Motorku meluncur cepat di daerah Sambi yang diselimuti pagi cuaca cerah nan berangin. Beberapa hentakan saja sebentar lagi akan melewati Waduk Cengklik yang jalannya di dominasi oleh motor dan mobil. Mereka semua bersliweran dengan cukup kencang di sekitarku. Pagi ini benar-benar ramai.
Kala berkendara mataku mencoba untuk selalu menyerap semua rupa di sepanjang jalan. Pandanganku tertuju ke sebuah benda berwarna hitam yang berada beberapa meter di depan jalurku. Kok seperti kucing ya?
Ah masak kucing! Palingan kantong kresek! Batinku. Semakin mendekat rupa benda itu semakin terlihat! Ya Alloh beneran kucing! Dengan sedikit hentakan aku menghindari hewan malang tersebut.
Pikiranku ngeblank dan loading sejenak sambil meneruskan laju motorku. Setelah agak jauh beberapa detik kemudian aku tersadar.
Itu ada kucing hitam tergeletak di bahu tengah jalan! Sepertinya ia telah tertabrak oleh entah siapa. Dan dogolnya si penabrak sepertinya tak perduli.
Aku segera putar balik. Setahuku kucing itu masih hidup. Dan aku khawatir kucing itu malah dilindas oleh pengendara lain. Motor kugeber kencang sampai lokasi.
Dan benar saja kucing itu masih di sana. Tampak beberapa motor berkelok menghindari sang kucing.
Motor segera aku pinggirkan ke trotoar. Jangankan pengendara motor, seorang pria yang jogging melewati kucing itu pun tampak acuh. Dalam hati aku mengumpat.
Aku sedikit berlari sambil melambaikan tangan untuk menyebrang jalan yang ramai. Nafasku sedikit ngos-ngosan. Beberapa detik kemudian aku sudah berada tepat di depan kucing itu.
Seluruh tubuhnya berwarna hitam legam ternodai beberapa muncratan darahnya sendiri. Saat aku angkat tubuhnya masih hangat. Segera aku pinggirkan di bahu jalan. Pikiranku berkecamuk. Malang sekali nasib kucing ini. Hanya ini yang bisa aku lakukan sembari berdoa semoga kucing itu bisa sehat seperti sedia kala.
Ada keinginan membawa ke dokter hewan, namun situasi tak memungkinkan. Tidak tau tempatnya, tidak ada uangnya, belum tersedia waktunya, dan segudang alasan lain yang membuatku makin sedih dengan rasa ketidakberdayaan ini.
Rasa ini mengingatkanku dengan seorang tetanggaku yang kemarin baru saja meninggal karena kangker. Ia tak bisa diselamatkan karena ketidak becusan oknum rumah sakit, bobroknya birokrasi dan lemahnya sistem fasilitas kesehatan yang disediakan oleh oknum pemerintah.
My life kinda like disasters now!
Mujix
Sambi, 7 September 2024