14.34.07.02.2014
Hidupku akhir-akhir ini sangat
buruk. Oke, mari kita list satu
persatu. Poin pertama yang membuat aku stress adalah faktor keuangan. Di divisi
ini semuanya memburuk semenjak aku fokus ke studiku. Sangat buruk hingga
membuat studiku juga ikut memburuk. Berbagai macam tawaran pekerjaan aku tolak
hanya untuk menyelesaikan benda bernama skripsi. Beberapa pekerjaan tersebut
berupa ilustrasi buku, permintaan membuat komik mingguan di suatu surat kabar,
hingga job semacam lay out majalah. Penolakan job-job
tersebut sangat berimbas terhadap faktor keuangan di dompet, walaupun sekarang
aku gak punya dompet. Dompet itu hilang ketika aku pulang kampung, meyebalkan
memang. Sekarang aku lebih suka menggondol uang di rangsel Consina-ku. Aku
cukup bersyukur tidak memiliki banyak pengeluaran yang kurang penting semacam
merokok, nge-game, salto di mall, ataupun
ngemil es krim berlebihan. Namun percayalah, tanpa pengeluaran kurang penting
tersebut, hidupku awal bulan ini sudah cukup berantakan. Job-job tersebut aku tolak dengan pertimbangan deadline yang menggila hingga upah yang kurang manusiawi. Harga
untuk ilustrasi dan komik di Kota Solo memang untuk beberapa pihak sangat
potensial untuk dibanting. Kurasa ketika ada negosiasi harga, para klien itu mengumpat
didalam hati “Mati sana dengan hargamu, hei sang komikus amatir berambut
kribo!!!”. Sementara ini aku menunda untuk membeli buku ‘Diary Bocah Tengil:
Demam Kabin’ dan rehat menyewa buku komik di Quantum. Arrrrrgggh!!! Kampret!!!
Poin selanjutnya adalah faktor
kuliah. Oke, sebenarnya tak terlalu buruk di poin yang ini. Semenjak aku
mencoba fokus, beberapa tanggungan seperti Laporan Magang, dan draft proposal
bab 1-3 hampir selesai. Kendalanya mungkin hanya masalah transportasi dan
susahnya kopi darat dengan para dosen (yang tentu saja di sebabkan faktor
tranportasi). Ngomong-ngomong soal transportasi, Pertengahan bulan Januari
kemarin ada tawaran untuk kredit motor dari teman. Harganya murah, soalnya
motornya sudah setengah pakai. Beberapa kerabat memberi saran untuk mengambil
tawaran tersebut. Namun setelah berpikir semalaman, tawaran tersebut aku tolak.
Sepertinya sebelum aku lulus kuliah aku tidak akan membeli motor, apalagi
secara kredit. Aku sudah kenyang dengan penderitaan para kawan yang setiap
bulan di terror tagihan. Mungkin beberapa orang menganggap tindakan sebagai tindakan ‘tidak berani berspekulasi’,
namun aku sangat mempercayai dengan intuisi lelaki sejati. Intuisiku bilang
‘hidupku akan semakin berantakan’ jika aku mengambil tawaran tersebut. Dan
intuisiku itu terjawab dengan sangat benar hari ini. Aku masih mengejar mimpiku
untuk beli motor Honda CS One secara Cash. Semoga segera terwujud ya Allah.
Hei Men, omong-omong kenapa ya? curhat ginian lebih gampang daripada
ngerjain skripsi Bab 3? Beneran. Kalo niatnya curhat, baru 10 menit di depan
komputer udah dapat hampir 400 kata. Kalo niatnya ngerjain skripsi, 10 menit
pertama habis buat bikin teh hangat sama bingung nyari tombol Caps lock. Setelah tombol Caps Lock ketemu, teh hangatnya udah
habis. Terus bikin teh hangat lagi deh, 20
menit tiba-tiba lenyap entah kemana.
Beberapa jam lalu sebelum menulis
curhatan ini, teman SD-ku tiba-tiba datang. Kalian inget Trimbel, itu tuh,
teman yang aku ceritakan di postingan kemarin. Aku lupa judulnya, nanti aku up date deh. Doi udah nikah, anaknya
udah satu, cewek kecil gitu. Katanya sih umurnya udah hampir 3 tahun. Kami
ngobrolin banyak hal. Salah satunya ngobrolin bahwa dia sedang ngebet sama buku
‘Chairul Tanjung, Si Anak Singkong’. Eh, beneran gitu ya judulnya? Kayaknya sih
beneran. Kalau salah guweh boleh diingetin kok. Bagi temanku ini, om Chairul
Tanjung adalah sumber segala inspirasi dan ambisi. Doi terkagum-kagum sama om
Chairul yang bisa menjadi pemilik Trans Corp, ritel sebuah merk minimarket yang
banyak banget jumlahnya di seantero nusantara, hingga keberaniannya untuk
mengikuti bursa capres di salah satu partai. Semua obrolan kami yang gak jelas
itu akhirnya mengkerucut ke sebuah quotes
yang keren. Quotes keren tersebut
adalah:
“ Di dunia ini tidak ada kesuksesan yang
instan. kalaupun ada, kesuksesan instan itu cuma akan berakhir secara instan”.
Uoooh… quotes semacam ini sangat bejibun di berbagai buku motivasi. Tapi
ketika quotes ini sangat keren dan
memiliki power ketika diucapkan
temenku yang hidupnya masih kembang kempis terhimpit kebutuhan keluarga
sehari-hari.
Oh iya, mungkin mulai hari ini
aku akan sangat jarang sekali menggondol uang di rangsel Consina. Tas
kesayangan itu telah jebol lahir dan batin. Ada lubang lebar menganga di dekat
resleting kecil dan dua Black Hole di
sisi bawah tas. Saking lebarnya lubang itu kalian bisa bikin kakus di situ. Tas
merah itu telah berusia 3 tahun. Lama banget yah. Tas itu udah besar, udah
mulai lari-larian gituh. Aku sangat ingat bagaimana bahagianya membesarkan tas
itu sendirian. Kayaknya dulu aku beli pake gajian ilustrasi. Atau mungkin
animasi? entahlah aku lupa. Pokoknya tas itu sudah saatnya untuk pensiun.
Semoga uang muka dari penerbit segera turun, kan bisa buat beli tas baru. Tas Consina
berwarna biru, biar samaan dengan tas yang di pake Bung Kribo di komik Lemon
Tea. Oh iya, jangan lupa sepatu Airwalk-nya :D
Mujix
met ultah buat Popok dan Feri Oye Oyes
makin sukses ya kawan
07 februari 2014
<< Beranda