Langsung ke konten utama

Negara 1/2 Gila

Siang ini aku dikejutkan oleh kedatangan seorang mas-mas kece dari biro pengantar barang. Ternyata buku yang aku pesan seminggu yang lalu sudah tiba dengan gemilang. Aku sangat bersemangat membuka paket tersebut. Pengemasannya yang baik dan sangat rapi agak membuatku kesulitan saat membongkarnya. Berbekal pisau dapur langsung saja aku sobek kertas pembungkus tersebut lalu jreng... Jreng... Jreng... Tampaklah buku berwarna oranye yang menjadi cinderamata kerja kerasku sejak SMP dahulu. Ya, kalian benar, ini adalah kisah buku komik pertamaku.

Buku ini adalah bukuku pertama yang diedarkan di Toko buku. Sebuah kompilasi komik yang berjudul "Negara 1/2 Gila" ini diramu dengan ganteng oleh Mas Dody YW, Arum Setiadi, dan komikus yang menulis postingan ini.

Aku ingat proses pengerjaan buku ini cukup dramatis karena dikerjakan bersamaan dengan kerja profesi di Kota Bogor pada bulan Ramadhan tahun 2014. Jadi bisa dibayangkan betapa serunya mengatur waktu untuk kerja profesi, bikin komik ini dan beribadah puasa di Bulan Ramadhan.
Hari demi hari berlalu. Untuk pertama kalinya aku membuat komik ditangani oleh seorang editor. Aku ingat kami berempat sering kali rapat melalui surat elektronik untuk memilih cerita dan tema. Hal tersebut kami lakukan agar tidak ada cerita yang sama dan bertabrakan. Alhasil komik yang tersaji di buku ini sangat beragam. Hal tersebut membuktikan bahwa sesuatu yang berbeda bisa bersatu padu membentuk sesuatu yang harmoni.

Sebelum buku ini tercipta, aku sudah membuat komik sejak SMP. Komik pertamaku berupa komik di kertas HVS berpena spidol Snowman yang kalo kena keringat langsung luntur. Komik bersejarah itu berjudul 'Petualangan Dua Bersaudara' dan masih aku simpan hingga kini.

Sejak saat itu aku terus membuat komik. Mata pelajaran kesenian yang isinya 'menyanyi dan bermain gitar' saat SMP tidak meruntuhkan semangatku untuk terus menggambar. Beberapa orang mencibir dan mengatakan padaku bahwa aku tidak berbakat menggambar, namun aku tidak perduli. Kurasa senjataku saat itu bukan bakat menggambar atau referensi segudang, melainkan keegoisan dan sifat keras kepalaku untuk meraih cita-cita sebagai komikus.

Ya, ketika teman-teman SMP-ku ingin jadi dokter, polisi, guru, orang sukses, dan 'manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa', aku diberi mandat oleh dewa untuk menjadi seorang komikus.
Sebelum komik 'Negara 1/2 Gila' ini teralisasikan, aku sempat kebingungan kalau ditanya 'aku bisa beli komik karyamu, dimana Jix?'. Biasanya aku akan bersembunyi dibalik topeng jawaban 'ini hanya hobby, kok' atau pura-pura pingsan dan berharap kiamat kubro segera datang. Bukankah sangat menyakitkan ketika seorang komikus tidak memiliki karya yang sahih untuk dijadikan ajang pembuktian?
Pembuktian itu penting! Orang lain sangat memerlukan pembuktian, sama candunya dengan mabuk keduniawian dan keagamaan.

Setelah sekian minggu berjibaku dengan naskah, akhirnya komik 'Negara 1/2 Gila' rilis di toko buku. Sebuah pembuktian sudah tercipta.

Saat itu kerja profesiku sudah selesai. Aku sudah berada di Solo ketika Mas Editor memberi kabar kalau buku 'Negara 1/2 Gila' sudah tersebar di berbagai toko buku. Langsung saja aku cabut ke Germedia dengan sangat antusias. Setelah aku muter-muter sampai pusing pala berbie, akhirnya nemu tuh komik di rak buku hobi dan humor. Dan mak dheg!

Jantungku hampir copot saking girangnya. Perasaanku sangat rumit saat itu. Senang, bahagia, terharu, bercampur dengan nafsu untuk makan nasi goreng sama kamu. Akhirnya apa yang aku kejar sejak SMP, sedikit banyak sudah tercapai.

Saat itu ketika ada teman yang bertanya 'Karya komikmu bisa di beli dimana, Jix?', bisa jawab aku dengan mantap 'Cari aja di toko buku Germedia atau Togel Mas!'.

Jangan menyerah untuk sesuatu yang kamu cintai.
Saat ini aku sedang mengerjakan bukuku yang ke 5, dan ini sangat menyenangkan.

Mujix
100 halaman dari 100 halaman
sudah dikerjakan! wuhuu!
Siapa yang sudah enggak sabar buat
 baca karya komik terbaruku!?
Simo, 6 Juni 2017

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...