Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

Upgrade Sempak!

Aku baru saja beli sempak. Sempak terakhir yang aku pakai terbeli beberapa tahun silam. Semenjak dua bulan lalu (atau lebih? Mbuh lah lali) sempak lamaku sudah tipis dan bolong-bolong di bagian pantat. Aku termenung dengan banyak pikiran berkecamuk. Biasanya nih biasanya, kan aku kalo membeli sempak yang 'low tier', alias 'gak bagus-bagus amat tapi murah'. Kebiasaan ini aku adopsi dari kehidupan mahasiswaku yang misqueen. Hiks sedih.  Baiklah untuk 'balas dendam', kali ini aku akan beli yang agak mahalan. Demi kenyamanan si otong, demi gengsi masa lalu, demi romantisme laki-laki (eh,  gimana-gimana?!), demi..... Ya pokoknya gitulah.  Intinya gak papa deh kali ini keluar duit lebih. Okey. It's time to sempak baru! Yahoooy!  Waktu berganti dengan perlahan.  Di sore hari nan cerah itu, kugeber motor ke arah timur. Langit biru berjalan berdampingan dengan awan berarak. Angin dingin musim hujan menerpa wajahku dengan ramah. Suasana hatiku sangat baik. Ah, Petuala...

Si Fulan

Ada seorang teman FB datang ke pertemuan kami. Sebut saja ia fulan. Ia adalah illustrator sukses dengan segudang pencapaian yang membuatnya bangga. Dan Malam ini ia memuntahkan semua kebanggaannya itu kepada kami dengan pongahnya.  Sepanjang obrolan ia tak henti-hentinya merokok. Aku rasa ini meet up komunitas paling sumpek yang pernah aku datangi. Soalnya hampir 95% anggota kami tidak ada yang merokok. Dan ia dengan santainya klepas-klepus sambil omong besar. Sebagai orang yang 'baik', aku hanya menanggapinya agar ia krasan doang. Aslinya sih aku tak terlalu perduli.  Asap putih terus mengepul. Setelah semua muntahan kesuksesannya sudah habis ia kemudian berganti topik ke salah satu anggota kami. Ia mem-bully-nya dengan banyak cara. Aku gak tau gimana bilangnya,  namun sangat terasa sekali ada banyak pernyataan bernada merendahkan. Aku sudah mulai gak nyaman. Satu atau dua kali aku masih maklum untuk menertawakan kawan. Namun ketika itu sudah berulang banyak kali,  ...

Kucing Penyintas

Kucingku menggeram dengan pilu penuh kesakitan. Ia tergeletak pasrah di lantai ubin yang dingin. Matanya sayu berwarna hitam pekat seperti kelerang. Tatapannya kosong. Di sekitar mulutnya terdapat sisa-sisa susu kental manis bercampur dengan air kelapa muda yang mulai lengket dan mengering. Malam ini suasana semakin keruh dengan rasa sedihku yang menggelundung melihatnya meregang nyawa. Mamakku datang memindah sang kucing ke sofa. Ia menaruhnya dengan lembut. Dengan wajah sedih dan penuh harap mamakku berkata: "Urip yo! ojo mati yo!" "Meeengh... " kucingku menjawab pelan. Entah ia merespon mamakku atau sekedar mengeluh kesakitan,  aku tak tahu.  Namun yang pasti adegan dramatis itu cukup berhasil untuk membuat mataku sedikit berair. Ya,  ini kisah kucingku yang sedang bertahan di antara hidup dan mati.  ***   Kucingku ini seekor pejantan. Satu-satunya yang masih hidup dari empat bersaudara. Dua kucing sebelumnya, Tuan Putri dan Si Cemplon mati gara-gara mak...