Langsung ke konten utama

Namanya Pak Wagiman

Sedikit kebingungan aku dan bhayus memasuki sebuah gang kecil di balik Gapuro gajah Makam Haji. Sebuah sore yang damai, walau banyak masalah belum terselesaikan aku tidak perduli. Ada yang berbeda ketika kami sampai di depan rumah beliau, ada pagar bambu dengan kain perca tertempel berantakan. Kurasa benda itu mencegah agar ayam tidak bisa memasuki pelataran rumah tersebut.

“kulonuwun” Bhayus memecah keheningan sore itu,

“monggo” sahut sesosok bapak tua sambil bergegas membukakan pagar bambu . kami memasuki pelataran rumah itu dengan sungkan, Bapak tua itu hanya bertelanjang dada, kulitnya makin hitam kurasa.


“nggih ngeteniki mas, yen sonten kulo nyante kalih moco Jawa Pos ”
sambut bapak tua dengan gembira.


Aku menatap bapak tua itu dengan lekat-lekat, rambutnya sudah semakin memutih, hanya matanya saja yang makin terlihat memerah. Ingatanku menerawang ke masa tiga tahun lalu. Saat dimana aku masih beridealis ria dengan video dan film, waktu dimana aku masih disepelekan gara-gara persoalan materi.

“namanya Pak Wagiman” adalah judul sebuah film dokumenter yang aku buat bersama bhayus, sebuah video dokumentasi mengenai keseharian seorang banpol lalu lintas di daerah Makam Haji. Latar belakang pembuatan film tersebut kala itu adalah kompetisi PEKSIMIDA 2008 yang akan diadakan di kota Semarang.


“coba Mujix bikin video buat di lombakan di semarang, siapa tahu menang”
ujar dosenku yang bernama Citra. Tentu saja tantangan itu aku sanggupi, setelah berbincang dengan banyak teman, akhirnya aku memilih bhayus untuk menjadi partnerku dalam produksi kala itu.


“aku nyet ora pinter, gak iso editing, gak mudeng teori, tapi aku semangat yen di jak gawe karya” papar Bhayus dengan sangat berapi-api. Ceilah, kurasa itu kata-kata terkeren yang pernah aku dengar dari dia. Sebuah hendikem sony dan uang iuran secukupnya akhirnya kami resmi menjadi tim produksi film “Namanya Pak Wagiman”.
Kami memproduksi video itu selama 3 hari, tentu saja setelah berargumen labil tentang konsep film dan skenario.


“dalam film dokumenter ini aku ingin ngomongin tentang semangat seorang banpol yang tidak menghiraukan kelainan fisiknya untuk membantu sesama” kataku kala menjelaskan pesan moran sederhana dari film ini.


Subyek dari video ini memang sesosok banpol yang memiliki kelainan fisik. Pak Wagiman menceritakan tentang masa mudanya, masa ketika dia mengalami kecelakaan di tempat pemotongan kayu. dia kehilangan pergelangan tangan kiri dan beberapa jari di tangan kanannya. Kejadian tragis itu tentu saja membuatnya mengalami tekanan batin dan mental.


“kulo nggih putus asa mas, nanging nggih pripun malih, kulo kudu eling kabeh niku titipane gusti allah” pak wagiman berkata lirih. Akhirnya pak Wagiman memutuskan untuk menerima semuanya dengan lapang dada. Hidup terus berjalan kawan, begitu pikirku.


Pak Wagiman kemudian bekerja apa saja, mengesampingkan keterbatasan itu. Bekerja keras, berusaha dengan sebaik-baiknya, dan tentu saja bersyukur terhadap apapun.


“rumiyin tho mas, dalan niku kathah sing kecelakaan, polisi yo wagu. Gak pernah diawasi, wong macete jam 7 mosok jam 8 lagi teko” ujarnya dengan tatapan haru sambil mengisap rokok kreteknya.


Pak Wagiman merasa prihatin dan memantabkan niatnya untuk menjaga pertigaan palang Makam Haji. Tempat pertigaan itu memang sangat ramai, puncaknya adalah pagi hari saat para siswa dan pekerja berangkat ke sekolah atau pabrik. Kami akhirnya wawancara dan mengambil stok shot di rumahnya. Pak Wagiman bercerita banyak hal, kami mencoba memancing ke berbagai topik. Akhirnya dengan bantuan Noves (teman seangkatanku di jurusan televisi) video itu kelar.


Oh iya, sekedar tambahan film itu menjadi juara ke tiga tingkat Jawa Tengah.


Sore ini adalah tiga tahun setelah produksi tersebut. Selasa kemarin kami memutuskan untuk ke rumah pak Wagiman untuk sekedar mengucapkan terimakasih. Kesibukan masing-masing sepertinya membuat kami lupa, bahwa masih ada sedikit hutang yang harus kami selesaikan. Plastik putih berisi sirup, dua plastik gula pasir, sekaleng biskuit, dan sedus teh kami berikan kepada beliau sore ini.


Pak Wagiman menyambutnya dengan suka cita, mungkin memang tidak seberapa. Namun setidaknya pak wagiman telah mengajarkan kepada kami tentang mensyukuri hidup dan terus bersemangat. Beliau juga secara tidak langsung sudah menjadi bagian dalam masa muda kami yang menggelora, masa idealis yang tidak mungkin dapat di ulangi kembali.


Kalian tanya kok postingan kali ini tidak lucu? Maaf blogku bukan blognya pelawak. Ini blognya orang ganteng. Terserah aku dong soal lucu atau tidak :D
Salam luycuuuuu :)

Mujix
masih gila baca dan gila cinta
ayo belajar menata waktu
Solo, 19 Agustus 2011

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...