Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Tembok Putih

Nyeri menjalar di dalam kepala Perih dan bosan terus aku makan Keadaan mulai berbahaya Semua tahu itu, semua rasakan juga Hatiku masih ditempat yang sama Menatap surga pesakitan pujangga Tempat segala imajinasi bermula Yang biasanya berakhir jadi semesta Mujix Sedang berbenah Mungkin ini sebuah fase yang sering disebut 'turning point' Simo, 17 September 2016

16.09.2016

Pertemuan dengan Sanasuke kemarin berdampak besar untuk hidupku akhir-akhir ini. Satu hal yang pasti, aku bertekad untuk menyelesaikan komik 'Lemon Tea'. Aku sadar, aku udah mulai tua. Dua bulan lagi aku akan berusia 28 tahun. Dan sudah tinggal hitungan jari lagi akan datang masa dimana aku harus  naik ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu menikah. Tentu saja tolong JANGAN tanya soal siapa wanita yang kelak khilaf berhasil aku prospek. Aku sendiri belum tahu. Jangankan soal pasangan hidup, kaos hijau hadiah dari Feri We aja sampai hari ini belum ketemu. Ya ampun, nyelip di mana sih. Enggak kaos, enggak jodoh, kok sama saja hobinya. Namun kabar baiknya ( atau buruk!?), Sanasuke sudah menemukan seseorang yang tepat. Sebentar, aku pamit ke belakang buat 'nangis bombay ala sinetron' dulu. Atau semacam itulah. Soalnya kabar tersebut belum aku tanyakan langsung. Kalian pasti berpikir kalau aku belum sempat bertanya karena alasan topik itu terlalu personal dan menyangkut pr...

1% Kemungkinan Yang Mustahil

Aku beberapa kali mencorat-coret sketchbook kumal itu untuk mencari ide. Malam ini aku sendirian saja menunggu Mbak Yuni, seorang teman lama dari persewaan Bharata, dan Deni, kawan dekat satu angkatan saat di SMSR dulu. Karena ‘menunggu’ adalah pekerjaan paling boring sedunia, alhasil beberapa menit ini aku manfaatkan untuk brainstorming projek terbaru. Ceileh projek terbaru. Bukannya semingguan kemarin luntang-lantung gak jelas kayak cucian. Hwakakak Waktu berjalan begitu saja. Menit demi menit berlalu seperti mimpi tadi malam. Aku paling suka situasi seperti ini. Hanya ada diriku sendiri, dan pencarian ide brilian yang tak kunjung datang. Sesekali saat pikiran buntu, tanganku menyambar roti bakar berlapis coklat Kitkat. Memakannya perlahan, mencoret lagi dan apabila terlalu enek, segera saja aku minum jeruk hangat ala café ‘Roti Bakar Up Size’. Aktivitas itu terus menerus berulang dengan harapan bisa mempersingkat waktu sambil menunggu kedatangan Mbak Yuni dan Deni. Beberapa m...