Stand By Me
Hari ini sudah
hampir berminggu-minggu aku tidak menulis postingan. Mungkin malah
berbulan-bulan. Rasanya sangat sulit untuk diungkapkan. Aku telah melanggar
janji, janji kepada diriku sendiri saat blog ini dibuat. Beberapa tahun yang
lalu, kalau tidak salah pada tahun 2008, aku berjanji untuk rutin mengisi blog
ini minimal dua minggu sekali. Hari ini, entah sudah beberapa minggu, janji itu
terlanggar juga. Kurasa keadaan ini sangat mirip dengan pepatah ‘aturan
diciptakan untuk dilanggar’. Yap. Aturan. Semua hal di dunia ini dikendalikan
oleh aturan. Semua hal, bahkan rutinitas ketika kamu boker-pun tak luput dari
aturan. Masak sih kalian boker sambil bikin jus terong gituh? Gak mungkin lah.
Aturan bisa mengendalikan semua hal, apapun, siapapun, dan pada saat kapanpun.
Termasuk saat kalian jatuh cinta.
Definisi cinta
untuk diriku saat ini dideskripsikan dengan sangat jelas oleh lagunya Oasis
yang berjudul ‘Stand By Me’. Aku mempercayai bahwa setiap lagu membawa
spirit. Aku sangat cupu soal bermusik, bego soal menghapalkan nada, bahkan
cukup payah dalam memainkan gitar, tapi aku sangat pede untuk ‘bisa galau
mendadak dalam hitungan detik’. Ah. Kemampuan apa itu. Hingga hari ini aku
sangat kesulitan menggenjreng gitar menggunakan kunci Bm (baca: Be Minor).
Kurasa aku adalah komikus paling buta musik diseluruh jagat raya, namun aku
percaya bahwa setiap lagu (yang bagus) itu tercipta membawa perannya
masing-masing.
lagu Oasis yang
berjudul ‘Stand By Me’, mempunyai
peran yang cukup besar untuk diriku akhir-akhir ini. Andaikan suatu saat di
masa depan ada ‘Uya Kuya’...... (hening sebentar). Ah, jangan Uya Kuya deh,
takutnya ntar aku dihipnotis buat nulis kata-kata “UYA KUYA COWOK PALING
GANTENG SEDUNIA”. Yuk ganti subjek,
jangan Uya Kuya pokoknya! Takutnya ntar... eh?! Aku udah nulis “UYA KUYA COWOK
PALING GANTENG SEDUNIA”.
Thiidaaaaakkkk!!! Aku dihipnotis!!!! Tolong hipnotis aku biar guanteng
kayak kamu!!
Okeh!! Jangan Uya
Kuya. Raisa Adriana aja ya. Pokoknya Andaikan suatu saat di masa depan ada
Raisa Adriana (ciyeee ciyeeeee) nanya gini:
“Mas Mujix, ada cerita
khusus gak sih tentang lagunya Oasis yang berjudul ‘Stand By Me’ di dalam hidupmu yang awesome ini? ”
Mungkin aku akan
menjawab seperti ini:
“Dik Raisa Adriana
yang manis seperti madu yang kecebur di lautan susu coklat, lagu ‘Stand By Me’ mengingatkanku pada
masa-masa aku kangen seseorang namun apa daya deadline skripsi dan komik
berfusion seperti di komik Dragon Ball Volume 42 ”
Raisa, dengan
tatapan elegannya bertanya dengan lembut: “Kok bisa gitu sih Mas, ceritain ke
aku dong?”
Aku diam sejenak,
menatapnya dengan tatapan sayu. Aku kemudian tersenyum kecil dan berbalik
sambil menatap ke arah langit yang sedang merona jingga ditelan senja.
“Ketahuilah Dik,
lagu ini pernah menjadi teman kala aku mengerjakan revisi buat ujian pendadaran
saat aku kuliah di ISI Surakarta. Skripsi kampret itu membuatku harus sering
bercumbu dengan printer yang baunya naujubilahiminjalik, serasa mencium bau
kaus kaki sendiri yang sudah satu bulan tidak dicuci”
Aku tahu dia masih
menatapku dengan sendu.
“Oohhh Mas Mujix,
kamu sangat jantan saat bercerita sambil menatap langit” dia memelukku dari
belakang dengan lembut. Kami bergandengan tangan. Kemudian kami menikah,
berbulan madu ke Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, dan bahagia selamanya.
Eh, kenapa kalian
sewot gituh? Enggak percaya? Enggak papa kan? Namanya juga tulisan komedi Bung.
Kembali ke topik utama. Yaitu peran lagunya Oasis yang berjudul ‘Stand By Me’ di kehidupanku akhir-akhir
ini. Baiklah kita mundur ke masa lalu sejenak. Menengok masa di mana aku
bertemu lagu ini untuk pertama kalinya.
Namanya Pak Supri.
Doi penjual susu segar di daerah Sriwedari, tepatnya di sebelah para penjual
lukisan Pujosari. Pak Supri adalah bapak paruh baya yang berusia 40-an tahun.
Sudah tua. Mukanya sudah tua. Rambutnya juga sudah tua. Putih semua. Kalau
bertemu dengan beliau isinya cuman ketawa-ketiwi gak jelas ngobrolin apapun.
Beneran apapun. Dari persoalan dunia perkomikan Solo di masa lalu, hingga
permasalah pelik tentang hakikat manusia di dunia yang hingar bingar ini.
Seperti itulah. Keren yaaa.
Suasana di warung
itu sangat jadul. Ada tiga meja disana, satu berada di dalam ruangan yang
menghadap ke selatan, sedangkan sisanya diluar menghadap ke arah jalan. Pak
supri biasanya duduk di meja tak jauh dari kompor tempatnya menghangatkan susu. Beberapa botol
yang berisi sirup, madu dan gula tertata rapi menghadap kearah pelanggan. Malam
itu aku berbincang dengan gaul dengan Pak Supri. Di tempat itu setiap malam
selalu memutar lagu untuk para pelanggannya. Semua lagu itu berasal dari handphone
yang dihubungkan dengan speaker aktif.
Biasanya aku tidak
terlalu memperhatikan lagu yang terputar, namun malam itu semuanya mendadak
berbeda. Lagu beraroma pop rock agak jadul itu menggoda telingaku. Lagu ini benar-benar easy
listening.
“Pak, Iki lagune
sopo toh? Kok uenak banget?!” aku bertanya perihal lagu itu ke Pak Supri dengan
menyeruput STMJ favoritku.
“Lhooh!!? Kowe ra mudek
to jiik, iki lagune Oasis!!” pak supri melihatku dengan tatapan tak percaya.
“Lhaaaah. Ikikan
lagu lawas. Dudu jamanku pak! Lagu jaman saiki kui yo JKT 48. Yen ora yo SNSD.”
Aku berkilah dengan menyebutkan nama-nama ter-update di jamanku. Pak Supri bengong. Aku berani bertaruh 1000%
kalau dia enggak paham siapa itu JKT 48 dan SNSD. Darah itu merah, kita berbeda
jama Jendraaaal!!!
Begitulah. Hingga
hari ini Lagu oasis yang paling aku sukai adalah ‘Don’t Look Back In Anger’.
Lagunya keren banget. Lagu yang berjudul ‘Stand
By Me’ juga keren. Saking kerennya aku bingung harus menulis apa lagi.
Karena aku udah bingung, postingan ini aku akhiri sekarang. Sampai jumpa di
postingan selanjutnya ya folks.
Mujix
tiba-tiba aja udah mau
bulan puasa lagih. cepet banget sih :)
Kerten, 24 Juni 2014
<< Beranda