megamendungkelabu

Senin, 05 Oktober 2015

Debu di ruang kerja.

Musim kemarau sudah berjalan beberapa bulan. Hal yang paling menyebalkan dari musim kemarau adalah panasnya. Entah sudah beberapa kali aku mengeluh tentang ‘betapa panasnya’ hari ini. Satu-satunya tempat dimana panasnya musim kemarau tidak terlalu hadir adalah berada di ruang kerja.

Aku cukup bersyukur memiliki ruang kerja yang memiliki jendela dan menghadap langsung ke kebun. Dua jendela dengan korden berwarna hijau itu menjadi penyelamatku akhir-akhir ini. Namun semua itu belum selesai. Keluhanku tentang panas memang sedikit berkurang, hanya saja muncul permasalahan baru yang enggak kalah merepotkannya. Permasalahan tersebut bernama debu.

Sudah menjadi hukum alam ketika kemudahan datang maka akan ada kesulitan lain yang menyertainya.  Butiran-butiran debu itu datang bersama angin yang menelusup jendela. Perlahan namun pasti ruang kerjaku menjadi kotor. Aku berpendapat, ruang kerja yang kotor merupakan lingkungan buruk untuk membuat karya.

Entah sejak kapan aku memiliki etos kerja yang tak lazim seperti itu. Sudah beberapa tahun ini aku selalu mengawali suatu pekerjaan dengan mengadakan bersih-bersih terlebih dahulu. Ruang kerjaku memang berantakan, namun tidak akan kubiarkan ruang kerjaku kotor.

Pagi ini ruang kerjaku sangat kotor. Debu-debu itu mulai menumpuk di meja gambar, buku-buku, keyboard dan di berbagai tempat lainnya. Baiklah. Saatnya bersih-bersih. Dahulu aku suka membawa kemonceng untuk membersihkan debu. Aku gebuk sana,  aku gebuk sini. Aku sentuh hatinya agar dia tidak lari lagi. Ternyata membersihkan debu dengan kemonceng tidak efektif. Debunya hanya berpindah tempat dan sekedar melompat-lompat saja. 

Aku harus memikirkan cara lain yang lebih baik. Berbekal ide dari kebiasaan membersihkan kaca jendela dengan kain serbet, aku akhirnya melakukan dengan cara yang serupa. Mulai beberapa bulan ini aku membersihkan debu dengan kain serbet.

Perlengkapannya sederhana. Air bersih, serbet, dua ember dan setumpuk semangat untuk membuat ruang kerja menjadi lebih bersih. Serbet aku celupkan ke ember air. Aku peras airnya, kemudian langsung aku lapkan ke meja gambar. Nah, para debu itu nempel tuh ke kain serbet, langsung saja peras dan dibersihkan di air yang lain. dua ember yang berbeda fungsi. 

Aku melakukan aktifitas itu berulang kali di tempat-tempat yang berbeda. Sistemnya hampir sama dengan mengepel lantai. Hanya saja kali ini menggunakan kain yang lebih kecil dengan porsi air yang lebih sedikit.

Aku membersihkan ruangan itu dari pagi hingga agak siang. Semua tempat hampir sudah aku bersihkan. Meja gambar, monitor computer, lemari buku, bahkan lantai tempat dimana kakiku ini sering melangkah. Sore ini ruangan kerjaku sudah lebih bersih. 

Aku juga mulai merapikan buku-buku yang numpuk di berbagai sudut.  Ruang kerja yang bersih sudah datang, saatnya dibikin berantakan lagi dengan karya-karya yang fenomenal.

Mujix
apa yang akan kamu lakukan
jika hari ini adalah
hari terakhir didalam hidupmu?

Simo, 5 Oktober 2015