megamendungkelabu

Selasa, 07 November 2017

Dompetku hilang di dalam rumah. Aku bingung. Isinya uang receh dan surat-surat. Dompet bagiku adalah separuh nyawa. Semua tempat aku cari, semua tempat aku bongkar. Namun tak kunjung ketemu. Apakah aku panik? Tidak, karena aku panikpun sang dompet juga tidak mungkin bakal nongol. Apakah aku pusing? Lumayan, soalnya mencari KTP dan ATM di tanah perantauan itu sangat menyebalkan.

Aku sudah mengitari semua bagian di seisi kontrakan sampai khatam. Enggak ketemu!!! Meh!

Langsung aku merebahkan diri di kasur. Males nyarinya. Toh dicari juga gak bakal ketemu. Aku memutuskan untuk diam. Mencoba hening dan menganalisa kemana gerangan sang dompet.

Apabila ditilik dari pergerakanku, hanya ada tiga tempat yang memungkinkan menjadi persembunyiannya. Kamar Tidur dan Meja gambar. 

Kamar tidur adik yang berantakan itu membuatku malas untuk mencarinya. Terlalu banyak barang teronggok. Aku hanya mencari sekedarnya. Dan tentu saja nihil.

Opsi kedua adalah Meja Gambar. Tempat ini sangat sederhana. Hanya ada meja. Beberapa buku, dan meja miring tambahan. Dan ditempat inipun sudah aku obrak-abrik namun masih saja sang dompet tak kunjung ketemu.

Ahh tengik.
Aku masih saja berbaring sambil menyiapkan batin untuk kemungkinan terburuk. Melalui hari-hari tanpa dompet ber-KTP dan ATM. Yah mungkin beberapa hari ke depan aku bakal pulang kampung untuk mengurus KTP dan ATM. Di tanah perantauan tanpa dua kartu sakti itu aku hanya menjadi pecundang.

Kalau ada operasi dan tidak ada KTP adalah mimpi buruk. Kalau butuh uang dan tidak ada ATM adalah bencana alam.
Badanku mungkin memang rebahan kasur, tapi pikiranku melompat tak mau tertidur.