megamendungkelabu

Jumat, 30 Oktober 2015

Curhat Lomba Desain Maskot SNI

Aku cuman mau pamer kepada kalian kalau karyaku lolos sebagai finalis di lomba maskot SNI di KDRI (Kementrian Desain Republik Indonesia). Baru nyampe finalis kok pamer? Iya dong. Daripada enggak masuk finalis tapi pamer. Apa yang mau dipamerin!? Mau pamer duit juga, dompet sedang berjibaku dengan maut. Jumat ini keren sekali pokoknya.

Mumpung pemenangnya belum keluar, mending aku luapin deh perasaan menggebu-gebu gara-gara kesenengan bisa jadi finalis. Kalo pemenangnya udah keluar, terus aku kalah, biasanya postingannya mendadak sok bijak. Sok bijak dan memotivasi agar tetap tegar untuk menghadapi hidup. Makanya, mumpung  pemenangnya belum keluar, biarkan aku menyombongkan diri sepuasnya. Sebentar. Biar agak dramatis, Aku mau ketawa dulu ala penjahat di atas meja. HAHAHAHAHAHAHAHA

Hah. Capek ketawanya. Sepertinya aku enggak cocok menjadi karakter antagonis yang masih sok sombong gara-gara gagal menguasai dunia. Lomba Desain Maskot SNI ini dimulai sejak tanggal 29 September sampai 19 Oktober 2015. Aku mengikutinya di saat lomba hampir berakhir. Ini pertama kalinya aku mengikuti kontes membuat maskot. Mungkin juga pertama kalinya aku membuat maskot. Mungkin.Sejak dahulu aku memang sangat suka membuat karakter, namun jarang sekali membuat karakter yang memakai brief atau konsep yang rumit. Biasanya sih asal nggambar, kemudian asal njeplak.

Peraturan dan aturan main dalam lomba maskot ini cukup menarik. Sepertinya menjadi menarik gara-gara aku masuk jadi finalis. Tepatnya 25 finalis dari 346 peserta. Uoh. Keren kan. Maskot yang dibuat di sini harus dibuat berdasarkan KEYWORDS dari BSNI. 

Kata kunci tersebut adalah: Standar Nasional Indonesia, Inovatif, Menjawab Tantangan, Berdaya Saing, Melindungi, dan Karakter yang mudah diterima Oleh Masyarakat Umum.

Para peserta dituntut membuat desain maskot yang membawa semangat nilai-nilai kata kunci tersebut. Selain kata kunci, ada peraturan lain yang harus diperhatikan. Visual maskot harus di dominasi warna dari logo BSN. Ini dia logo BSN: 

Logo BSN.
(Sumber: www.republika.co.id)


selain warna, maskot harus menampilkan logo SNI. Yah. untuk lebih komplitnya silahkan cek web ini: Lomba Desain Maskot SNI

Blog ini cuman tempat curhat aja sih. Bukan Blog tempat ngumpulnya berbagai lomba. Balik lagi ke tema awal. Termasuk salah satu 25 finalis dari 346 peserta itu rasanya sesuatu sekali. Beberapa maskot yang kukira lolos, ternyata malah tidak masuk di meja penjurian. Kalo boleh jujur, aku cukup pede kalau maskotku bisa masuk finalis. Kalau menang!? bah. Minder juga sih. Beberapa maskot terlihat keren dan gahar. Untuk seorang amatir seperti aku, bisa membuat maskot berdasarkan konsep dan bisa kelar itu suatu keajaiban dunia. Untuk liat siapa saja finalisnya, silahkan cekidot ke link ini: Finalis Lomba Maskot SNI

Beberapa hari ini dunia benar-benar berputar sangat ajaib. Belum kelar move on dari permasalahan komik cetak kemarin, langsung saja di hantam berita gembira ini. Semacam dijatuhkan dari tempat yang tinggi kemudian diterbangkan lagi ketempat yang lebih tinggi. Apa!? mirip ketika dimodusin gebetan!? Ya elah. Gebetan yang mana sih!?

Pastinya kontes ini baru memunculkan finalis. Ya. aku belum menang. Senang sih senang. tapi lebih senang lagi kalo jadi pemenang. Harapanku kalau bisa menang sih mau beli Pen Tablet Wacom. Biar semakin gahar dalam berkarya. Yah. Mungkin akan aku sisakan beberapa ratus ribu untuk aku belikan sesuatu ke nenek. Sesuatu itu apa ya? Mungkin batik, VCD Campursari, atau mungkin Buah Anggur kesukaan beliau.  Masak sih udah gede dan jenggotan gini masih belum kelar membahagiakan orang-orang di sekitar. 

Mumpung masih menjadi finalis ayo kita berharap sepuasnya. Nikmati aja perasaan bergelora ini. Karena ketika kamu kalah, berharap dan perasaan bergelora ini hanya menjadi kenangan di masa silam. Seperti diriku yang tiba-tiba memimpikanmu tadi malam. Hey. Kamu apa kabar?

Mujix
Kebahagiaanku
saat ini adalah mengerjakan
komik lemon tea di malam hari
sambil mendengarkan lagu
Bossanova Jawa.
Simo, 30 Oktober 2015