Langsung ke konten utama

Cukil Grafis


Barong Oranye
(Foto oleh Dewi Sekar)


Aku dan karya cukil grafis saat masih di kelas 2 di SMSR Solo. Pelajaran Grafis itu seminggu sekali, setiap hari selasa dan harus berjalan agak jauh menuju bengkel seni rupa. Hal yang paling aku ingat adalah rasa capek saat mencukil hardboard pake woodcut.

Tangan ampe pegel. Pelajaran yang sangat membosankan. Mencukil guratan demi guratan, kemudian dikasih cat (lupa namanya), kemudian ditempel di kertas. Kemudian mencukil lagi, tempel lagi. Layer demi layer, lapis demi lapis. Gitu terus sampai gambar tercetak dengan baik.

Saat itu aku sudah membuat komik, walau acak adul. Hari ini aku tersadar, ternyata untuk membuat komik yang bagus, aku harus mengalami proses yang sama dengan membuat karya cukil grafis. Hanya berbeda media dan berbeda proses.

Tidak ada lagi woodcut dan hardboard. Yang ada hanya kertas HVS, pinsil 2b dan Spidol Snowman. Oke. Semenjak aku membuat komik, hampir tidak ada kasus 'tangan ampe pegel' gara-gara megang spidol. Pegelnya di tempat yang lain.

Kalian pengen tahu Pegelnya dimana? Pegelnya di otak dan di hati. Tidak terhitung malam-malam terlibas oleh kegelisahan saat membuat komik. Pagi hari datang dengan terlambat saat ada halaman komik yang tertunda untuk digambar. Semua hal akan aku lakukan agar bisa membuat komik yang bagus.

Perjuangan yang sama beratnya dengan mengikuti Pelajaran Grafis.

Kemudian waktu tiba-tiba saja berlalu dengan sangat cepat. Sudah hampir 10 tahun semenjak aku menyelesaikan karya cukil grafis itu. Dan karya itu tentu saja sudah aku lupakan.

Seminggu yang lalu aku mengunjungi sekolahku lagi dengan misi mencari peserta workshop komik. Ternyata guru yang bersangkutan ada di bengkel seni rupa. Aku berjalan pelan menyusuri lorong demi lorong sambil bernostalgia tentang apapun.

Ketika aku membuka pintu bengkel, terlihat gambar barong dengan warna dominan oranye dan kuning. Aku tercenung sejenak, sepertinya aku pernah melihat gambar ini. Beberapa detik kemudian aku tersadar, ini karya grafis yang dulu aku kerjakan di masa lalu.

Detik itu aku merasa trenyuh. Karya yang aku kerjakan dengan mengeluh, menggerutu, dan dengan terpaksa itu ternyata di pajang di bengkel seni rupa. Karya ini menyingkirkan hampir semua karya teman-temanku yang lain, ada kali 50 siswa, soalnya murid seni rupa dulu ada dua kelas.
Menit demi menit aku seperti dipertemukan dengan diriku di masa lalu. Masa dimana menjadi 'dewasa dalam berkarya' adalah proses yang menyebalkan.

Saat aku menulis postingan ini aku tersadarkan kembali tentang pentingnya kerja keras.
Enggak apa-apa kok berkarya dengan setengah hati. masih mending 'berkarya dengan setengah hati' dari pada 'tidak berkarya' sama sekali. Gak usah minder kalo gambar kalian masih jelek. Gak usah ngedrop kalau fanbase kalian belum banyak. Terus saja berjalan dengan karyamu. Kalau kata komikus Prancis, Simon Hureau, terus dan teruslah berkarya.

Hukum alam tidak pernah bisa berdusta. Harga yang kamu dapat sesuai dengan apa yang kamu bayarkan. Ambil nafas panjang. Saatnya bekerja kembali.


Mujix
Lelaki yang sedang
kelelahan gara-gara
mengurusi worksop komik.
oh iya, makasih buat Dewi Sekar
atas fotonya.
Simo, 8 November 2015

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...