Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Kembali ke masa depan

Tumpukan awan berwarna putih itu masih diam ketika aku tiba di sini, di sebuah sekolah menengah kejuruan. Tempat dimana aku belajar seni rupa dan menggambar komik. Iya. Sekarang aku berada di sekolahku yang dulu. Sepuluh tahun telah berlalu sejak saat itu. Tempat ini sudah banyak yang berubah.  Gerbang yang dulu hanya tralis dari besi berkarat,  sekarang berganti menjadi gerbang besar dengan ukiran patung Dewaruci sedang bertarung dengan Naga. Lebai dan norak banget gerbangnya. Tapi gak papa sih, namanya juga sekolah seni.  Gerbang sekolah ini benar-benar terlihat berbeda apabila dibandingkan dengan gerbang yang sama di sepuluh tahun yang lalu. Hari ini adalah jam pulang sekolah. Para siswa bergerombol dan membludak untuk segera bergegas ke rumahnya masing-masing. Aku clingak-clinguk mencari seseorang. Cewek? Bukan. Kali ini aku sedang berkepentingan dengan seorang cowok.  Seorang cowok jurusan seni rupa yang kukenal hanya melalui ingatan. Beberapa meni...

Aku dan Josephira 2

'Aku dan Josephira' adalah postingan kedua yang paling sering dicari oleh para netizen di blog ini. Aku berani berspekulasi, kamu yang membaca tulisan ini juga tersangkut tak sengaja di blog ini gara-gara menggunakan kata kunci 'Josephira' di mesin pencari bernama Google. Enggak papa. Lanjut baca saja. Beberapa kata kunci yang tersimpan di riwayat penjelajahan sangat beragam, mulai dari 'Siapa sebenarnya tokoh bernama Josephira' hingga 'Joane Josephira istri Bimbim Slank'. Baiklah. Aku akan Googling sebentar. Aku sendiri juga kurang siapa sebenarnya tokoh 'Josephira' yang muncul sebagai judul lagu tersebut. Here we go! Joane Joshephira adalah Slankers (sebutan untuk para penggemar grup band Slank) yang berasal dari Manado. Bisa dibilang sosok ini merupakan sosok yang pendiam apabila dibandingkan dengan teman-temannya yang katanya datang ke Gang Potlot. Gadis ini sempat menjadi rebutan, atau setidaknya menjadi incaran para anggota Slanker...

Sang Seniman Senior

“Harusnya tuh kamu kalo bikin komik itu dikonsep dulu! Dipertimbangkan dari sisi marketingnya!” Kata lelaki dengan tampang gahar itu saat memberiku saran. Heh!? Saran!? Saran apaan!? Baiklah. Akan aku jelaskan kronologisnya dari awal. *** Siang itu, aku dan seorang teman, namanya Feri Widiyanto, sedang beristirahat di warung di depan kampus. Yah. Kita hanya berniat beristirahat sambil makan camilan yang tersedia di sana. Hanya beristirahat. Catat ya. Seharian kami menerobos belantara kota Solo untuk merampungkan berbagai hal terkait dengan workshop Simon Hureau. Apapun. Mulai dari membereskan nota-nota hingga mengembalikan uang sisa. Uang sisa itu sudah tertata rapi di tas rangselku sejak tadi pagi, tepatnya jam 9 pagi. Aku berkendara cukup jauh dari Simo ke Kota Solo dengan niat satu hal, merampungkan urusan soal workshop. Yah, kurasa kalian juga paham tentang prinsip ‘selesaikan satu urusanmu biar kamu bisa segera menyelesaikan urusan yang lain’. Kabar b...

Cukil Grafis

Barong Oranye (Foto oleh Dewi Sekar) Aku dan karya cukil grafis saat masih di kelas 2 di SMSR Solo. Pelajaran Grafis itu seminggu sekali, setiap hari selasa dan harus berjalan agak jauh menuju bengkel seni rupa. Hal yang paling aku ingat adalah rasa capek saat mencukil hardboard pake woodcut. Tangan ampe pegel. Pelajaran yang sangat membosankan. Mencukil guratan demi guratan, kemudian dikasih cat (lupa namanya), kemudian ditempel di kertas. Kemudian mencukil lagi, tempel lagi. Layer demi layer, lapis demi lapis. Gitu terus sampai gambar tercetak dengan baik. Saat itu aku sudah membuat komik, walau acak adul. Hari ini aku tersadar, ternyata untuk membuat komik yang bagus, aku harus mengalami proses yang sama dengan membuat karya cukil grafis. Hanya berbeda media dan berbeda proses. Tidak ada lagi woodcut dan hardboard. Yang ada hanya kertas HVS, pinsil 2b dan Spidol Snowman. Oke. Semenjak aku membuat komik, hampir tidak ada kasus 'tangan ampe pegel' gara...