megamendungkelabu

Senin, 18 Juni 2018

Website Personal

"Wah, masnya komikus ya!? Liat komiknya dong!" Tanya seorang calon klien baru yang sepertinya butuh 'bukti' ketika suatu profesimu kau kenalkan kepada mereka.

Rata-rata responku adalah:
"Anuuuu......"

Aku biasanya langsung panik mencari berbagai 'bukti'. Ya kadang suka beruntung jika ada stok komik cetak terselip di rangsel. Kalau enggak, aku langsung heboh buka medsos sana-sini.

Medsos favoritku saat ini adalah Facebook atau Instagram. Hampir semua karyaku berada di situs tersebut.

"Anuu... bentar... bentar..." kataku.
Buka hape.
Buka medsos.
Mikir bentar.
Pamer karya di FB atau IG ya?
FB aja deh.
Biar bisa pamer jumlah like yang ratusan.
"Astagfirullah, kenapa pikiranku isinya keduniawian sekali!?"
Istighfar bergema di dalam hati.
Namun jari tetap bergegas mencari sebuah pengakuan diri.
Lalu buka FB.
Loading.

"Mana, Mas?" Tanya sang calon klien.
FB di hape udah jalan. Perasaanku padamu (insyaallah) sudah berhenti.
Aku segera berburu foto di galeri.
Loading lagi.

"Bentar ya, Mas"
Foto yang ingin dipamerkan sudah diklik, sudah diusap, dan sudah disentuh hingga mendesah. Namun entah kenapa gambar yang diinginkan enggak muncul-muncul.

Ah sial. Dasar paket internet operator murahan yang suka ngembat pulsa reguler tanpa permisi!!!

Dan entah kenapa 'gambar yang ingin aku pemerkan' masih belum kelihatan batang hidungnya. Yang akhirnya memaksaku untuk berkata.

"Sinyalnya jelek mas, buka aja profil FB ku di akun bla... bla... bla... lalu masuk aja di galeri bernama bla... bla... bla..."

"Ohhh, oke mas. Nanti akan saya buka!".'
Biasanya sang klien berkata semanis itu untuk menyenangkan hatiku.

Dan aku yakin 99% sang calon klien tidak akan membuka dan menuruti apa yang aku katakan. Ribet anjir, buka profil FB  personal untuk berburu portofolio. Apalahi jika berpapasan foto selfie yang kadang membuat perut mules.

Dan begitulah, sejak dahulu aku belajar  menerima getirnya kenyataan hidup dari kejadian-kejadian remeh temeh seperti itu.

Kalau sedang butuh bahan buat PAMER, entah kenapa Tuhan YME tidak berpihak kepadaku. Mungkin ini teguran dari-Nya bahwa sifat sombong dan pamer adalah perbuatan yang buruk.

Aku sering menemui situasi tersebut. Dan aku benar-benar jengah dan bosan. Sebuah pertanyaan penting lalu menghampiriku.

Bagaimana caranya agar karya komik yang aku buat bisa diakses oleh orang dalam satu kali klik? Atau dua kali.

Setelah curhat sana-sini dan kepo para artis dan publik figur, akhirnya aku menemukan sebuah jawaban. Yakni, mereka semua, rata-rata memiliki website personal!

Jadi begitulah, beberapa minggu belakangan ini, Aku sedang sok sibuk membuat website pribadi. Wuidih! Keren yak! Aku mendadak dangdut' belajar 'customize html' dan sejenisnya.

Ternyata walau bingung liat 'banyak huruf dan angka bertebaran kayak semut', aktifitas ini sangat menyenangkan. Rasanya seperti menyusun puzzle, yang jika salah sedikit saja maka tampilan website-mu bakal ambyar. Belum lagi pelajaran penting mengkoneksikan alamat domain ke alamat blog.

Alasanku membuat website ini ada beberapa. Aku ingin naik level agar terlihat lebih profesional.

Aku ingin mendokumentasikan semua karya secara on line. Aku ingin menyampaikan semua pemikiran. Aku ingin keren-keranan agar bisa ngomong "Mampir website guwe, gih!". Wkwkwkw

Insyaallah, dan aku janji dari banyak karya yang akan aku unggah, kalian bakal tahu bahwa 'proses' itu benar-benar ada dan nyata.

Selain komik mungkin aku akan mengunggah berbagai kiriman yang berhubungan dengan tata nilaiku. Entah itu hal sepele seperti 'review komik', maupun hal-hal yang sangat serius semacam 'bagaimana membuat masyarakat hari ini lebih positif dan berbahagia dengan karya'. Uwu.

Kedepannya website ini akan menjadi tempat berkarya. Menjadi 'almari' dimana terdapat banyak hal yang bisa aku simpan dan aku bagi dengan kalian. Doakan aku strong agar bisa mengisi website ini dengan lancar jaya.

Jadi jika suatu saat ada calon istri eh maksudku calon klien nanya "Wah, masnya komikus ya!? Liat komiknya dong!".

Langsung akan aku jawab:
"Bwahahahahaha... pertanyaan bagus... aku sudah menunggu pertanyaan ini di sepanjang karir..."

Sang calon klien langsung nge-gas.
"Cepetan goblok! Liat komiknya dimana!?"

"Anuu... Iya dong! Mau liat karyaku! Silahkan buka saja situs personalku di...
...
...
Jreeeng jreeeeeng
...
...
...
Teroreeeerooooot!!!
...
...
...
www.mujixmujix.com!"
Jawabku sambil mengangkat kedua tangan ke angkasa, yang diiringi pakai lagu 'We Are The Champion'-nya Queen.

Mujix
Websiteku sepertinya sudah bisa diakses. Coba tolong mampir gih! Mantap jika dibuka pakai laptop atau komputer. Saran dan kritik sangat diperlukan.
Simo, 23 Oktober 2018

Rabu, 13 Juni 2018

Aku Sedang Tidak Bahagia. Tapi Gak Papa Sih.

Aku sedang merasa tidak bahagia. Tapi gak papa sih. Bukan permasalahan baru memang, namun akhir-akhir ini hal tersebut menggangguku di setiap kesempatan. Jika aku lihat secara seksama, situasi 'letih' nan 'membosankan' itu datang di masa-masa ketika pekerjaan telah purna atau di waktu-waktu rehat saat beraktifitas.

Dari hal tersebut aku simpulkan, bahwa 'menganggur' adalah portal dimensi yang dapat mendatangkan banyak 'makhluk' yang membuat tidak bahagia. Untuk itulah mengapa aku suka bekerja.

Saat ini aku berada di satu hari menjelang lebaran. Pekerjaanku sudah hampir selesai. Rasanya kurang etis jika memulai pekerjaan baru jika pekerjaan yang lama belum beres.

Perasaan tidak bahagia ini benar-benar seperti pekerjaanku yang belum selesai. Aku sadar jika saat ini aku sedang tidak bahagia. Dan hal paling sederhana yang bisa kulakukan saat ini hanya menulis blog.

Apa sih yang aku resahkan?
Banyak.

Lalu apa yang bisa aku lakukan dengan hal-hal yang tidak membahagiakan tersebut?

Mengurainya satu persatu.
Melihatnya dengan lebih seksama dan memikirkan solusinya.

Ada solusinya?
Ada dong. Hanya saja belum ketemu, belum terlihat, dan belum dapat aku ketahui. Semoga saja perasaan tidak bahagia ini tidak berlarut-larut.

Mujix
Gak jadi ke Solo.
Gak jadi nonton Jurasic World.
Yah aku gak perduli juga sih.
Toh belum tentu ngebuat aku bahagia.
Simo, 13 Juni 2018