megamendungkelabu

Selasa, 24 Juni 2014

Stand By Me



Hari ini sudah hampir berminggu-minggu aku tidak menulis postingan. Mungkin malah berbulan-bulan. Rasanya sangat sulit untuk diungkapkan. Aku telah melanggar janji, janji kepada diriku sendiri saat blog ini dibuat. Beberapa tahun yang lalu, kalau tidak salah pada tahun 2008, aku berjanji untuk rutin mengisi blog ini minimal dua minggu sekali. Hari ini, entah sudah beberapa minggu, janji itu terlanggar juga. Kurasa keadaan ini sangat mirip dengan pepatah ‘aturan diciptakan untuk dilanggar’. Yap. Aturan. Semua hal di dunia ini dikendalikan oleh aturan. Semua hal, bahkan rutinitas ketika kamu boker-pun tak luput dari aturan. Masak sih kalian boker sambil bikin jus terong gituh? Gak mungkin lah. Aturan bisa mengendalikan semua hal, apapun, siapapun, dan pada saat kapanpun. Termasuk saat kalian jatuh cinta.

Definisi cinta untuk diriku saat ini dideskripsikan dengan sangat jelas oleh lagunya Oasis yang berjudul ‘Stand By Me’.  Aku mempercayai bahwa setiap lagu membawa spirit. Aku sangat cupu soal bermusik, bego soal menghapalkan nada, bahkan cukup payah dalam memainkan gitar, tapi aku sangat pede untuk ‘bisa galau mendadak dalam hitungan detik’. Ah. Kemampuan apa itu. Hingga hari ini aku sangat kesulitan menggenjreng gitar menggunakan kunci Bm (baca: Be Minor). Kurasa aku adalah komikus paling buta musik diseluruh jagat raya, namun aku percaya bahwa setiap lagu (yang bagus) itu tercipta membawa perannya masing-masing. 

lagu Oasis yang berjudul ‘Stand By Me’, mempunyai peran yang cukup besar untuk diriku akhir-akhir ini. Andaikan suatu saat di masa depan ada ‘Uya Kuya’...... (hening sebentar). Ah, jangan Uya Kuya deh, takutnya ntar aku dihipnotis buat nulis kata-kata “UYA KUYA COWOK PALING GANTENG SEDUNIA”.  Yuk ganti subjek, jangan Uya Kuya pokoknya! Takutnya ntar... eh?! Aku udah nulis “UYA KUYA COWOK PALING GANTENG SEDUNIA”.  Thiidaaaaakkkk!!! Aku dihipnotis!!!! Tolong hipnotis aku biar guanteng kayak kamu!!

Okeh!! Jangan Uya Kuya. Raisa Adriana aja ya. Pokoknya Andaikan suatu saat di masa depan ada Raisa Adriana (ciyeee ciyeeeee) nanya gini:

“Mas Mujix, ada cerita khusus gak sih tentang lagunya Oasis yang berjudul ‘Stand By Me’ di dalam hidupmu yang awesome ini? ”

Mungkin aku akan menjawab seperti ini:
“Dik Raisa Adriana yang manis seperti madu yang kecebur di lautan susu coklat, lagu ‘Stand By Me’ mengingatkanku pada masa-masa aku kangen seseorang namun apa daya deadline skripsi dan komik berfusion seperti di komik Dragon Ball Volume 42 ”

Raisa, dengan tatapan elegannya bertanya dengan lembut: “Kok bisa gitu sih Mas, ceritain ke aku dong?”
Aku diam sejenak, menatapnya dengan tatapan sayu. Aku kemudian tersenyum kecil dan berbalik sambil menatap ke arah langit yang sedang merona jingga ditelan senja. 

“Ketahuilah Dik, lagu ini pernah menjadi teman kala aku mengerjakan revisi buat ujian pendadaran saat aku kuliah di ISI Surakarta. Skripsi kampret itu membuatku harus sering bercumbu dengan printer yang baunya naujubilahiminjalik, serasa mencium bau kaus kaki sendiri yang sudah satu bulan tidak dicuci”
Aku tahu dia masih menatapku dengan sendu.  

“Oohhh Mas Mujix, kamu sangat jantan saat bercerita sambil menatap langit” dia memelukku dari belakang dengan lembut. Kami bergandengan tangan. Kemudian kami menikah, berbulan madu ke Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, dan bahagia selamanya. 

Eh, kenapa kalian sewot gituh? Enggak percaya? Enggak papa kan? Namanya juga tulisan komedi Bung. Kembali ke topik utama. Yaitu peran lagunya Oasis yang berjudul ‘Stand By Me’ di kehidupanku akhir-akhir ini. Baiklah kita mundur ke masa lalu sejenak. Menengok masa di mana aku bertemu lagu ini untuk pertama kalinya. 

Namanya Pak Supri. Doi penjual susu segar di daerah Sriwedari, tepatnya di sebelah para penjual lukisan Pujosari. Pak Supri adalah bapak paruh baya yang berusia 40-an tahun. Sudah tua. Mukanya sudah tua. Rambutnya juga sudah tua. Putih semua. Kalau bertemu dengan beliau isinya cuman ketawa-ketiwi gak jelas ngobrolin apapun. Beneran apapun. Dari persoalan dunia perkomikan Solo di masa lalu, hingga permasalah pelik tentang hakikat manusia di dunia yang hingar bingar ini. Seperti itulah. Keren yaaa.

Suasana di warung itu sangat jadul. Ada tiga meja disana, satu berada di dalam ruangan yang menghadap ke selatan, sedangkan sisanya diluar menghadap ke arah jalan. Pak supri biasanya duduk di meja tak jauh dari kompor  tempatnya menghangatkan susu. Beberapa botol yang berisi sirup, madu dan gula tertata rapi menghadap kearah pelanggan. Malam itu aku berbincang dengan gaul dengan Pak Supri. Di tempat itu setiap malam selalu memutar lagu untuk para pelanggannya. Semua lagu itu berasal dari handphone yang dihubungkan dengan speaker aktif.

Biasanya aku tidak terlalu memperhatikan lagu yang terputar, namun malam itu semuanya mendadak berbeda. Lagu beraroma pop rock agak jadul itu menggoda telingaku.  Lagu ini benar-benar  easy listening.
“Pak, Iki lagune sopo toh? Kok uenak banget?!” aku bertanya perihal lagu itu ke Pak Supri dengan menyeruput STMJ favoritku. 

“Lhooh!!? Kowe ra mudek to jiik, iki lagune Oasis!!” pak supri melihatku dengan tatapan tak percaya.

“Lhaaaah. Ikikan lagu lawas. Dudu jamanku pak! Lagu jaman saiki kui yo JKT 48. Yen ora yo SNSD.” Aku berkilah dengan menyebutkan nama-nama ter-update di jamanku. Pak Supri bengong. Aku berani bertaruh 1000% kalau dia enggak paham siapa itu JKT 48 dan SNSD. Darah itu merah, kita berbeda jama Jendraaaal!!!

Begitulah. Hingga hari ini Lagu oasis yang paling aku sukai adalah ‘Don’t Look Back In Anger’. Lagunya keren banget. Lagu yang berjudul ‘Stand By Me’ juga keren. Saking kerennya aku bingung harus menulis apa lagi. Karena aku udah bingung, postingan ini aku akhiri sekarang. Sampai jumpa di postingan selanjutnya ya folks.

Mujix
tiba-tiba aja udah mau
bulan puasa lagih. cepet banget sih :)
Kerten, 24 Juni 2014