megamendungkelabu

Jumat, 28 Juni 2019

11.28 AM

Aku pusing. Semua urusanku berantakan entah sejak kapan. Kata Alm. Mbak Tesa, hidup itu harus happy, gak boleh dibuat pusing. Tapi jika berkaca dari peristiwa-peristiwa belakangan ini, anjuran tersebut agak susah dilaksanakan.

Sedih, menyalahkan diri sendiri, dan (mungkin) depresi adalah teman baikku sejak kecil. Jadi, masih bisa hidup sampai detik ini, bagiku adalah keajaiban.

Sekarang aku berada di titik terendah.Aku merasa semua usahaku udah cukup maksimal.Tapi, Ya sudahlah, hal semacam ini sudah aku anggap sebagai rutinitas. Dan seperti biasanya, suka atau enggak suka, aku harus membereskan ini satu per satu. Entah darimana.

Wish me luck

Mujix
Gusti, Kesel bats ki aku.
Tak leren dilut ya.
Simo, 28 Juni 2019

Rabu, 26 Juni 2019

11.03 PM

Aku teronggok di kursi malas. Baru saja membunuh semut yang menggigit lenganku. Mataku rasanya berat. Lelah dan mengantuk menjadi satu. Di luar terdengar jangkrik bersuara lirih. Malam. Memang sudah sangat malam. Beberapa saat yang lalu pekerjaan yang sangat memuakkan itu baru saja selesai diwarnai. Untuk pertama kalinya aku mulai mendefinisikan kata 'berusaha'.

Selamat malam. Selamat beristirahat. Besok pagi kita jemput lagi mimpi-mimpi yang belum terwujud hari ini.

Mujix
Tresno, dek kui ono ning dodo.
Ora iso disawang nganggo moto.
Simo, 26 Juni 2019

Kamis, 20 Juni 2019

The Godfather of Broken Heart

"Yon, koe kan wis SMP. Sunat yo?"
Bapak sore itu tiba-tiba mengucapkan pertanyaan yang mengguncang jiwaku.

"Eto...." kata-kataku tertahan di tenggorokan.

Sunat! Kacuk dipotong! Jari kena pisau dikit aja berdarah, itu malah dipotong! Konon kalau kacuknya agak ALOT, bakal dipotong pakai gunting tanaman! Momok-momok menakutkan itu aku dengar di masa-masa pra sunat!

Rasa cemas itu relatif. Di kala para ekonom sedang mengkhawatirkan pasar global yang kian tak terprediksi, aku masih bingung ngurusin kacuk yang mau dipotong. Mana yang lebih gawat dari keduanya? Keduanya sama-sama gawat!

Sunat adalah prosesi kedewasaan anak laki-laki yang harus aku hadapi. Takutnya minta ampun. Horror, pokoknya! Jika memang 'benda tersebut' harus dipotong, maka aku harus mendapatkan harga yang pantas! Imbalan yang sepadan!

Baiklah, benda apa yang kira-kira layak?
Aku yang saat itu berusia 12 tahun lalu berpikir keras bagai filusuf.

Anak-anak lain saat sunat minta mainan.
Anak-anak lain saat sunat minta diajak ke pasar.

Sedangkan aku, aku meminta sesuatu hal yang sedang populer di desa. Terutama saat ada hajatan. 

Yakni, VCD Player.
Ya VCD Player!!

VCD player lengkap dengan VCD Didi Kempot yang ada lagunya Kuncung dan Cintaku Sekonyong-konyong Koder (and  for sure, Stasiun Balapan).

Bapakku setuju! Sore itu aku disunat! Bakda Maghrib, aku pergi ke Pak Sis, mantri sunat yang merangkap dokter dan perawat yang kantornya berada di desa tetangga. Proses 'pemotongan tumpeng' berjalan lancar. Enggak ada tari-tarian.

Tinggal sat set, mak mek, mak cekrek, trus kelar deh. Sensasi dingin dari obat bius itu masih terasa saja hingga kini.

Ternyata ritual itu tidak seseram hoax-hoax yang beredar di kalangan anak-anak pra sunat. Enggak pakai gunting tanaman. Alhamdulillah.

Abis Isya, aku tiba di rumah. Beberapa menit kemudian, bapakku membawa (baca: meminjam) VCD Player entah darimana, komplit dengan banyak kaset. 

Di meja depan lemari sudah ada televisi dan VCD player. Orang-orang berlalu lalang menyiapkan makanan serta minuman. Dan tentu saja malam itu, bapakku menyetel VCD Didi Kempot dengan suara nyaring untuk menghibur sang pesakitan, yang sudah berhasil melalui ritual bernama potong kacuk.

Jadi, sebelum para netizen, sobat ambyar, dan sad bois club, memproklamirkan Didi Kempot sebagai Lord, The Godfather of Broken Heart, Bapak Loro Ati Nasional atau apapun itu.

Aku di masa lalu sudah menganggap Didi Kempot sebagai panutan pemberi kekuatan dan harapan untuk melalui masa-masa gelapnya takut disunat. Hanya saja aku tak sempat melabeli beliau dengan julukan apapun.

Glory, Lord Didi Kempot! The Godfather of Braveheart! Bapak Loro Ati Nasional! Terimakasih sudah menemani masa-masaku.

Mujix
Seorang komikus yang pernah mewek di bis gara-gara dengerin lagu Sewu Kutho. Jadi, aku udah pantas disebut 'sobat ambyar sad bois club' belum?
Simo, 20 Juni 2019

Senin, 10 Juni 2019

Mimpi Tadi Malam

Dalam satu mimpi aku ketemu simbah, dek'e, lan teman-teman komikus senior. Terbangun dengan rasa bahagia ampe pengen nangis.

Alam bawah sadarku ternyata benar-benar baik. Terimakasih.

FYI: Simbah baru berpulang dua bulan yang lalu, dek'e cinta pertama sing wis lungo lan koyone gak mungkin tak gondeli terus, dan komikus-komikus senior itu sekarang terpisah ke dunianya masing-masing di Jakarta.

Well, it's explain many thing.

Simbah: beliau kelihatan gemuk. Ia bertanya banyak hal pendapat orang di dunia nyata. Aku bilang ia meninggal dengan sangat baik. Ia tersenyum lebar, tanpa gigi palsu. Aku lalu memeluknya dari belakang  melihat punggungnya sambil bilang 'Mbah, kangen!'.

Dek'e: ketemu dek'e gara-gara bis dibajak oknum. Aku harus turun di jalan dan berpapasan dengan dek'e. Lalu dek'e mengajakku ke rumahnya. Sampai di sana aku diledek sama keluarganya ampe salting. 'Ciee, sing nge-date, ciyee!!' Godanya dengan sumringah. Aku happy banget.

Komikus-komikus senior: Aku datang ke Akademi Samali, ada Bang Beng, Mbak Eri, dan lain-lain yang sedang menggambar. Aku bergegas menyalaminya dan berkenalan satu persatu. Trus mereka bilang 'Yuk nggambar bareng'. Lalu kami semua menggambar bersama tanpa banyak berpikir.

Mujix
Tulisan ini aku pindah dari Twitter.
Soalnya personal banget.
Yang di twitter tentu saja aku hapus
Simo, 10 Juni 2019

Jumat, 07 Juni 2019

07.06.2019

Rasa lelah ini begitu nyata
Bisa kubungkus untuk menutupi dunia
Hingga ujung semesta nun jauh di sana
Tempat di mana cinta berada

Mujix
Simo, 7 Juni 2019

Senin, 03 Juni 2019

Nomer WA

Setahun yang lalu aku nongkrong di Gapura Kapal ISI Solo dengan adik-adik tingkat jaman kuliah. Kami tak sengaja bertemu. Tentu saja laki-laki. Byuh. Di tengah-tengah obrolon, tiba-tiba salah satu adik tingkat jaman kuliahku itu disamperin cewek. Sepertinya teman satu angkatan. Mereka bertegur sapa dan berbicara dengan ceria. 'Mbaknya manis' batinku. Selepas mbak manis pergi, aku mengintrograsi juniorku itu dengan pelan dan sangat tersirat.

"Wah temanmu ya!?" Ucapku.
"Halah, Mas! Rasah basa-basi!" Sanggahnya. Aku terperanjat kaget.

"Nih, namanya si anu, ini nomer WA-nya!" Katanya penuh tawa sambil mengeluarkan ponsel pintar.

Para juniorku langsung terkekeh. Aku tersipu malu. Dalam hitungan kecepatan cahaya, nomer kontak mbak manis itu sudah berpindah ke HP-ku.

Ya, hanya berpindah. Tak pernah aku kontak satu kalipun hingga hari ini. Beberapa orang diberikan kesempatan, beberapa orang yang lain diberikan keberanian.

Namun ada juga yang tidak diberi keduanya. Mungkin saat itu ia sedang disibukkan dengan diri sendiri. Disibukkan dengan mewujudkan mimpi-mimpinya. Dan ya begitulah.

Jika kamu dianugerahi keduanya di saat yang tepat, dan bisa mengambil sikap dengan cermat, niscaya kejombloan adalah sebuah kisah klasik di masa lalu.

Mujix
Seorang lelaki pemalu yang mulai berharap bisa menjabat tanganmu di depan penghulu.
Simo, 5 September 2019