Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2024

Rombongan Sholat Ied

Entah sejak kapan aku mulai bisa memaklumi sebuah perubahan. Hal ini makin kuat aku rasakan saat berjalan sendirian menuju lapangan untuk sholat Idul Fitri. Untuk pertama kalinya, aku berangkat ke lokasi sholat seorang diri. Apakah itu sesuatu yang spesial? Tidak terlalu, namun patut untuk dijadikan refleksi diri.  Di sepanjang ingatanku, ritual pergi ke lapangan untuk sholat Ied selalu ada teman, yakni kedua saudaraku, mas dan adik.  Bapakku penganut Islam kejawen abangan (jangan tanya detailnya, soalnya aku juga tak terlalu paham) yang beribadah dengan caranya sendiri, otomatis tak ikut gabung rombongan kami.  Ibukku juga hampir sama, bedanya lebih rajin sholat dan beribadah. Hanya saja beliau juga tak pernah ikut sholat Ied. Alasannya sederhana, ibukku menyiapkan berbagai hal seperti camilan dan persiapan perayaan di rumah, otomatis tak ikut gabung rombongan kami. Tersisa kakakku dan adikku. Mereka selalu menjadi rekan menuju ke lapangan untuk sholat Ied. Hidup berjala...

Mamak dan Bapak di Pagi Hari Sebelum Lebaran

Mamak sudah berdandan. Beliau mau ke pasar untuk membeli bahan makanan untuk lebaran. Sekonyong-konyong datang ibu-ibu dari desa seberang. Ia datang buat menagih hutang dari anak sang mamak semata wayang. Tidak ada uang. Hanya ada rasa gamang. Matanya nanar menatap ke depan. Benar-benar lebaran yang tidak mengenakkan.  Bapak tidak berdandan. Beliau mengepel lantai rumah penuh kotoran. Kepalanya pening memikirkan hutang anak semata wayang. Ia membersihkan lantai rumah demi mamak yang banyak pikiran. Matanya nanar menatap lantai dipan. Benar-benar lebaran yang tidak mengenakkan.  Aku sedang berdandan. Mamak dan bapak aku ajak berbincang. Lalu kuberi mereka uang. Di mata mamak terdendap banyak pikiran. Di mulut bapak tertahan beberapa tangisan.  Kukatakan kalau semuanya akan baik-baik saja. Biar semua ditanggung anak semata wayang yang penuh hutang, aku,  dan kakak pertama yang juga tak terlalu sayang. Mataku nanar menatap udara hampa yang gersang. Sial, benar-benar leb...