Langsung ke konten utama

Jatuh

Di suatu hari di Stasiun Pasar Senen. Siang itu aku terburu-buru karena memang mengejar kereta. Ketika tiba di depan pos pemeriksaan, tanganku merogoh kantong mencari tiket. Saat itulah ponsel pintarku terjatuh dari saku jaket.

"PRAAAAK!!!"

Suaranya cukup nyaring karena jatuh dari jarak yang agak tinggi. Beberapa orang kaget dan menoleh ke arahku. Aku mengambil ponsel pintar tersebut dengan muka datar, menatap seksama untuk sekedar memastikan keadaan.

Ahh, sedikit ada retakan. Aku diam, lalu kumasukkan begitu saja ke dalam kantong dan berjalan dengan santai menuju petugas pemeriksa tiket.

Sekelebat aku melihat wajah berkenyit  beberapa orang yang tahu kejadian terjatuhnya ponsel tersebut. Sepertinya mereka heran mengapa aku bisa bersikap se-woles-itu, tanpa ekspresi dan melanjutkan aktivitas seperti tidak ada kejadian apapun. Mungkin. Atau wajah mereka berkenyit karena melihatku yang tampan? Gak Mungkin.

Ya, ponselku baru saja jatuh. Namun ya sudahlah. Toh sudah jatuh. Andaikata dengan 'mengumpat'  bisa membuat ponsel itu 'terbang' dan gak jadi jatuh, maka aku akan mengumpat puluhan kali.

Namun ya begitulah. Ponsel jatuh dan lantai stasiun kala itu bagai cinta sepasang manusia yang sudah terikat oleh suratan takdir.

Kalau dipikir lagi, masih mending ponsel jatuh jika dibandingkan saat perasaanku 'jatuh' ketika patah hati, atau saat harga diriku 'jatuh' ketika didamprat dan dipermalukan klien gara-gara kerjaan gak sesuai ekspektasi. Dua-duanya sangat perih, man.

Ponsel jatuh? Tinggal beli lagi. Gak punya uang? Kerja. Kalau gak ada kerjaan? Kamu serius? Itu 'gak ada kerjaan' atau memang 'males kerja'?

Nah kalau perasaan atau harga diri yang jatuh? You need something better more than your money.

Di dalam hidup, 'jatuh' adalah sebuah keniscayaan. Yakin! Aku gak ngapusi!
Namun tetap tenang dalam berpikir dan bersikap saat 'jatuh' adalah sebuah pilihan. Susah? Jelas. Kalau mau gampang jadi netizen tukang nyinyir saja.

Yang pasti saat itu aku terlihat cool dan manly, ayak cogan-cogan di drakor yang kalian tonton, atau di webtoon. Padahal aslinya di dalam hati:

"Ah sial. Tau gitu, ponsel pintarnya aku kasih pelindung dulu deh. Hmmm."

Batinku saat melihat retakan di ponsel. Jadi poin penting yang ingin aku sampaikan adalah: Sikap elegan, wajah tampan, bisa menipu, namun isi perasaan siapa yang tahu. Be carefull ya gengs.

Mujix
Akhirnya bisa merasakan 'rush hour'-nya KRL jurusan Bogor-Jakarta. Salut buat para penumpang yang setiap hari mengalami hal tersebut. Kalian orang-orang kuat, gaes!
Simo, 13 Juli 2018

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...