Langsung ke konten utama

Umur 30

Umur yang melelahkan. Umur yang memuakkan. Setengah tahun ini aku terus mendamprat usia yang berangka 30 ini, sebuah usia yang kujalani dengan sangat angin-anginan. Di usia ini semua titik stress menggumpal. Setiap hari aku berjuang untuk selalu menjaga kewarasan.

Aku manghadapi usia 30 ini sambil terus bekerja (yang uangnya hampir semuanya dipakai untuk urusan orang lain. Itu menyesakkan), mencari cinta (yang sialnya orang tersebut berbeda keyakinan), dan mencari jati diri.

Hingga suatu hari di titik terbawah, aku merasa muak. Aku merasa lelah. Baterai kebahagiaanku udah hampir habis. Perlu dicharger. Ah sial. Dan saat semua hal tersebut sudah mau meledak, aku akan menenggelamkan diri dalam pekerjaan, atau berpergian ke suatu tempat dengan sangat random, atau tidur dan bangun hingga siang.

Namun, it's oke! Aku menerima semua hal tersebut dengan hati dongkol. Yah, walau hati dongkol, aku melalui hari-hariku dengan cukup bersemangat dan sikap bodo amat. Gak punya duit banyak! Bodo amat! Cari obralan komik! Gak punya pacar, bodo amat, yuk! Bikin Indomie rebus kayaknya enak!

Hahaha, begitulah. Salah satu caraku untuk menjaga kewarasan adalah  bersikap masa bodoh untuk mengais kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang berada di sekitarku (tentu saja sambil terus mengeluh).

Aku mau tidak mau sedikit meyakini, pasti ada alasan yang belum diketahui kenapa masih diberikan nyawa untuk menjalani hidup hingga hari ini. Aku enggak tahu apa. Namun entah kenapa aku merasa yakin.

Dan di usia yang melelahkan dan memuakkan ini, beberapa saat yang lalu aku dikejutkan oleh kabar meninggalnya seorang teman. Dia berpulang di usia 29 tahun karena kecelakaan lalu lintas. Berita ini membuatku shock dan sedih. Men! Dia enggak sampai di usia 30!! Dia enggak sampai di usia yang menurutku melelahkan dan memuakkan ini!

Sedetik kemudian aku teringat mimpi-mimpiku yang belum tercapai. Komik-komik yang masih menggumpal di pikiran. Orang-orang yang ingin aku tampar dengan pembuktian dan tentu saja orang tua yang ingin aku bahagiakan.

Aku masih diberi kesempatan.
Dan kesempatan ini tengah aku jalani di usia 30. Apakah akan berlanjut di usia 31, 32 dan seterusnya? Siapa tahu.

Namun yang pasti aku tahu,
Aku masih diberi kesempatan.

Mujix
Semoga mendapat
Tempat yang paling baik
Di sisi Tuhan, Asep. Al Fatihah!
Simo, 27 Mei 2019

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...