Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019
'Hujan datang tak beraturan Airnya jatuh membentur jalan Mereka berlomba tak mau kalah Untuk segera bertemu dengan tanah' Puisi tersebut aku tulis di tempat ini. Sebuah masjid cukup mewah di Gentan Sukoharjo. Berbicara sedikit tentang hari ini, hidupku masih blingsatan. Tapi setidaknya agak lebih baik 3000 milyar persen dari beberapa bulan yang lalu.

Ruang Kosong berwarna abu-abu

Mata lelah dan hati kosong Pikiran penat lalu tubuh tak berdaya Leher agak kaku bagai pohon randu Kaki bersenandung menuju ranjang Tangan menari mengikuti intuisi Mimpi berkobar walau pelan Malam masih diam Tak ada angin yang bergegas Aku ingin segera tidur Melupakan ramainya hujan di pikiran Pikiran yang tidak berbahagia Pikiran yang tidak bisa bersuka cita Sedih itu bagai nafas Aku ambil satu-satu Aku buang satu-satu Namun aku lebih sering mengambil Daripada membuangnya Menjejalinya sampai penuh Hingga seluruh dunia menjadi kumuh Mujix Hujan di luar Hujan di dalam Sukoharjo, 12 November 2019

Addendum

Dulu Hati ini sudah rusak beberapa kali Pernah menjadi bongkahan batu Pernah menjadi serpihan abu Dulu Hati ini sudah hancur beberapa kali Pernah menjadi butiran debu Pernah menjadi gumpalan lumpur bau Sekarang hati itu sudah tak remuk lagi Separuhnya diperbaiki kamu Separuh lainnya diperbaiki waktu Mujix Lalu saat kamu pergi Aku menghancurkannya lagi dengan rasa sepi. Simo, 9 November 2019