megamendungkelabu

Selasa, 05 April 2016

Di Teras Masjid

Ada seorang bapak tua sedang termenung di anak tangga Masjid Agung Solo. Beliau menatap nanar ke gerbang utara entah dengan memikirkan apa, aku juga tidak begitu tahu. Beberapa hari ini aku memang sedang sok puitis memikirkan seberapa rumit isi pikiran orang lain.

Bapak itu beranjak dari anak tangga dengan jalan tertatih-tatih menyebrangi lautan manusia yang tengah terkapar kelelahan. Di tempat ini sudah menjadi pemberhentian para manusia yang butuh energi tambahan, atau sekedar numpang tidur. Selalu ramai dan banyak yang tergeletak begitu saja.

Dan disaat seperti inilah aku mempercayai bahwa rumah Tuhan berfungsi sebagaimana mestinya. Sebuah tempat yang tepat untuk sekedar beristirahat dari kehidupan yang cukup pekat.

Entah untuk sekedar beribadat atau sekedar beristirahat, siapa yang perduli. Keduanya mempunyai fungsi yang sama, mengembalikan dan menormalkan sesuatu yang sedang salah. Entah itu secara lahir ataupun batin.

Sebenarnya tidak sepenuhnya salah sih, tapi semenjak manusia memiliki keinginan, sesuatu hal yang tidak sesuai dengan hasrat maka hal tersebut biasanya dianggap salah.

Sudah lebih setengah jam aku di tempat ini, diam memandang nanar seperti bapak tua itu atau sekedar bersandar di tiang masjid dengan muka lelah seperti para manusia lain yang ada di sini. Apa yang salah? Aku berkali-kali memikirkan hal tersebut dan tidak menemukan apapun yang sekiranya tepat untuk menjadi jawaban.

Ah. Siapa perduli. Aku hanya ingin sekedar beristirahat sejenak dari pikiranku yang rumit ini. Angin yang berhembus perlahan dan membelai pipiku itu semakin membuatku sadar.

Memahami pikiranku sendiri sepertinya menjadi pekerjaan rumah yang elegsn daripada sok romatis memahami pikiran orang lain.

Job cover buku mewarnai yang belum selesai, bayangan mbak mantan yang belum juga hilang, pajak penghasilan yang berhasil menguras dompet, bla, bla, bla!

Aku sedang malas mengurusi hal-hal itu. Baiklah. Aku akan mengikuti tingkah polah para manusia yang ada di sini. Tergeletak sejenak untuk memulihkan banyak hal di dalam diriku yang sedang sekarat.

Tuhan, aku numpang istirahat sejenak di tempat ini ya. Terimakasih.

Mujix
Abis berburu buku bekas dan tidak mendapatkan apa-apa. Ugh. Rasanya hampa terasa hidupku tanpa dirimu.
Solo, 5 April 2016

I