megamendungkelabu

Rabu, 27 Februari 2019

Menata Sayur

Banyak hal terjadi akhir-akhir ini. Serentetan peristiwa sambung menyambung melemparkan aku dari Bogor ke Boyolali, dari Boyolali ke Bogor.

Sudah satu bulan aku berada di Bogor  lagi untuk membantu mamak berjualan. Setiap hari aku harus bangun jam 3 pagi untuk membukakan pintu gerbang untuk Mang Ending yang mengantarkan mamak ke Pasar Bogor.

Saat Mamak ke pasar, biasanya aku tidur lagi. Lumayanlah waktu 45 menit untuk mengistirahatkan jiwa dan raga. Kok hanya 45 menit? Soalnya durasi waktu tersebut adalah durasi waktu dimana mamak berbelanja di Pasar Bogor.

Saat itu setiap jamnya sangat berarti. Gimana enggak, kegiatanku kala itu sangat banyak. Beberapa kegiatan tambahan tersebut ialah memberi makan burung bapak yang jumlahnya sekitar 20an. Mencuci perkakas dan beras. Bantuin nggoreng tempe, tahu, bakwan,  dan pisang. Dan lain-lain.

Setelah 45 menit yang berharga tersebut, aku (terpaksa) bangun lagi (karena jendela digedor agar bukain pintu) untuk menata sayuran yang baru saja di beli.

Mamak biasanya datang dengan menunpang angkot hijau. Kadang sambil bawa bubur ayam. Saat beliau tiba, aku sudah bisa dipastikan tengah menata sawi, daun bawang, atau sedang berpusing ria melepas ikatan plastik yang terlalu kencang. Sambil menguap berulang kali karena kurang tidur.

Menata sayur di rak itu ternyata ada seninya. Misalnya, 'sayuran yang berakar dan ada tanahnya' harus ditaruh di rak bawah, agar tanah di akar tersebut tidak mengotori sayur lain.

Seni lainnya ialah, sayuran yang lama lebih baik ditaro di atas sayuran baru. Agar ada regulasi yang sehat. Yang lama laris, yang baru menunggu pembeli.

Saat menata sayuran aku selalu menggunakan tiga plastik. Plastik pertama untuk menyimpan plastik-plastik  bekas sayur dari pasar. Terkadang dipakai lagi. Plastik kedua untuk menyimpan sayuran lama namun masih bisa dimasak.  Kadang dimasak, kadang diberikan orang lain. Dan plastik ketiga aku gunakan untuk sampah sayuran busuk.

Momen paling menyenangkan saat menata sayur adalah saat menatap sayur yang sudah rapi setelah ditata. Rasanya sangat lega, mak plong dan puas.

Pencapaian terbesar dari menata sayuran ini ialah saat ada pembeli yang bertanya " Budhe, kok gak pergi ke Pasar?"

Terus Mamak menjawab, "Ke Pasar, tuh sayurannya sudah rapi ditata sama Yono!"
Hmmmf. Aku mendengus bangga.

Mujix
Menata sayuran aja bisa masak menata agenda buat kaya raya dari membuat komik masa enggak bisa?
Simo, 27 Februari 2019

Minggu, 17 Februari 2019

Gimana Kalau

Gimana kalau komik 'Proposal Untuk Presiden' aku unggah secara gratis di dunia maya, ekslusif full color dan tayang rutin berkala di www.mujixmujix.com?

Kok digratisin sih, Mas Mujix?

Well, buku komik ini secara copyright sudah balik lagi ke tanganku. Dan secara materi dan non materi, komik ini sudah memberikanku banyak hal.

Membelikanku komputer serta uang buat jajan. Memberikanku pengalaman bahagia saat ngeliat 'komik buatan sendiri' nangkring di toko buku nasional. Makin terkenal gara-gara masuk koran  lokal. Pameran di dalam di luar negeri. Hingga Membuatku punya kolega dan teman baru. Lalu bla... bla... bla...

Nah, lalu sekarang aku akan tawarkan kepada kalian.

Apakah kalian ingin komik 'Proposal Untuk Presiden' tayang GRATIS!?

Sebagai 'kado' buat Pak Presiden kita yang akan terpilih tahun ini!?

Sebagai 'hadiah' buat kalian yang telah berhasil menjaga pikiran tetap tenang dan waras di tahun penuh gejolak ini!?

Kalian mau? Coba deh like atau komen, postingan ini. Aku pengen lihat siapa saja yang mau membaca komik ' Proposal Untuk Presiden' versi extended.  

NB: foto hanya pemanis semata, jika kurang berkenan di hati mohon dimaafkan lahir dan batin. Hehehe

Mujix
Sedang mencarimu
Simo, 19 Maret 2019