Langsung ke konten utama

Koper

Seorang gelandangan menemukan koper, dia membuka dengan paksa dan terkejut dengan apa yang ia temukan. Seminggu kemudian ditemukan jasad gelandangan mati membusuk dengan darah membuncah ke segala arah. Dua penyidik kapolres dan satu wartawan memeriksa TKP dengan harapan menemukan petunjuk. 

Namun tidak ada petunjuk besar yang tertinggal. Hanya ada darah yang mengering. Dan sebuah bidang persegi di depan mayat yang bersih tak ada darah setetespun. Ketiga orang itu berpandangan heran. 

Rapat investigasi dilakukan. Ketiga orang itu bergumul dengan fakta dan informasi yang carut marut. Foto-foto lokasi kejadian dan data-data berada di berkas polisi. Kedua petugas tersebut sudah bersikeras menutup kasus tersebut dan menganggapnya kecelakaan, namun wartawan itu menyangkalnya dan memaksa mereka berdua untuk meneruskan kasus tersebut ke tingkat atas. Kedua polisi itu tertawa, mereka bilang buat apa meneruskan kasus jika tidak ada uangnya. Sebuah ironi. Sang wartawan kembali ke kantornya dengan perasaan was-was dan tidak tenang.  Ia merasa kasus ini belum berakhir.

Beberapa hari kemudian. Di satu hari yang sama, enam puluh orang mati dengan cara yang cara yang aneh. Mereka semua meledak dan menghamburkan darah di berbagai tempat yang berbeda. Kepolisian mulai kacau. Beberapa fasilitas kesehatan dipenuhi kepanikan. Wartawan kita terhenyak dengan sebuah tanya yang besar. Sial tragedi yang ia khawatirkan mulai terkuak. 

Investigasi dilakukan lagi. Sang wartawan mendapat mandat dari redaksi untuk meliput kejadian itu secara ekslusif. Berbagai pemikiran yang bersliweran menumpuk menjadi satu. Saat semuanya mulai ia mendapat panggilan ke kantor kepolisian untuk rapat rahasia bersama para petinggi. 

Rapat rahasia ini ternyata bukan di kantor atau di hotel. Namun di sebuah angkringan kecil di sebuah gang sempit di tengah kampung yang kumuh dan terbengkalai. Malam hari pukul 11 ia sudah bergerak menuju lokasi pertemuan. Angkringan tampak dari kejauhan. Ada sekitar lima orang di sana. Mereka mulai memperkenalkan diri. Ada kepala polisi, kepala intelejen negara, pejabat pemerintahan kota, kepala gangster dan satu orang perempuan mata sipit berpakaian serba hijau.

Obrolan demi obrolan. Disimpulkan jika kasus aneh yang terjadi baru-baru ini disebabkan oleh senjata pemusnah massal misterius dari pihak yang belum diketahui. Senjata pemusnah massal di dalam koper!!?? Gila!! 

Mujix
Premis komik baru nih? 
Kacangan,  22 Agustus 2024



Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...