Langsung ke konten utama

Demam dan Ruang Kerja

Ruang kerjaku kali ini sudah tertata rapi. Meja gambar yang berukuran cukup panjang itu sudah tampak bersih, tak nampak lagi mangkok bekas makanan, alat-alat gambar berantakan, ataupun celana pendek milik keponakan. Buku-buku itu juga sudah berderet sedap dipandang. Aku membayangkan keadaan ruangan itu tiga hari yang lalu, Beuuuuh ancur abiiiis!! Semua hal penghuni bumi dan seisinya seakan-akan hanya diciptakan hanya untuk mengisi ruang kerja mungil tersebut. Lebaran menjadi momen yang paling tepat untuk membuat ruang kerjaku dialihfungsikan menjadi 'Gudang dadakan'. Semua benda dari berbagai ruangan ber-transmigrasi dengan liar dan membuat ruang kerjaku makin kacau. Sekacau agendaku akhir-akhir ini.

Kakakku pernah bilang, untuk melihat keadaan seseorang, lihatlah ruangan di mana dia tinggal. Nah, andaikata kalian bisa melihat keadaan ruang kerjaku saat itu, pasti kalian bisa menyimpulkan bagaimana keadaan hidupku akhir-akhir ini. Berantakan. Pola hidupku akhir-akhir ini cukup berantakan. Secara jasmani aku beberapa kali nge-drop gara-gara kecapekan. Alasannya sepele, seperti telat makan atau kebanyakan begadang menghalau malam. Beberapa malam memang tidak dapat ditundukkan olehku. Saat-saat itu tiba biasanya ketika pertanyaan-pertanyaan ber-genre filsafat tak terjawab oleh akal sehat. 

Percayalah, terkadang akan ada masa dimana kamu bosan dengan jawaban diplomatis logikamu sendiri dan berharap ada wahyu yang turun dari langit untuk membeberkan semua jawabannya. 

Mens sana in corpore sano, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang artinya adalah "Jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat. Gimana mau sehat kalau jiwa isinya cuman pertanyaan-pertanyaan yang belum ada jawabannya. Makanya jangan kaget kalau banyak pemikir dan filsuf gila dan mati konyol gara-gara terlalu banyak berpikir.

Ketika demam melanda aku biasanya tidak melakukan apa-apa. Gimana mau melakukan apa-apa, badan dipakai untuk berpindah dari kamar tidur ke kamar mandi saja sudah sempoyongan gak karuan. Kalian tahu rasanya kan? Semacam rasa cenat-cenut di hati kayak lagunya SM*SH tapi kali ini letaknya di kepala. kalau enggak ya semacam 'Kaki di kepala, kepala di kaki' seperti lagunya Peterpan. Tidak melakukan apa-apa dan hanya meringkuk di ruang tidur dengan selimut.

Tanda-tanda kemunculan demam itu hadir secara perlahan. Siang itu diawali dengan suhu sekujur badan tiba-tiba menghangat. Andaikata memejamkan mata, semacam ada warna orange menyelimuti tubuhmu. Ketika badan sudah panas kemudian muncullah rasa pusing membungkus kepala. Sudah cukupkan prosesnya? Belum. Harus ada semacam cairan yang nyangkut di tenggorokan yang memaksamu untuk terus terbatuk-batuk sampai kelelahan. 

Di waktu aku mengeluh akan keadaan jasmani yang berantakan itu tiba-tiba muncul ingatan mengenai petuah Ajahn Brahm, petuah mengenai bahwa 'sakit itu tidak apa-apa', 'sakit itu oke', 'kalau bisa belajarlah dari rasa sakit', dan yakinlah semua 'inipun akan berlalu'. 

Huft, disaat-saat berantakan itu juga muncul imajinasi bodoh tentang Raisa Andriana yang tiba-tiba datang membawakanku bubur ayam dan menyuapiku dengan penuh kasih sayang. Jangan diketawain namanya juga sedang sakit. Segalanya tidak ada yang normal ketika sakit. 

Melihat ruang kerjaku yang amburadul itu seperti melihat pola hidupku yang juga sama amburadulnya. Telat makan itu seperti lupa men-charger Handphone, bakal terasa nyeseknya saat ada keperluan mendadak melalui telfon eh tiba-tiba Handphone mati. Salah siapa? Salah pemilik Handphone laah. Buku-buku berserakan itu mengingatkanku akan kegiatanku yang juga 'berserakan' gak jelas waktunya. Bangun tidur dan mau tidur jamnya sangat random, tidur jam berapa bangunnya jam berapa. Terakhir kali aku membersihkan karpet sepertinya sama jarangnya dengan kegiatan olahraga. Hal cukup baik yang belum terlupakan adalah banyak minum air putih.

Ya air putih, cairan ini terus aku minum saat demam itu melanda. di malam puncak ketika demam itu terjadi aku berjanji banyak hal. Setelah sembuh aku akan mencoba untuk merapikan ruang kerjaku lagi. Membersihkan karpet berwarna biru yang telah berdebu itu. Oh iya, aku harus beli charger lagi agar aku bisa merapikan berbagai agenda. Olahraga rutin sepertinya juga menyenangkan, Aku kangen masa-masa di mana bisa main basket bareng teman-teman. Sialan. Semoga hal-hal ini bukan hanya janji-janji palsu seorang komikus yang sedang sekarat gara-gara demam.

Mujix
saat ini demamku sudah sembuh,
ruangan kerja juga sudah rapi jali.
selanjutnya tinggal memikirkan
gimana caranya agar
aku bisa melaksanakan
semua agenda ini dengan
semangat.
Simo, 28 Juli 2015


Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...