03.06 WIB
Aku meraih
handphone yang berada tak jauh dari tempat tidur. Malam itu aku terjaga
tiba-tiba. Jam menunjukkan pukul 03.06
WIB. Mataku menatap langit-langit kamar berwarna biru kusam tersebut. Suasana
malam ini cukup hening, hanya terdengar suara keyboard bergemeletuk dari
ruangan sebelah. Sepertinya Pak Iyok masih berkutat dengan pekerjaannya. Aku
melirik kearah depan, Bang arum tergeletak sedang menikmati tidurnya yang
menyenangkan. Kesadaranku mulai kembali. Ya. Aku sudah sampai di Kota Solo
lagi.
Hari ini adalah
hari yang cukup melelahkan. Beberapa aktivitas bertemu di hari yang sama. Ada
rapat untuk project komik yang barulah, njagong lah, dan lain sebagainya. Badan
kurus kering dan tinggal satu-satunya ini sepertinya mengalami kelelahan yang
keterlaluan. Lelah yang berkesinambungan ini membuatku sedikit lebih dekat
dengan diri sendiri. Percaya deh. Lelah adalah obat yang paling manjur untuk
membuatmu cukup untuk istirahat.
Terjaga di
tengah malam kemudian tidak bisa tidur lagi itu rasanya kampret banget. Padahal
dua jam lagi aku harus segera balik lagi ke rumah untuk mengembalikan motor. Aku
mencoba memejamkan mataku dengan paksa. Tidak berefek sedikitpun. Aku mencoba
menghitung dari angka satu sampai seratus. Malah makin segar bugar. Ya
sudahlah, aku menyerahkan kesadaranku kepada batin dan pikiran yang sedang ngelayap ke mana-mana.
Malam di ujung
fajar yang belum menyingsing itu membuatku mengingat banyak hal. Asmara pertama
yang kini entah kemana, perasaan sayang yang datang terlambat, para wanita yang
aku cintai diam-diam tanpa pernah aku ungkapkan, hingga penyesalan-penyesalan
yang harus segera aku lepas dari genggaman. Semua hal tersebut menggiringku ke
sebuah kesimpulan sederhana. Aku telah banyak berubah.
Kuakui atau
tidak kuakui, akhir-akhir ini aku mulai bisa berdamai dengan diri sendiri.
Seberapa sering aku memaklumi hal-hal yang terjadi di sekitarku, sama seringnya
dengan intensitas aku mengambil keputusan. Aku masih ingat seberapa cepat berpindah
dari kekalahan kompetisi illustrasi kemarin. Dalam hitungan jam aku sudah
baik-baik saja dan segera meluncur ke project selanjutnya. Itu tidak akan
terjadi jika aku berada di usia dua atau tiga tahun yang lalu.
Hal-hal yang
membuatku mengalami perubahan sedramatis itu adalah komitmen. Jika mundur ke
belakang, komitmen untuk menyelesaikan magang, mengerjakan skripsi,
menyelesaikan komik-komik tertunda, hingga bertahan di situasi sulit seakan
menjadi sparring partner yang setia.
Ayo datanglah. Kita bertarung. Siapapun yang menang, aku akan tetap berjalan.
Pertarungan untuk mendapatkan gelar sarjana adalah pertarungan yang cukup
rumit. Kemenangan atas move onnya aku dari kamu, terkadang aku menang,
terkadang aku kalah.
Kalau
dipikir-pikir, memiliki kesempatan untuk mewujudkan impian yang rumit itu
sangat keren. Bisa menggambar komik, mempunyai teman yang baik, keluarga yang
selalu sehat. Bukankah itu sangat menakjubkan. Rasa syukur terpanjatkan secara
polos malam itu. Aku ingin segera bisa sampai dirumah agar bisa menulis
postingan ini. Alhamdulillah.
Mujix
aku bersyukur bisa
mempunyai blog ini.
Menyenangkan sekali
bisa menulis tentang apapun
yang aku inginkan.
Simo, 12 Oktober 2015
<< Beranda