Langsung ke konten utama

Ayahku dan siang hari yang panas.

Siang itu aku masih berdiri menatap langit yang berawan tebal. Ia Berwarna putih bagai gula-gula kapas yang dimuntahkan oleh cakrawala. Panasnya matahari tak membuat gula-gula kapas itu mencair, hanya bergerak perlahan saja memecah kebosanan. Saat itu semuanya bergerak, berpindah, dan dinamis. Hanya obrolan kecil antara aku dan ayahku saja yang enggan berpindah. Tak ada yg spesial sebenarnya, kala itu hanya terjadi perbincangan sederhana mengenai hidup dan impian. Suara ramai dan bisingnya motor tak dapat mengalihkan perhatianku yang tengah menatap wajah ayahku.

Dia berbicara pelan, sesekali termenung sejenak menatap langit biru, kemudian tertawa kecil sambil merapikan kemeja abu-abunya. Ayahku adalah sesosok pria yang menurutku nyentrik. Dia dari dulu sangat suka berdandan, memakai baju yang rapi, menyisir rambutnya dengan minyak, dan tentu saja menirukan siulan burung perkutut. Aku masih ingat ketika dia ribut mencari sikat gigi untuk mengecat rambutnya yang telah memutih. Sikat gigi usang kesayangannya yang kini telah hilang entah kemana, aku tertawa kecil jika teringat tingkah ayahku yang gembira melihat rambutnya hitam legam. Kegembiraan itu pertanda dia siap untuk berangkat menghadiri hajatan tetangga.
Rambut ayahku kali ini masih hitam, hanya saja tidak selebat yang dulu. Waktu sudah cukup lama berlalu. Aku tercenung Melihat wajahnya yang mulai menua, kumis tebal yang memutih, dan wajah yang semakin teduh.


Ternyata waktu terus berlalu tanpa ampun, mengantarkan semua hal menuju satu titik temu yang masih absurd untuk di pahami, waktu yang masih menjadi misteri. Walaupun seperti itu aku tidak perduli, kuacuhkan saja waktu yang berlalu, kudiamkan masa yang mengajakku tuk bercengkrama. Walau rambutnya tak selebat dulu, tangannya tak sekekar dahulu, dia tetap tak berubah. Dia adalah ayah yang nyentrik dengan sejuta kasih sayang buat anak-anaknya. Yeah dia ayah terhebat yang pernah kumiliki:)

Bogor, 10 Januari 2011

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...