megamendungkelabu

Minggu, 20 November 2016

Anak Kecil

Aku capek. Beneran. Liburan singkat ke Pantai Sadranan Jogja kemarin seakan-akan menjadi titik puncak rasa lelahku. Pantai. Iya pantai. Pantai Sadranan dan teman-temannya adalah pantai terbagus yang pernah aku temui. Pemandangannya komplit. Pantai, laut, bukit, batu karang, hingga langit yang luas semua ada di sana.
  
Cuman kurang satu. Enggak ada cewek blonde pake bikini. Adanya ibuk-ibuk paruh baya yang menyewakan tempat berteduh (di bawah pohon entah apa namanya, semacam nanas gituh) seharga 20K.

Aku dan beberapa teman berangkat dari Solo pukul 08.00 WIB. Kami mengambil rute dari Klaten, Cawas, Semin, lalu ke Wonosari (tolong maafkan kalau aku salah nulis rute atau nama daerahnya) sebelum akhirnya sampai di Pantai Sadranan. Perjalanan menuju lokasi membutuhkan waktu 4 jam. Plus nyasar beberapa kali. Setelah tanya sana-sini sampailah kita di Pantai Sadranan.

Silau abis. Itu yang kurasakan pertama kali saat memandang lautan lepas di siang hari. Bau amis dan angin berasa asin bercampur menjadi satu di mukaku. Gila. Tinggal dikasih tepung terigu, mukaku udah bisa jadi ulekan bumbu ikan goreng nih. Kami segera mencari tempat berteduh untuk melepas rasa lelah.

Siang itu benar-benar terang benderang. Apa memang pantai se-menyilaukan ini!? Perasaanku mengatakan kalau aku harus menikmati momen tersebut. Langsung deh, kulepas sepatu dan kaos kaki. Mengambil napas panjang. Menata hati yang hampir berantakan gara-gara kerjaan yang amburadul. Oke. Saatnya ke Pantai.

Pasir pantai di sini cukup bagus. Berjalan bertelanjang kaki di sepanjang pantai merupakan aktivitas yang menyenangkan. Mataku memandang ke segala arah. Langit biru dan laut biru berpadu menjadi satu di dalam kalbu. Aku merasa hidup kembali.

Suasana di sepanjang pantai masih cukup sepi. Hanya terlihat beberapa orang dan anak-anak berlalu lalang. Langkahku terhenti sejenak menatap seorang anak kecil yang sedang sangat girang.

Anak kecil itu mungkin berusia sekitar 2 tahun. Dia menggamit tangan (mungkin) ayah-ayah muda yang sepertinya seumuran denganku. Atau mungkin agak sedikit jauh di bawahku (Iya deh, iya, usiaku memang sudah cukup matang untun punya bini). Pemandangan saat itu sebenarnya cukup sederhana. Seorang ayah yang mengajak anaknya bermain di pantai.

Aku rasa anak kecil itu baru pertama kali pergi ke pantai dan melihat ombak. Setiap kali ada ombak yang datang dan menenggelamkan kakinya, anak kecil itu tertawa bahagia dengan sedikit histeris. Sesekali sang ayah ikut terkekeh melihat tingkah polah anaknya. Terlihat bahagia sekali.

Lama aku berdiri mematung di tempat itu. Diam dan mencoba larut ke dunia mereka. Hatiku sedikit bergetar melihat anak itu terpekik saat ombak laut menenggelamkan kakinya.

Berkali-kali ia terpekik dan histeris bercengkrama dengan ombak, berkali-kali pula hatiku didera perasaan hangat yang entah datang dari mana.

Lihat, anak kecil itu tertawa lagi. Matanya berbinar-binar seperti laut yang menyilaukan mataku.

"Pffftt... Hahaha..."
Tiba-tiba saja perasaan hangat di dadaku ini membuncah menjadi tawa kecil. Aku dan anak itu terbahak-bahak bersama. Lucuu. Senang. Happy. Ini mungkin yang sering disebut dengan 'bahagia itu sederhana'.

Aku masih capek. Beneran. Walau enggak ada cewek blonde berbikini, semuanya aku yakin akan baik-baik saja. Walau masih menyilaukan, Pantai Sadranan yang terang benderang itu perlahan-lahan mulai ramah di penglihatanku.

Entah mataku yang sudah bisa beradaptasi, atau  memang laut yang akhirnya mengalah untuk mengerti isi hati ini.

Mujix
Sudah ngantuk! Harus segera tidur!
Udah hampir jam 2 pagi lhoh. Btw semua list akhrnya sudah kelar.
Kerten, 27 November 3016.