megamendungkelabu

Kamis, 31 Maret 2016

Akhir Bulan

Akhir bulan ini aku tutup dengan gemilang. Gemilang karena aku berhasil menyelesaikan projek buku mewarnai tersebut. Pekerjaan ini aku selesaikan dalam jangka kurang lebih satu setengah bulan. Hari-hari aku habiskan di meja gambar. Melelahkan. Ada titik dimana aku sangat stuck, titik itu biasanya berada di tahap 'sketsa gambar'. Aku memiliki perilaku buruk dalam hal 'memulai sesuatu', semacam kendaraan yang membutuhkan waktu lama untuk memanaskan mesin.

Yah. Walaupun panasnya lama, mesin yang aku pakai terbukti tangguh. Setidaknya itu yang aku rasakan saat gambar terakhir itu terselesaikan.

Banyak hal yang bisa aku pelajari dari pekerjaan ini. Setiap orang memiliki jam produktifnya masing-masing. Selain pemahaman soal jam poduktif, ada juga soal strategi mengelola mood. Hal lain yang tidak kalah penting adalah sketsa yang matang. Ternyata sketsa yang baik bisa sangat memudahkan saat meninta.

Selama projek ini berlangsung, aku mengelola good mood dengan banyak cara. Mendengarkan musik dan membuat minuman hangat sangat membantu menghancurkan situasi yang sulit.

Kebiasaan lain yang baik saat bekerja adalah meninggalkan pekerjaan. Heh, kok gitu!? Iya beneran gitu. Aku sering ngilang dari meja gambar setiap beberapa puluh menit. Selain untuk mengganti suasana, hal tersebut aku lakukan untuk mengistirahatkan mata.

Beneran. Memandang satu bidang dengan fokus yang sama secara terus-menerus itu tidak baik untuk kesehatan mata. Solusinya ya gituh. Minggat sejenak dengan berjuta alasan-alasan konyol.

Aktivitas minggat itu bisa berupa makan siang, boker ke kamar mandi, nyari biscuit di warung sebelah atau sekedar nguyel-nguyel perutnya Gantar yang makin gendut.

Sebulan lebih terjebak di meja gambar membuatku makin dewasa. Berbagai hal payah yang membuat bad mood, harus bisa aku atasi. Beneran, saat hal buruk itu datang, semuanya menjadi kacau. Jangankan untuk menggambar, untuk sekedar bersyukur saja aku tak mampu.

Sebulan lebih telah lenyap ditelan masa dan ambisi yang membara. Entah akan menuju ke mana aku hanya bisa pasrah kepada Tuhan Sang Pencipta Semesta. Semoga semua hal ini tidak sia-sia. Karena aku yakin hidup tidak pilih kasih seperti manusia biasa. Maturnuwun Gusti.

Mujix
Drama norak itu belum berakhir.
Aku juga belum bisa keluar dari tempat gelap itu. Dan oh iya, lebaran tinggal hitungan jari.
Simo, 31 Maret 2016

Selasa, 29 Maret 2016

Hal Paling Berat

Hal paling berat dalam mengerjakan suatu hal adalah memulainya. Mengawali sesuatu hal yang belum pernah ada itu rasanya seperti mencintai orang yang belum pernah kita temui.

Musuh terbesarnya masih saja bernama rasa malas. Pekerjaan kali ini juga gitu. Aku masih saja bertemu dengan situasi gamang yang berhasil membuat pensilku tidak bergerak sedikitpun.

Padahal kalau dipikir lagi, ini adalah aktivitas kegemaran yang berhasil membuatku tetap hidup sampai saat ini. Mungkin bosan, mungkin jenuh, atau mungkin ini adalah protes dari alam bawah sadar yang marah karena aku sering mengingkari janji.

Berjuta rasa maaf tak akan bisa mengulangi waktu di masa lalu. Tugasku saat ini masih sama seperti hari-hariku sebelumnya.

Mencoba bersahabat lagi dengan segala penat agar semua pekerjaan segera tamat.

Diriku sendiri, maaf belum bisa membahagiakanmu lagi. Film Zootopia udah turun layar, kita tunggu link download-nya aja ya.

Mujix
Atau kita bersenang-senang dengan menonton film Batman V Superman aja yuk! Tapi syaratnya job ini harus segera dikelarin secepatnya.
Simo, 29 Maret 2016.

Sabtu, 19 Maret 2016

Sarang Tawon

Di kamarku ada sarang tawon. Terletak persis di samping pintu masuk. Sarang tawon itu kuketahui beberapa minggu yang lalu. awalnya hanya ada satu tawon yang mondar-mandir di kamar, dan entah sejak kapan tiba-tiba saja sudah nongkrong di samping pintu. Hari demi hari berganti dan sarang tawon itu perlahan-lahan mulai jelas bentuknya. Gumpalan kecil itu mulai membesar serta mengundang tawon-tawon lain.

Tawon-tawon lain itu berjumlah tiga ekor.
Aku sebenarnya memiliki memori buruk dengan tawon.

Dulu ketika aku masih duduk di sekolah dasar, ada seekor tawon menyengatku. Rasa perihnya masih terpatri kuat dialam bawah sadar. Keacuhanku mulai terusik ketika para tawon itu setiap pagi berkeliaran di tempat tidur. Kalian tahu apa yang paling menyebalkan dari seekor tawon? Suaranya. Suaranya berisik sekali dan mulai mengganggu. Aku mulai memperhatikan gelagat mereka. Biasanya sarang tawon itu ditunggui iduknya. Sepertinya mereka sedang membangun keluarga yang sakinah.
Aku hanya memperhatikan sarang tersebut dan berharap mereka segera melakukan tugasnya.

Aku masih saja acuh tak acuh pada tawon-tawon tersebut.
Hingga suatu pagi para tawon-tawon itu mulai bergerak dari sarangnya ke arah jendela.
Dua tawon setiap pagi salau hilir mudik menyebrangi tempat tidurku dan mencoba keluar. Karena jendelaku tertutup rapat, tawon-tawon tersebuk hanya muter-muter di sekitar tempat tidurku dengan suara yang berisik, Rasa traumatisku saat disengat tawon saat SD tiba-tiba saja muncul kembali.

Pagi demi pagi aku terbangun dari mimpi dengan rasa khawatir akan tawon yang tiba-tiba saja muncul. Terkadang suaranya muncul bagai Helikopter saat kesadaran belum terjaga. Terbangun tiba-tiba karena tawon membuat emosiku selalu buruk saat pagi hari. Brengsek, Apa yang harus aku lakukan. Pemahamanku tentang setiap makhluk berhak hidup menggangguku untuk berbuat kejam. Berbuat kejam bagaimana? misalnya menimpuk mereka pakai ember. Aku pernah melakukannya di mandi. Kasusnya hampir sama. Tawon itu muter-muter di atas kepala, dan aku yang sedang panik secara reflek memukulnya dengan ember yang sedang aku pegang.

Bunyinya 'Ctok!'. Sang tawon mental ke lantai dan terhuyung-huyung beberapa menit. Entah seberapa parah,namun tawon itu kemudian bersiap untuk terbang dan kemudian segera meluncur keluar dari kamar mandi. Dari sudut pandang sang tawon, Aku bagai Titan yang kejam saat itu. Soalnya saat itu aku kebetulan telanjang bulat. Titan kurus kering dengan ranbut kribo.

Jujur, sebenarnya aku enggak tega sih kalo harus ngelempar para tawon di kamar dengan ember. Bukannya sok imut atau gimana, aku juga keder kalao harus disengat lagi untuk ke dua kalinya.Alhasil beberapa hari aku tidak melakukan apa-apa dengan sarang tawon tersebut. Sudahlah. Toh hingga hari ini mereka hanya muter-muter doang.

Hingga suatu pagi aku menemukan sarang tawon itu tidak ada penjaganya. Kemana gerangan sang induk!? Apakah ikut berjibaku dengan suami mencari nafkah di luar sana!? Ataukah sang induk tawon itu terlibat perselingkuhan dengan tawon dikamar mandi yang aku timpuk pakai ember kemarin!?

Aku tidak perduli. Aku hanya memikirkan satu hal, meninggalkan sarang tanpa penjagaan itu perbuatan bodoh. Dengan sekali sentakan, aku patahkah ujung sarang tersebut dan segera membuangnya ke luar. Sejak saat itu pagi hariku sedikit lebih tanpa perasaan terteror lagi oleh tawon. Semuanya aman santosa.

Hingga akhirnya muncul teroris baru!! lebih dahsyat daripada suara berisik tawon di pagi hari!! Musuh tersebut tidak bisa kau timpuk dengan ember seperti di kamar mandi!! Tokoh antagonis ini tidak berjumlah tiga ekor. Hanya satu. Sarangnya tidak di kamar tidur ataupun di kamar mandi. Terletak persis di pintu masuk di dalam hatiku. Tokoh pengganggu itu bernama 'Perasaan rindu yang tak tersampaikan padamu'.

Btw, meninggalkan hati tanpa penjagaan itu juga perbuatan yang bodoh.

Mujix
Hari ini aku potong rambut.
Seperti biasa, aku potong sendiri biar enggak bayar
dan bisa menentukan model potongan yang sesuai isis hati.
Bukannya model untuk rambut kribo itu
kalau enggak AFRO ya GUNDUL!? Mau dimodelin gimana sih!?
Belagu Lu ah, Jix.
Simo, 19 Maret 2016.


Celoteh Pikiran

"Begoo... Bego.. Begooo"
Suara melengking Gantar, keponakanku, berkumandang renyah malam itu. Senandungnya yang mengikuti nada dari lagu 'Bebek Adus Kali' itu berhasil membuatku tersenyum geli. Bagaimana tidak geli, Gantar mengganti lirik lagu yang harusnya kata 'Bebek' dengan 'Bego'.

Tahu 'Bego'? Bego yang aku maksud di lagu ini adalah kendaraan berat yang biasanya dipake untuk menggali atau menggempur bangunan. Iya, 'Bego' yang ia maksud adalah 'Backhoe'. Hihihi

Si bocah tengik itu kadang lebih absurd lagi, mentang-mentang usianya baru 2 tahun, dia suka seenak udelnya mengganti lirik bukan hanya dengan kata 'Bego'. Kadang diganti kata 'Mobil', 'Tuin (McQueen, Lightning McQueen)', bahkan kata 'Om Nono (Om Yono, iya, gitu Gantar kalo manggil aku)'!!!.

Rasanya 'sesuatu' sekali ketika ngedenger lagu Bebek Adus kali dinyanyikan pake nama sendiri. Apalagi vokalisnya bocah berumur 2 tahun yang masih suka kepleset sama ilernya sendiri. Beneran, dia pernah terpeleset ilernya sendiri!!? Hihihihi.

Walau hebohnya minta ampun,  satu hal yang pasti, Gantar adalah bocah kecil yang selalu mengatakan apa yang dia pikirkan. Mikir 'Bego' ya ngomong 'Begoo'. Bosen 'Bego' ya mikirin 'Mobil'  trus langsung nodong minta digambarin mobil sama aku yang sedang lembur. Dia tak perduli dan terus bergerak, berpikir, dan berbicara apapun yang ia mau. Dunia anak-anak adalah dunia dimana ia menjadi rajanya. Yah. Aku sangat memaklumi hal tersebut.

Kalau pikiran Gantar disabotase banyak hal semacam 'Bego' dan 'Tuin', lain lagi denganku. Hal-hal di pikiranku lebih kompleks dan rumit. Namun, serumit apapun pikiranku saat ini, aku mempunyai satu kata yang terus merongrong dan meledak di kepala. Kata tersebut adalah nama seseorang yang selama ini selalu menjadi bunga mimpi saat malam mulai menepi.

Nama seseorang yang mengajarkan bahwa tertusuk duri rindu terkadang lebih perih daripada tertusuk sate ayam dua porsi Bang!! Enggak pakai lontong ya!? Oke sip.

Nama itu tertempel lekat di pikiran. Tak mau lepas dan terkadang menamparku perlahan kapanpun ia mau. Nama itu setiap hari selalu berusaha untuk membuncah melalui kata-kata tak bermakna. Aku selalu menahannya mati-matian agar tidak keluar dari mulutku.

Apa kata dunia jika Mujix menggumamkan nama seseorang yang tidak bisa dia miliki!? Kan aneh. Iya kan. Bukan hanya aneh, namun juga menyedihkan. Kayak enggak ada nama cewek lain saja di dunia ini.

Raisa Andriana...
Melody JKT 48...
Dian Sastrowardoyo...
Mamah Dedeh...

Tuh kan, nama-nama cewek lain itu udah aku sebutkan, namun enggak ada tuh yang bisa meneror pikiranku seperti nama 'seseorang' itu.

Tunggu sebentar. Ralat dikit deh.
Nama Mamah Dedeh cukup horor juga ding, apalagi saat beliau nongol di iklan biskuit yang diulang sebanyak tiga kali. Bwahahaha...

Namun....
Ada juga waktu dimana ketetapan hati lengah dan mulutku secara tidak sengaja mendesiskan namanya. Apabila hal itu terjadi, saat itulah aku benar-benar merindukan dia secara lahir dan batin.
Untuk kasus ini, Gantar menjadi pemenang di semua aspek. Gantar tanpa ragu mengungkapkan semua perasaanya tentang 'Bego' yang menggantikan 'Bebek' dan berani mandi di kali. Kelucuannya
tentang 'Bego' menginspirasiku untuk membuat tulisan ini.

Sedangkan aku, nama seseorang itu masih tersimpan rapat di dalam kepala dan terus meneror menunggu aku lengah dan lelah. Tidak ada yang bisa kubanggakan, entah itu tentang 'keberanian' maupun 'kejujuran'. Maaf.

"Begoo... Bego.. Begooo"
Suara melengking Gantar, keponakanku, berkumandang lagi. Seakan mengejek dan menertawakan semua kebodohanku selama ini dalam berurusan dengan cintamu. Iya sih.Kalau dipikir-pikir lagi, semua hal tentang aku dan kamu itu beneran kisah cinta yang BEGO banget.

Mujix
Kepalaku tiba-tiba sedikit pening.
Entah kelelahan karena kebanyakan kerja
atau kelelahan karena kurang nutrisi makanan sehat.
Yowis, besok perbaikan gizi nyari STMJ deh.
Simo, 19 Maret 2016.

Kamis, 17 Maret 2016

SSL: Suka Suka Lu

Terserah Kamu aja deh. Aku mah ngikut aja sama aturan main-Mu. Mau gimana juga toh yang tahu segalanya ya cuman Kamu. Aku juga akan memahami-Mu semampuku. Kalau aku ngambeg gara-gara bingung mikirin banyak hal, Kamu harap maklum yah!? Namanya juga makhluk fana yang entah kapan kembali di tempat Kamu berada. Beneran gak sih Kamu berada di tempat jauh dan tinggi? Seperti yang sering dikatakan oleh orang-orang di luar sana?

Oh iya, mimpi buruk yang Kamu tunjukkan padaku tadi siang artinya apa ya? Kok ada adegan ritual seram dengan aktivitas menggorok leher seseorang segala. Ngilu tau. Terakhir kali aku melihat gambar semacam itu mungkin di film Apocalypto-nya Mel Gibson. Apa Kamu ingin bilang 'untuk memperoleh kesuksesan, aku harus mengorbankan sesuatu yang benar-benar penting'?

Atau Kamu jangan-jangan hanya ngisengin aku yang sedang badmood kerjaan ini!? Nakal selali. Beneran NGILU. Duh...

Ngomong-ngomong soal kerjaan, masih ada 24 illustrasi lagi nih yang harus dihajar. Kamu tuh suka ya ngasih surprise semacam ini. Pokoknya sih harus segera dikelarin. Walau sering kehilangan fokus dan capek sendiri, aku berharap pekerjaan ini bisa menjadi berkah dan tidak menimbulkan penyesalan

Penyesalan? Penyesalan yang mana kata-Mu!? Yang itu tuuuh. Iya itu. Udah ketemu. Ngefek kemana-mana hingga ngebikin aku puyeng kepalang.

Oke. Aku mau ngeluh apaan juga Kamu paling cuman diam dan terus saja melempar dadu. Besok aku juga enggak tahu bakal ada apaan. Pokoknya aku ngikut aja deh. Jangan lupa kalau maj ngasih ujian yang sesuai sama kapasitasku ya. Jangan disuruh lari marathon, aku udah kecapekan angkat-angkat peralatan olahraga. Aku juga belum sempat makan siang lagi.

Makasih buat banyak hal. Maaf kalau aku belum bisa banyak bersyukur. Bukan hanya Kamu yang bisa sombong. Hihihihi

Mujix
Beberapa hari ini aku sariawan.
Nih baru aja sembuh. Waktu yang paling menyiksa itu saat bangun tidur. Bibir kering seperti dompet pegawai di akhir bulan.
Simo, 19 Maret 2016

Minggu, 06 Maret 2016

Kisah tentang sepasang tangan

Aku berdiri memandang standing banner itu dengan penuh tanda tanya. Benda tersebut menjadi perhatianku lagi semenjak beranjaknya kawan lama yang saat ini tengah sibuk dengan tugasnya sebagai fotografer. Entah sudah berapa menit aku termangu masih belum bisa menangkap maksud dari standing banner tersebut. Sudah sejak tadi sore aku di tempat itu menunggu hujan reda.

Ya, hujan akhir-akhir ini sepertinya sedang enggan berdamai dengan semua hal. Salah sedikit saja aku mungkin sudah terjebak di sebuah warung makan di pinggir jalan. Sangat tidak mengenakkan terjebak di tempat yang sempit di tengah hujan deras. Aku pernh mengalaminya dan aku enggan untuk .mengulanginya lagi. Untuk itulah, sebelum hujan bercumbu lagi dengan angin, aku harus sudah berada di tempat yang teduh dan tidak membuatku bosan. Dan tempat itu bernama toko buku.

Di aula depan tidak jauh dari toko buku ini teryata ada keriuhan yang memancing perhatianku. Beberapa jam melahap buku gratis di lantai atas ternyata tidak menjawab semua pertanyaanku akhir-akhir ini. Sialan, apakah memangmemang semua manusia harus bisa mengenal dirinya sendiri dengan berbagai pertanyaan yang harus dia jawab?

Aku menemukan berbagai tulisan di toko buku tersebut, dan lagi-lagi tulisan hanya menjadi sebuah tulisan ketika tidak ada ikatan personal antara pembaca dan penulisnya. Semuanya kurasa hambar. Baiklah. Aku lebih baik pergi dari tempat ini.

Aku berpindah ke lokasi yang penuh dengan barang dimana-mana. Ada gedebok pisang berdiri di dekat tembok, sebuah pemandangan yang aneh untuk sebuah aula tempat berpameran seni rupa. Beberapa bambu dan bungkusan daun pisang bertebaran dimana-mana. Sepertinya tempat ini akan menjadi semacam sekretariat acara tertentu. Beberapa langkah dari pintu masuk aula aku melihat sesosok pria paruh baya yang sedang sibuk dengan kameranya. Dia seorang kawan lama. Seperti biasa aku melemparkan sapaan ramah kepadanya.

"Wuaah, Mas Jepri! Pie kabarmu!?" aku menepuk pundaknya dengan perlahan. Dia menoleh dan berteriak girang.

"Kriwiiil!!! Kowe neng kene toh!? Apik! Kabarku apiiik" mukanya masih menyeramkan. Rambut gondrong muka sedikit brewok. Hahaha aku mau dimakan, sepertinya!! Aku jadi sedikit khawatir akan keselamatan nyawaku.

Obrolan mengalir kemana-mana. Mas Jepri memperbincangkan banyak hal dengan masih tetap sibuk mengotak-atik kamera digitalnya. Aku memperhatikan tangan Mas Jepri yang lincah berpindah dari satu tombol ke tombol lain. Bebera detik kemudian terdengar suara kamera berbunyi.

"Ckreeek!!!" terpampanglah gambar pohon pisang yang sangat artistik di layar preview. Foto yang bersebi itu pasti tercipta dari proses belajar  memotret yang cukup lama. Aku merasa memiliki sedikit persamaan dengan kawan lamaku itu. Kami adalah para manusia yang dianugrahi sepasang tangan hebat untuk mewujudkan apapun dari dunia imajinasi. Yah. Bedanya aku berkarya dengan membuat komik dan dia memfoto gambar.

Apa jadinya ya jika sepasang tangan hilang dari hidupku? Tidak ada jawaban dari logika saat aku mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Kegelisahan ini muncul setelah beberapa menit aku berpisah dari Mas Jepri di tempat itu dan akan beranjak pulang.

Langkahku berhenti sejenak di depan standing banner itu. Di samping pintu masuk aula ternyata ada sesosok perempuan berjilbab dengan temannya yang tidak terlalu aku perhatikan. Perempuan berjilbab itu mendekatiku dan bertanya banyak hal mengenai standing banner.

"Mas, ini acara apaan y? Kok kayaknya ramai banget?" perempuan berjilbab itu bertanya dengan pelan. Aku menoleh dan memperhatikannya dengan acuh tak acuh.

"Wah ndak tahu ya mbak, ni aku juga sedang baca bannernya" kataku acuh tak acuh sambil menunjuk standing banner tersebut.

Sepersekian detik itu aku teringat akan sesuatu tentang 'sikap yang baik'. Dan sikapku barusan cukup buruk untuk sebuah perbincangan. Aku harus meluruskan hal tersebut.

"Maaf mbak, aku bukan panitia acara ini. Coba aja bertanya dengan mereka yang sedang berkumpul di sana!". Aku mencoba untuk fokus dan menunjukkan sikap bersahabat. Mungkin perempuan ini adalah reporter yang sedang mencari berita.  Mungkin dengan bersikap baik dengan perempuan  ini kelak aku akan diperlakukan dengan baik pula oleh perempuan lain.

Kami hanya berbicara seperlunya dan kemudian sali g berpisah tanpa berkenalan. Perempuan berjilbab itu memasuki toko buku dengan temannya. Aku melangkah lurus menuju basement tempat dimana banyak motor terpakir. Sekelebat saja aku melirik mereka. Sepertinya ada sesuatu yang aneh di sana. Aku sedikit terkesiap.

Perempuan berjilbab itu berjalan beriringan dengan temannya yang tadi tidak terlalu aku perhatikan. Teman perempuan berjilbab itu ternyata *maaf tidak memiliki dua tangan. Aku merinding dan perlahan seperti ditampar oleh jawaban dari berbagai pertanyaanku akhir-akhir ini.

Tuhan saat itu datang dan seakan-akan bilang, " Tuh,keluhanmu udah Aku jawab melalui kejadian hari ini. Masih mau sok Mellow Drama seakan-akan hidupmu paling menderita sedunia?"

Detik itu aku terdiam cukup lama menatap mereka hingga hilang dari pelupuk mata.


Mujix
Sedang sibuk dengan job buku mewarnai dan mencari tambatan hati.
Simo, 6 Maret 2016.