanya teronggok dengan mesra di tepi pantai. 4 jam lagi perahu tersebut siap bertarung dengan kerasnya dunia nelayan di lautan lepas.

Masih tersisa beberapa menit untuk sekedar menikmati langit jingga di atas sana. Semuanya perlahan-lahan mulai menghilang di telan gelap. Angin pantai mendadak keras menerpa apa saja di sekitarmu. Udara asin yang bergerak mendadak menandakan bahwa senja di pantai akan segera berakhir, berganti dengan malam yang gelap gulita. Ketika malam mulai menjelang, tidak ada lagi pertemuan kecil  antara air laut dengan tanah pantai pulau. Suara gemuruh air berombak mengingatkan bahwa hidup akan terus berjalan. Matahari telah habis dan tenggelam di ujung pantai,  Senja kali Ini telah berakhir, berganti dengan malam yang datang lagi. 

Percayalah, Cakrawala yang luas nun jauh di seberang lautan bahkan kadang kala tak cukup untuk menumpahkan semua hal tentang diri sendiri.

Mujix
Cowok yang mendamba bulu dada
Simo, 08 September 2012