Langsung ke konten utama

Dompetku Hilang

Dompetku hilang. Terselip entah di ruang mana di dalam rumah. Ingatan terakhirku aku mengeluarkan dompet itu untuk mengambil uang saat membayar tukang ojek, tiga hari yang lalu. Yes. Berarti selama TIGA HARI tersebut aku benar-benar lupa akan dompet tersebut. Manusia macam apa aku!!?

Aku mencarinya di ruang kerja.
Aku mencarinya di ruang tamu.
Aku mencarinya di kamar mandi.
Bahkan aku sampai membongkar kasur tempat tidur.

Ketemu? Kagak!
Capek? Iyaak!

Dan seperti biasanya. Saat capek aku segera rebahan. Mengumpat dan mengeluh like an ordinary man. Oh sial. Tidur-tiduran saat tak ada jawaban memang menyenangkan. Dan oh sial, dompetku belum ketemu.

What should I do?
Entahlah. Dalam keadaan kalut nan menyebalkan itu aku berpikir banyak hal. Hal-hal baik yang aku lakukan kepada orang lain dengan ikhlas. Maupun yang tidak ikhlas, namun tetap aku lakukan. Dan tiba-tiba aku menjadi manusia yang penuh dengan perhitungan.

Kenapa aku harus berbuat baik kepada orang lain jika balasan dari Tuhan adalah selalu hal-hal yang menyebalkan. Pahala? It's not good to say, but I think 'pahala' is bull shit.

Pikiran negatif terus berkumpul. Membuatku makin capek. Apalagi jika mengingat bahwa aku harus ribet mengurus ATM dan KTP. Sebuah rentetan aktivitas yang melelahkan seperti saat aku kecopetan tahun lalu. Lelah. Dan menyebalkan. Di dalam rebahan yang penuh keputusasaan, mengeluh adalah keniscayaan.

Belasan menit berlalu dalam hening. Suka tidak suka aku harus mengatur rencana selanjutnya. Tidak baik terlalu lama berduka. Dengan penuh enggan aku bangun dari spring bed.

Duduk dengan pandangan kosong menatap lurus ke depan. Terlihat Studio gambarku yang suram, buku-buku komik tertata rapi, laptop yang masih belum sempat aku bereskan, karpet biru penahan dingin, sofa coklat, dengan dompet berwarna biru gelap di bawahnya.

Wait a minute?
Dompet gue!!!??
Dalam hitungan detik dompet itu langsung kuraih.

Anjir, ternyata dompet itu terselip di bawah sofa coklat. Tepat di bawahnya. Aku bahagia. Sayup-sayup aku mendengar Gusti Allah menyindir.

"Oalah Le, lagi tak jak guyon ae koe mumet lan nyepelekne aku!"

Aku agak sedikit malu. Aku jadi ingat celetukan seorang teman, ia bilang, logika Tuhan dan logika manusia itu tidak bisa disamakan.

Jika ada suatu masalah dan logika manusiamu tidak bisa menyelesaikannya, maka saat itulah serahkan semua hal tersebut kepada logika Tuhan. Klise sih, aku enggan mempercayainya. Namun mau bagaimana lagi, setidaknya pendapat itu yang sangat sesuai dengan kejadian ini.

Mujix
Keknya dompet nyelip itu terjadi gara-gara kemarin keponakan main ke kamar. Entah menyenggol atau mindahin barang. Yang jelas, aku tidak meletakkan dompet di tempat seaneh itu.
Simo,11 Februari 2020

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...