Langsung ke konten utama

Kunci Motor

Kunci motorku hilang entah di mana. Kamar sudah berantakan aku obrak-abrik. Semua ruangan sudah aku sambangi mondar-mandir kayak setrikaan. Dan tidak ketemu. Aku masuk kamarku lagi untuk kesekian kalinya. Termenung sambil melepas jaket, sepatu, sarung tangan dan pernak-pernik lainnya dengan gontai. Aku seperti kecolongan sore ini, bahkan motor Lexi gantengku sudah ada di teras siap mengaspal untuk melibas cakrawala yang mendung menggantung. 

Ya,  sore itu aku memang sudah rapi jali buat tancap gas ke Pasar Simo untuk mengambil uang biaya jatah bulanan. Aku lupa kalo hari ini ternyata saatnya membayar tagihan internet. Dan apesnya tetanggaku yang menjadi penyedia layanan tersebut tak memiliki rekening bank yang sekirannya bisa aku transferin duit. Jadi begitulah. Harus segera ke Pasar Simo untuk mencari uang cash. 

"Wis temu, Yon!?" tanya bapakku masuk kamar sambil membawakan senter.

"Durung,  Pak,  sik, sik!" tanganku meraih senter yang diulurkan oleh bapak. Aku kemudian melongokkan kepala ke bawah meja sambil menyinarkan senter. Nihil,  tentu saja. Soalnya aku sudah tahu polanya. 

Pola?  Pola apa? Jadi aku punya kebiasaan, jika meletakkan kunci itu kalau tidak di 'meja kerja' pasti di 'kantung jaket'. Ya dua itu, harusnya tak terlalu jauh dari dua benda itu. Itu sudah seperti kebiasaan otomatis setiap harinya. 

Kenapa meja kerja?  Tempat itu sangat lapang dan sangat mudah terjangkau oleh mata. Kenapa kantung jaket? Tempat itu sangat aman karena ada resletingnya. 

Hanya saja, tadi malam ada bocor hebat di kamarku. Air meluber mendadak dari genteng dan menggenangi meja kerja tempat laptopku tergeletak. Yah, kurasa kalian bisa membayangkan seberapa hectic keadaanku malam itu. Banyak benda berpindah tempat,  banyak barang berubah posisi. Dan bisa jadi kunci motorku terpelanting dinamis entah ke mana.

"Mulakmen nek ndue kunci kui diwenehi bandul sing gede! " omel mamakku ngeliat anaknya teledor lagi untuk ke sekian kalinya. 

"Uwis tak kei,  Mak!  Lumayan gede juga kok!? " jawabku tak mau kalah. Ah andai saja kunci motorku bisa aku kasih gantungan segede hutang negara, pasti akan sangat mudah sekali untuk ditemukan. 

Aku terduduk di kasur dengan kalut. Satu hal yang selalu kupelajari dari sebuah kehilangan barang adalah 'jangan panik dan tetap tenang'. Aku menghela napas panjang. 

'Jangan panik dan tetap tenang,  Ndase!!' begitu pikirku lagi. Nyatanya hidup tak segampang omongan orang bijak. 

Baiklah, pikiranku mencoba untuk mengurai benang kusut peristiwa ini. 

Titik klimaks apa sih yang bakal terjadi saat kita berusaha mencari barang yang hilang? Satu,  barangnya ketemu. Dua,  barangnya tidak ketemu. Dan terakhir, barangnya ketemu namun entah kapan. 

Ya,  hanya ada tiga opsi tersebut. Tetap tenang. Dan mencoba memikirkan solusi dari permasalahan ini. Pikiranku mulai berpacu keras. Muncul asap dari dari ubun-ubun. Lalu beberapa menit kemudian ide cemerlang datang. Kurasa ide tersebut bisa dijadikan harapan dari problem ini. Mungkin. 

Aku bergegas menuju teras ke lokasi motor Lexi gantengku terparkir. Aku memutar knop kuncinya. Tidak bergeming sedikitpun. Tentu saja bloon,  kan kuncinya gak ada. 

Aku memundurkan motor ke ruang tamu. Bapak melihatku dengan penuh tanda tanya. Beliau bingung dengan apa yang sedang aku lakukan. 

Jadi begini. Motor Lexi ini dikaruniai berkah yang bernama 'smart key system'. Sebuah kunci fisik yang tidak harus 'dicolokkan' ke motor. Mesin motor bisa dioperasikan dengan perangkat elektronik via sinyal dalam jarak tertentu. 

Yak,  kuncinya adalah 'jarak tertentu'. Ide brilianku bilang 'jika jarak tertentu itu terjangkau oleh sistem kunci pintar tersebut,  maka sudah pasti motor tersebut bisa dinyalakan'. 

Percobaan pertama ya di teras tadi. Gak bisa diputar sedikitpun, itu tandanya sang kunci tidak berada di sekitar sana. 

Aku lalu memundurkan motor ke ruang tamu. Ya,  percobaan selanjutnya di tempat ini. Dadaku deg-deg-an euy. Tanganku terulur mencoba memutar kenopnya lagi. Tenaga aku salurkan dari seluruh badan ke tangan. Dengan menahan nafas, kuputar kenop itu. 

"Mak Ckleeeeek!!  Psiyuuuuu!! Brrrrrrrrrmmm!!  " terdengar suara kenop kuncik mesin yang bersatu padu dengan getaran motor. Menyala!  Motor Lexi gantengku hidup! Eurekaa!!!  Hatiku rasanya mak pyar. 

Kenapa aku yakin banget kuncinya ada di dalam rumah? Ya soalnya itu tadi,  motorku terakhir nyala saat aku berada di dalam rumah. Kalo jauh dari kunci,  itu motor kan gak bisa nyala. 

Sempat terbesit pemikiran, 'misal di ruang tamu tu motor gak idup, keknya bakal aku seret-seret ke seantero sudut rumah buat nemuuin kunci'.  

Jadi motorku sudah menyala kan ya. Nah tapi kuncinya belum ketemu. Petunjuknya ya itu tadi, si kunci berada di ruang tamu. Namun entah di mana. 

"Lha iki iso urip, Mak!" kataku bersemangat. "Kudune kunci motor'e ono neng daerah kene!" ucapku lagi. 

Aku langsung menoleh random ke segala arah. Sambil mencari petunjuk tambahan. Gelagatku udah kek Sherlock Holmes yang nyari Share Lok tempat kunci. 

Mataku tertuju ke sebuah jaket kulit berwarna coklat yang teronggok pasrah di atas motor Kharisma. 

Wait a minute! Aku langsung tepok jidat! Tanganku langsung meraih jaket tersebut dan sesegera mengobok-obok kedua sakunya. Dan voila! Kunci laknat itu berada di sana. Eurekaaaaaaaaaaaaa!!!!!! 

Rasanya langsung mak pyar untuk kesekian kalinya! Jadi gaes,  semua habbit check yang aku terapkan di awal postingan ini memang gak salah. Kunci motor memang benar berada di saku jaket. 

Cuman bukan jaket yang biasanya aku pakai! Untuk kasus kali ini yang jadi tersangka adalah jaket kulit warna coklat punya bokap!! 


Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...