Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Perempuan Berjilbab Hitam

Perempuan berjilbab hitam itu duduk dikursi. Wajahnya tetap cantik jelita walaupun tak memancarkan cinta. Tak terlalu jauh untuk diraih, namun tak terlalu dekat untuk diacuhkan. Sekeping rasa iri ia berikan padaku. Kehidupan yang sempurna ada di depan matanya. Waktu berlalu begitu saja. Tidak ada seorangpun yang peduli lagi. kerena ada ego yang harus diisi dengan mimpi. Perempuan berjilbab hitam itu beranjak meninggalkan kursi. Terburu-buru tanpa menegur terlebih dahulu. Kepingan rasa iri yang ia berikan padaku berubah menjadi tanda tanya. Kehidupan yang sempurna di hadapannya akankah berlangsung selamanya? Perempuan berjilbab hitam itu berjalan cepat menuju pintu. Dia menoleh sesaat dan tersenyum penuh arti. Wajahnya kini biasa saja tapi memancarkan banyak cinta. Dia menghilang ditelan cahaya menyilaukan saat saat keluar pintu. Begitu tiba-tiba dan raib begitu saja. Semuanya kembali seperti semula. Bias kilauan warna putih perlahan mulai memudar. Perempuan berjilbab hitam itu kini ...

Jarak Terjauh

Ada seraut wajah yang tertinggal di mimpiku semalam. Binar dan tatapan sendu itu tak sengaja menusuk kalbuku lagi. Menyiksa hati dengan perlahan, mengobatinya lagi dengan pelan. Berbahagialah kamu yang saat ini tak terkurung oleh sangkar rindu. Tak perlu takut diterkam rasa sepi karena selalu ada hati di sisi. Selalu menemanimu, selalu memelukmu. Ada seraut wajah yang tertinggal di mimpiku semalam. Wajah yang tertunduk menatap tanah, tempat dimana aku selalu menunggu genggaman tanganmu. Tangan yang tak kunjung datang. Mujix Bukunya udah sampai. Mengesankan sekali. Simo, 28 Juni 2016

Pertanyaan Besar

Pagi ini aku terbangun dengan satu pertanyaan besar, 'apakah aku sudah hidup sebaik-baiknya sebagai seorang manusia?' 'Belum!' tiba-tiba saja diriku yang lain berteriak di suatu sudut pikiran. Aku tersadar ternyata masih banyak yang menyita hidupku hingga tidak ada waktu untuk memikirkan orang lain. Orang lain? Ya, orang lain! Aku sangat mempercayai, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna bagi manusia lain. Pematik pertanyaan besar pagi ini mungkin disebabkan oleh postingan kawan di sebuah halaman Facebook. Sebuah gambar perempuan berjilbab yang dibuat pake pensil dengan caption 'my power',   yang entah kenapa aku bisa melihat 'harapan' dari sang kreator di sana . Harapan yang membuatnya untuk terus berjuang dengan gigih tanpa meninggalkan kebanggaan terhadap diri sendiri. Sebuah kekuatan besar yang kurasa sudah sangat cukup untuk menggulingkan congkaknya dunia. Jujur saja, dari hati yang paling dalam walau sangat tipis, aku sebenarnya ...

Senjata Baru

Yeeea! Akhirnya kesampaian juga membeli Wacom Intuos. Semoga karirku sebagai komikus semakin bersinar. Beneran, aku benar-benar berharap agar karirku semakin bersinar tahun-tahun ke depan. Ah, balik lagi ke topik Wacom. Benda sakral ini aku beli dari Rochmat yang sangat beruntung memenangkan kompetisi komik Kitkat. Pemenangnya mendapatkan Wacom Intuos, dan kebetulan doi udah punya pen tablet di rumah, terus doi posting di grup Watsap, Pen Tablet ini aku beli dari honor komik Si Amed di bukunya Letter to Habibie, iya, Si Maniak Bakso Bakar itu berhasil mewujudkan mimpiku untuk memiliki Pen tablet. Tenang aja Med, kamu kebagian jatah bakso bakar kok. Hehehehe Setelah Googling, aku mengetahui kalau harga pen tablet itu berkisar Rp.1.290.000. Entah dengan alasan kedekatan atau memang baik hati aku bisa mendapatkan pen tablet tersebut dengan harga Rp.1.000.000. Langsung deh aku kuras semua uangku di ATM, dan sepertinya lebaran tahun ini aku bakalan bokek lagi. Semoga saja dengan data...

16.06.2016

Malam adalah sebaik-baiknya kawan Tak pernah mengusikmu Tak pernah membebanimu Diri sendiri adalah sebaik-baiknya teman Selalu mendampingimu Selalu membimbingmu Mujix Sedang marathon menonton anime 'Hikaru No Go', adegan favorit adalah saat Hikaru melawan Mitani, Kaga dan Megane senpai secara bersamaan di klub igo Simo, 16 Juni 2016

Bus

Entah sudah beberapa jam aku berada di tempat ini. Kendaraan yang aku tunggu belum juga kunjung tiba. Sinar matahari sore memancar terik membuat tenggorokan semakin kering. Asap rokok menyelimuti percakapan orang asing di depan angkringan tak jauh dari tempatku duduk. Semuanya berlalu begitu saja. Perasaan campur aduk karena bahagia beberapa tahun silam kini melumer dilindas perkasanya waktu. Penantianku terhadap angkutan umum ini tak jauh berbeda dengan penantianku terhadap rasa yang bernama suka cita. Keduanya seperti bintang  yang tak kunjung berpindah saat aku memandanginya dengan seksama. Aku tidak tahu akan sampai jam berapa penantian ini berlanjut. Apakah aku bisa segera pulang ke rumah? Atau kembali ke belantara kota asing yang penuh gemerlap pesona dunia khayalan? Siapa yang tahu. Namun yang pasti angkutan umum yang aku tunggu sudah nampak di ujung jalan. Mujix Waktu berbuka kurang dua jam lagi. Kartosuro, 12 Juni 2016

Mimisan

Malam ini aku menatap darah yang mengering di tangan dengan tatapan gamang.  Jalanan arah pulang ke kontrakan Bang Arum Kerten cukup lengang. Aku sengaja berjalan lambat, di belakang teman-teman yang berbincang apapun. Alasanku tertinggal beberapa langkah dari mereka karena ingin  menganalisa apa penyebab keluarnya darah dari hidung beberapa saat yang lalu. Semuanya terjadi begitu saja. Saat perbincangan kami mulai pekat, tiba-tiba saja aku merasa ada cairan dingin dari hidung yang tidak bisa aku kontrol. Cairan ini sudah pasti bukan ingus cair seperti saat demam beberapa hari yang lalu. Cairan itu memiliki sensasi tersendiri yang berbeda. Tanganku secara reflek menutup hidung dan dengan cepat kudongakan kepala ke atas. Secepat mungkin aku menatap cairan di tanganku. Saat itu aku berharap cairan itu berwarna bening. Namun apa daya, benda berair yang keluar dari hidungku ternyata berwarna merah darah. Aku sedikit bergidik ngeri. Obrolan kami terhenti seketika! Jeki panik da...

Sore

Bau asap rokok dan kendaraan membisu menutup hidungku Matahari tinggal setengah, namun panasya tak kunjung hilang diterjang terang Walau tak hilang namun sosoknya tak juga nampak Entah bersembunyi, entah melarikan diri, siapa yang peduli Kuda besi ini perlahan melaju Meninggalkan aku di masa lalu Meninggalkan asap rokok dan kendaraan yang membisu di hidungku Mujix Akhir pekan. Saatnya berjalan-jalan untuk menemukan secercah jawaban Pelem, 4 Juni 2016

Kala Raga Bercerita

Ada kata tak terucap oleh raga karena menunggu asa di balik jendela yang enggan untuk terbuka. Aku membutuhkan tanganmu untuk sekedar memutar kenop kunci itu. Kunci berkarat, berwarna coklat, dan perlahan berubah mejadi pucat seperti mayat karena sumpah serapahku. Tidak terbukapun sebenarnya tidak mengapa, karena bau hutan penuh keceriaan sesekali menelusup dengan dari sudut pintu. Walau enggan percaya, namun aku selalu memegang erat ucapan bunda bahwa bahagia itu sederhana. Sesederhana aku menyebut namamu saat merindu, atau sesederhana aku menghujat namamu saat merindu namun tidak ada kamu di sisiku. Mujix Sedang berada di fase yang cukup kritis. Please help, it's really suck here! Simo, 4 Juni 2016