Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Kilas Balik 2015

Akhir tahun bulan desember 2015 ini aku akhiri dengan keren mengerjakan revisi komik ‘Lemon Tea’. Aku belajar banyak dari terbitnya komik ‘Proposal Untuk Presiden’. Bagian paling vital yang aku revisi adalah warna komik dan teks. Baru beberapa jam lalu kok kelarnya. Setelah beberapa menit istirahat aku akhirnya memutuskan untuk menulis postingan ini. Bisa dibilang ini adalah postingan terakhir di tahun 2015.  Aku mencoba untuk me- review  semua aktivitas di tahun ini. Baiklah. Kita mulai saja ya. Januari. Malam ergantian tahun baru 2015 aku habiskan di Solo bersama Suryo. Sempet mati lampu juga, kemudian nongkrong di wedangan Bu Gendut. Bulan-bulan ini aku disibukkan dengan mengerjakan komik ‘Proposal Untuk Presiden’. Karena tidak memiliki computer, aku mengerjakannya di tempat Mas Ismanto. Pada bulan ini aku juga sedang sok sibuk rapat dengan para mahasiswa kampus UNIVET untuk menjadi juri lomba komik. Kesibukan lain  up date  komik Si Amed. Februari...

Rumah

Kesepian itu seperti puing-puing rumah yang hampir roboh. Tak disentuhpun suatu saat akan jatuh dengan sendiri kembali ke bumi. Sepahit apapun kesepian masih ada diri sendiri yang selalu menemani. Diri sendiri itu bisa kau peluk dengan lembut, bisa kau caci maki sampai mati, atau bisa kau ajak untuk sekedar menulis prosa sederhana tentang hari ini. Terkadang aku merasa iri dengan waktu yang bisa berjalan lurus tanpa tergelincir apapun. Tak pernah kulihat dia tersandung rasa rindu akan langkahnya di masa lalu. Bagiku, waktu adalah sesosok pria paruh baya bermuka masam yang sedang berkendara menuju ke suatu tempat. Mungkin ke suatu tempat dimana kesepian tidak seperti puing-puing yang hampir roboh.Tempat dimana sepi dan sendiri bisa berjalan bersama menuju rumah sederhana yang bernama bahagia.  Mujix lelaki yang masih bisa bernapas lega ketika mengetahui masih memiliki rumah bernama Blog. Simo, 27 Desember 2015

Balada Telur yang Berpindah

“ Yon! Kowe wingi nggoreng ndog’e sopo? ” Tanya simbahku siang ini. Heh. Aku sedikit bingung. Bentar-bentar. Telur!? Ingatanku kembali ke hari dimana aku terakhir kali menggoreng telur. Hmm... Kapan ya? Oh... Iya... Kemarin malam.  “Ndog? Wingi aku nggoreng ndog sing tak tuku neng nggone Mbokde Marni, Mbah!” jawabku setelah benar-benar memastikan apa yang sudah terjadi. Kemarin malam memang aku menggoreng telur. Nah. Pertanyaan berikutnya, ada apa dengan telur? kenapa harus telur? duluan mana, ayam atau telur? Terus, kenapa para pria di dunia hanya memiliki dua 'telur'?  “Ngopo to mbah!? Kok takon soal ndog” Akhirnya aku menanyakan tentang apa yang terjadi kepada simbah. Siang itu simbah mengeluhkan ‘perilaku kurang terpuji’ anggota baru keluarga kami. Perilaku kurang terpuji  itu sebenarnya hanya 'menyembunyikan makanan'. Iya. Hanya menyembunyikan makanan, agar aku (atau simbah) tidak ikut mengambil bagian makanan tersebut. Perilaku kurang terpuji it...

Beruang dan Burung Hantu

Dahulu kala hiduplah seekor beruang yang selalu bersedih. Satu persatu hewan penghuni hutan menghampirinya agar dia berbahagia. Burung murai berkicau dengan merdu. Si Beruang hanya diam. Gerombolan kelinci membawakannya wortel dan bayam. Si Beruang hanya cemberut. Monyet dan kera menari-menari mengelilinginya dengan riang. Si Beruang hanya menghela napas panjang dan bersedih. Seluruh penghuni hutan telah mencoba untuk berbagai cara agarSi Beruang dapat gembira, namun semuanya gagal. Si Beruang  masih bersedih. Malam sebentar lagi datang. Seluruh penghuni hutan pergi ke rumahnya masing-masing. Mereka meninggalkan Si Beruang sendirian yang masih bersedih. "Kruyuuuuk" perut Si Beruang itu berbunyi. Dia lapar. Si Beruang sebenarnya masih ingin bersedih di tempat itu, namun apa daya, rasa lapar memaksanya untuk segera beranjak. Si beruang berjalan dengan gontai memasuki hutan. Walau bersedih dia terus be...

Lebai Amat Luh!

"Lebai Amat Luh!" Aku sedikit tercenung membaca sebuah komentar yang muncul di blogku. Itu adalah komentar negatif pertama yang pernah aku baca. 'Lebai', beberapa detik aku memikirkan peryataan itu dengan serius. Yah, kalau dipikir-pikir lagi blog ini isinya emang lebai semua sih. Yah, Enggak jadi tersinggung deh. Biar aku beritahu kepada kalian apa itu 'lebai'. Lebai itu adalah keadaan dimana komputermu tiba-tiba rusak padahal belum bikin materi presentasi untuk workshop. Gila. Aku pusing tujuh keliling! Noh! Itu tuh keadaan yang pantas dilabeli dengan kata 'lebai'. Spekulasiku soal Windows dan program kena virus terbantahkan oleh fakta 'mainboard dan prossesor' yang katanya sekarat. Bahkan tanpa lelucon 'komputer rusak' dan semua omong kosong itu, hidupku sudah sangat lebai. Apalagi coba, memperbincangkan karir komikusku yang perlahan-lahan mulai bersinar!? Gak usah!! Pasti bakalan lebai! Oke, gimana kalo curhat tentang kisah c...

Bangun (dan) Tidur

Pagi ini terulang lagi. Bahkan lebih buruk. Aku memandang ke semua penjuru kamar tidurku. Brengsek. Pagi hari yang aku idam-idamkan telah lewat sekali lagi. Mataku melirik ke jendela, melihat rona dan raut muka semesta di luar sana, kurasa saat ini sudah jam 8 pagi. Aku membalik selimut tebal itu perlahan, tangan ini tiba-tiba menyenggol benda keras yang berlapis kaca. Benda itu smartphone. Smartphone -ku yang seharusnya tergeletak di meja samping pintu kamar. Kenapa bisa ada di tempat tidur!? Untung enggak pecah gara-gara kedudukan pantat!? Samar-sama aku mulai bisa mengingat sesuatu. Oh iya, sepertinya tadi aku sempat bangun jam 5 dan berjalan gontai menuju meja untuk mematikan alarm dari  smartphone. Bisa dibilang aku benar-benar telah bangun pagi walaupun hanya beberapa detik. Aku menghela nafas panjang. Sepertinya aku harus segera wudhu dan sholat shubuh dengan waktu yang sangat terlambat. Sepertinya aku harus merelakan harga diri untuk menyebut sholat shubuh-ku kal...

Curhatan sebelum tidur.

Postingan ini adalah postingan yang tidak aku rencanakan. Sebenarnya aku sedang enggan untuk menceritakan apapun. Namun entah kenapa, ada suara kecil yang bergema di hatiku yang paling dalam. Suara lirih nan pelan itu menyuruhku menulis tentang keadaanku malam ini. Keadaan di sekitarku yang seperti seharusnya terdokumentasikan dengan baik melalui tulisan. Aku akan menceritakan tentang diriku terlebih dahulu. Hari ini sangat melelahkan. Benar-benar capek lahir batin. Seharian aku muter-muter kota Solo mencari scanner dan berbelanja. Harap dicatat. Aku berkeliling dari satu tempat ke tempat lain menggunakan angkutan umum. Apabila ada tempat yang tidak bisa aku jangkau dengan angkutan umum, aku akan menempuhnya dengan berjalan kaki. Capek sih. Tapi seneng juga bisa berkelana dengan kaki sendiri. Di saat seperti itu terkadang aku merasa sangat hidup.  Tiga hari ini aku memang berada di Kota Solo untuk mengurusi beberapa kerjaan. Mulai dari mengambil materi buat majalah Kreasi,...

A Slowly Morning with My Heart

Baiklah. Permasalahanku dengan otak yang tumpul sudah berakhir. Tidak ada lagi yang namanya kebuntuan mencari ide ataupun brainstorming tentang gagasan brilian.  Pikiranku sudah sangat segar. Aku sudah siap bertempur dengan dunia dan seisinya, lagi pula separuh tengkorakku yang tadi berada di depan kamar mandi sudah aku pasang kembali. Semuanya sudah beres. Aku sudah kembali lagi ke meja kerjaku. (Cerita sebelumnya bisa dibaca di sini: A Slowly Morning with My Brain. ) Semuanya berjalan lancar.  Hingga aku menyadari satu hal bahwa beberapa menit yang terlewati ini berlalu dengan sangat lambat. Ada apa lagi ini!? Tiba-tiba seluruh badanku terasa berat. Pandangan mataku mendadak kabur. Seluruh tubuh mendadak tenggelan seakan-akan ditimbun lumpur berwarna hitam pekat. Sial. Aku terjebak lagi di situasi ini. Situasi dimana aku benar-benar bosan dengan semua hal. Aku menoleh ke arah sumber dimana semua itu berawal. Kurasakan energi gelap dari bagian dadaku. Benar saja. Luban...