Langsung ke konten utama

Coldplay dan Sepeda Motor di Ruang Tamu.

Malam ini timeline Twitterku (atau X-ku? Ga ena banget) bersliweran tweet Chris Martin main piano sambil berpantun. Iya berpantun. Aku tersadar kalau hari ini Coldplay konser di Jakarta. Aku terdiam sejenak mengingat beberapa bulan yang lalu, hari di mana semua orang hype mengenai konser ini. 

***

Beberapa bulan yang lalu. Aku berjalan menuju mushola untuk sholat isya di daerah Rs. Brayat bersama Geng Kobra. Ya kami berbicara random mengenai apapun. Dan tentu saja tiket Colplay. 

"Lhooh koe meh nonton, Ji!?" tanya salah satu anggota Genk. 

"Koyoe sih. Soale band ini nek konser sangar panggung'e!" jawabku dengan senang. 

"Wiih mantap, aku nggo pesen tiket nganti gae akun Bank anyar lhoo! Koe ra gawe sisan!?" tanyanya lagi. 

"Oralah. Aku santai kok! Misal ra entuk neng jalur reguler yo yowis! Hahaha"

Dan begitulah obrolan itu meluncur sampai jauh. Waktu terus berjalan menbawa sebuah impian baru, yakni keinginan untuk nonton Coldplay. 

Tiba hari H pemesanan tiket. Aku sudah masuk ke landing page loket. Memandang nanar layar komputer sambil berpikir ulang. Apakah ini tindakan yang benar?

Beban yang kurasakan saat ini berbeda dengan beban saat aku memesan tiket Westlife di Yogyakarta. Iya udah beda kota juga sih,  makanya beda nominal biaya juga. 

Pikiranku sekali lagi mengkalkulasi semua ongkos. Pikiranku sekali lagi mengimajinasi semua peristiwa. Biaya penginapan, biaya makan, biaya transportasi, semua bergumul bercampur dengan ekspektasi.

Yang semua itu berujung ke sebuah pertanyaan pamungkas. 

"Apakah aku akan BAHAGIA jika aku mengeluarkan uang sebanyak ini untuk sebuah kebutuhan tidak terlalu penting?"

Uangnya ada. Separuh tabungan uang reksadanaku lebih dari cukup. Iya bakal menguras tabungan. Tabungan yang kau cari dengan kerja keras serabutan tersebut. 

Lucunya, di keadaan yang sedang penuh konflik itu aku teringat kalimat di meme random timeline yang beredar di medsos. 

"Kalau masih parkir motor di ruang tamu, lebih baik jangan memaksakan diri nonton konser Coldplay!"

Mataku melirik ke ruang tamu. Dan motor Lexi Kejoraku terparkir di sana. 

"Ya Alloh,  cakep banget motorku!" Aku membatin lalu tersenyum kecut sambil menghela nafas panjang dan misuh pelan. 

"Gwej masih kismin bangssstt!"

Landing page tiket Colplay aku tutup dengan perlahan. Ya sudahlah. Aku jadikan konser ini sebagai cita-cita yang baru. Aku kembali menggambar kerja serabutan, sambil mendengarkan suara Chris Martin di Youtube.  

"When you try your best, but you don't succeed"

***

Waktu terus bergulir hingga malam ini datang. Saat melihat video itu aku teringat temanku. Aku yakin doi ada di salah satu penonton konser. Ingatanku kembali mengalir. Ternyata keputusanku menunda pembelian tiket itu sebuah keputusan yang benar. 

Beberapa bulan yang lalu adiku terkena masalah keuangan gara-gara (katanya) pinjol dan (kemungkinan) judi slot. Dua hal tersebut menghantam mental kedua orang tuaku tanpa ampun. Hutangnya puluhan juta! Dan solusi instannya adalah tabungan reksadanaku! 

"Could it be worse?"

Dan kalian kira-kira sudah tahu kan bagaimana endingnya? Yap benar!  Tanpa melihat konser Coldplay-pun uang reksadanaku tetap terkuras! 

Lalu pertanyaannya jadi beda lagi ini. 

"Apakah aku akan BAHAGIA jika aku mengeluarkan uang sebanyak ini untuk sebuah KEBUTUHAN PENTING?"

Jawabannya TIDAK! aku tidak bahagia mengeluarkan uang puluhan juta untuk menutupi hutang tersebut. Walaupun itu kebutuhan yang penting buat keluargaku. Aku tidak bahagia babar blass. Isine emosi tok!!

Namun, aku sadar. Hidup emang perduli siapa yang bahagia atau siapa yang tidak bahagia?

Fokus utama dalam permasalahan ini sebenarnya adalah mental kedua orang tuaku. Bapak stress. Mamak sering menangis. Jika problem ini terus berlanjut dalam tempo yang konsisten di jangka waktu yang lama, semua orang tahu ke arah mana masalah ini akan berlabuh. Ya, ke masalah gangguan kesehatan. 

Berbekal keinginan agar mereka berdua tetap sehat dan bisa bahagia, uang tersebut akhirnya tetap aku gunakan untuk membereskan hutang tersebut. 

Dan begitulah drama tiket konser Coldplay ini berakhir. Suka atau tidak suka, uang yang seharusnya pergi akan tetap pergi. Terlepas dirimu bahagia atau tidak! 

"Lights will guide you home"

Mujix
Terus burn out dong. Apalagi kerjaan mulai random. Was was juga soale uang di tabungan dana daruratku buat apapun itu udah gak ada, sebagian berubah jadi kayu warisan di kebun. Wkwwk
Simo, 16 November 2023

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...