Pagi ini aku terbangun dengan satu pertanyaan besar, 'apakah aku sudah hidup sebaik-baiknya sebagai seorang manusia?'
'Belum!' tiba-tiba saja diriku yang lain berteriak di suatu sudut pikiran. Aku tersadar ternyata masih banyak yang menyita hidupku hingga tidak ada waktu untuk memikirkan orang lain.
Orang lain? Ya, orang lain! Aku sangat mempercayai, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang berguna bagi manusia lain.
Pematik pertanyaan besar pagi ini mungkin disebabkan oleh postingan kawan di sebuah halaman Facebook. Sebuah gambar perempuan berjilbab yang dibuat pake pensil dengan caption 'my power', yang entah kenapa aku bisa melihat 'harapan' dari sang kreator di sana.
Harapan yang membuatnya untuk terus berjuang dengan gigih tanpa meninggalkan kebanggaan terhadap diri sendiri. Sebuah kekuatan besar yang kurasa sudah sangat cukup untuk menggulingkan congkaknya dunia.
Jujur saja, dari hati yang paling dalam walau sangat tipis, aku sebenarnya sedikit iri. Kenapa aku tidak (atau belum) bisa seperti itu?
Iri hati? Bagaimana mungkin bisa menjadi 'sebaik-baiknya manusia' jika masih menebar bibit buruk seperti itu!
Untuk itulah aku menyibukkan diri dengan banyak hal agar bibit itu bisa layu dan mungkin gagal tumbuh agar hidupku jadi lebih baik.
Bersyukurlah jika kalian yang membaca postingan ini masih memiliki alasan yang kuat untuk bisa tetap hidup menantang dunia. Percayalah, untuk golongan 'para manusia patah arang', mencari alasan untuk sekedar bangun tidur saja susahnya minta ampun.
Nah buat kalian yang baca postingan ini, pikirkan baik-baik pertanyaan ini,
'apakah kalian sudah hidup sebaik-baiknya sebagai seorang manusia?'
Mujix
Kok paketanku belum datang ya?
Ternyata bukan hanya perasaan saja yang berbakat untuk datang terlambat.
Simo, 24 Juni 2016