Aku berjalan terburu-buru mengejar bis Karunia Mulya yang tiba-tiba muncul mendadak dari pintu Terminal Tirtonadi. Bis itu berwarna biru tua dengan kondisi fisik yang sangat memprihatinkan, Seperti hidupku, pffft. Sudah layak untuk ‘pensiun’ dan beralih dimensi ke pembuangan sampah untuk didaur ulang menjadi sendok. Ah, jadi garpu juga gak papa sih. Yang penting jangan jadi sempak. Beberapa detik sebelum aku melompat ke pintu bis tersebut tiba-tiba aku tersadar sesuatu yang sangat penting. Dompetku tertinggal di kontrakannya Bang Arum. Ya, dompetku tertinggal. Aku ketik dengan huruf capital biar agak dramatis. DOMPETKU TERTINGGAL !!!! Kayaknya sih t erselip dengan aduhai di atas tabung LPG tak jauh dari pintu kamar mandi. Jadi, Di dalam waktu yang sepersekian detik itu aku harus mengambl keputusan yang penting. Apakah aku harus kembali ke kontrakan dengan berjalan kaki ke suatu tempat yang jaraknya ‘cukup membuat kaki kram’ untuk mengambil dompet atau aku ...