megamendungkelabu

Rabu, 07 September 2022

Kunci Motor

Kunci motorku hilang entah di mana. Kamar sudah berantakan aku obrak-abrik. Semua ruangan sudah aku sambangi mondar-mandir kayak setrikaan. Dan tidak ketemu. Aku masuk kamarku lagi untuk kesekian kalinya. Termenung sambil melepas jaket, sepatu, sarung tangan dan pernak-pernik lainnya dengan gontai. Aku seperti kecolongan sore ini, bahkan motor Lexi gantengku sudah ada di teras siap mengaspal untuk melibas cakrawala yang mendung menggantung. 

Ya,  sore itu aku memang sudah rapi jali buat tancap gas ke Pasar Simo untuk mengambil uang biaya jatah bulanan. Aku lupa kalo hari ini ternyata saatnya membayar tagihan internet. Dan apesnya tetanggaku yang menjadi penyedia layanan tersebut tak memiliki rekening bank yang sekirannya bisa aku transferin duit. Jadi begitulah. Harus segera ke Pasar Simo untuk mencari uang cash. 

"Wis temu, Yon!?" tanya bapakku masuk kamar sambil membawakan senter.

"Durung,  Pak,  sik, sik!" tanganku meraih senter yang diulurkan oleh bapak. Aku kemudian melongokkan kepala ke bawah meja sambil menyinarkan senter. Nihil,  tentu saja. Soalnya aku sudah tahu polanya. 

Pola?  Pola apa? Jadi aku punya kebiasaan, jika meletakkan kunci itu kalau tidak di 'meja kerja' pasti di 'kantung jaket'. Ya dua itu, harusnya tak terlalu jauh dari dua benda itu. Itu sudah seperti kebiasaan otomatis setiap harinya. 

Kenapa meja kerja?  Tempat itu sangat lapang dan sangat mudah terjangkau oleh mata. Kenapa kantung jaket? Tempat itu sangat aman karena ada resletingnya. 

Hanya saja, tadi malam ada bocor hebat di kamarku. Air meluber mendadak dari genteng dan menggenangi meja kerja tempat laptopku tergeletak. Yah, kurasa kalian bisa membayangkan seberapa hectic keadaanku malam itu. Banyak benda berpindah tempat,  banyak barang berubah posisi. Dan bisa jadi kunci motorku terpelanting dinamis entah ke mana.

"Mulakmen nek ndue kunci kui diwenehi bandul sing gede! " omel mamakku ngeliat anaknya teledor lagi untuk ke sekian kalinya. 

"Uwis tak kei,  Mak!  Lumayan gede juga kok!? " jawabku tak mau kalah. Ah andai saja kunci motorku bisa aku kasih gantungan segede hutang negara, pasti akan sangat mudah sekali untuk ditemukan. 

Aku terduduk di kasur dengan kalut. Satu hal yang selalu kupelajari dari sebuah kehilangan barang adalah 'jangan panik dan tetap tenang'. Aku menghela napas panjang. 

'Jangan panik dan tetap tenang,  Ndase!!' begitu pikirku lagi. Nyatanya hidup tak segampang omongan orang bijak. 

Baiklah, pikiranku mencoba untuk mengurai benang kusut peristiwa ini. 

Titik klimaks apa sih yang bakal terjadi saat kita berusaha mencari barang yang hilang? Satu,  barangnya ketemu. Dua,  barangnya tidak ketemu. Dan terakhir, barangnya ketemu namun entah kapan. 

Ya,  hanya ada tiga opsi tersebut. Tetap tenang. Dan mencoba memikirkan solusi dari permasalahan ini. Pikiranku mulai berpacu keras. Muncul asap dari dari ubun-ubun. Lalu beberapa menit kemudian ide cemerlang datang. Kurasa ide tersebut bisa dijadikan harapan dari problem ini. Mungkin. 

Aku bergegas menuju teras ke lokasi motor Lexi gantengku terparkir. Aku memutar knop kuncinya. Tidak bergeming sedikitpun. Tentu saja bloon,  kan kuncinya gak ada. 

Aku memundurkan motor ke ruang tamu. Bapak melihatku dengan penuh tanda tanya. Beliau bingung dengan apa yang sedang aku lakukan. 

Jadi begini. Motor Lexi ini dikaruniai berkah yang bernama 'smart key system'. Sebuah kunci fisik yang tidak harus 'dicolokkan' ke motor. Mesin motor bisa dioperasikan dengan perangkat elektronik via sinyal dalam jarak tertentu. 

Yak,  kuncinya adalah 'jarak tertentu'. Ide brilianku bilang 'jika jarak tertentu itu terjangkau oleh sistem kunci pintar tersebut,  maka sudah pasti motor tersebut bisa dinyalakan'. 

Percobaan pertama ya di teras tadi. Gak bisa diputar sedikitpun, itu tandanya sang kunci tidak berada di sekitar sana. 

Aku lalu memundurkan motor ke ruang tamu. Ya,  percobaan selanjutnya di tempat ini. Dadaku deg-deg-an euy. Tanganku terulur mencoba memutar kenopnya lagi. Tenaga aku salurkan dari seluruh badan ke tangan. Dengan menahan nafas, kuputar kenop itu. 

"Mak Ckleeeeek!!  Psiyuuuuu!! Brrrrrrrrrmmm!!  " terdengar suara kenop kuncik mesin yang bersatu padu dengan getaran motor. Menyala!  Motor Lexi gantengku hidup! Eurekaa!!!  Hatiku rasanya mak pyar. 

Kenapa aku yakin banget kuncinya ada di dalam rumah? Ya soalnya itu tadi,  motorku terakhir nyala saat aku berada di dalam rumah. Kalo jauh dari kunci,  itu motor kan gak bisa nyala. 

Sempat terbesit pemikiran, 'misal di ruang tamu tu motor gak idup, keknya bakal aku seret-seret ke seantero sudut rumah buat nemuuin kunci'.  

Jadi motorku sudah menyala kan ya. Nah tapi kuncinya belum ketemu. Petunjuknya ya itu tadi, si kunci berada di ruang tamu. Namun entah di mana. 

"Lha iki iso urip, Mak!" kataku bersemangat. "Kudune kunci motor'e ono neng daerah kene!" ucapku lagi. 

Aku langsung menoleh random ke segala arah. Sambil mencari petunjuk tambahan. Gelagatku udah kek Sherlock Holmes yang nyari Share Lok tempat kunci. 

Mataku tertuju ke sebuah jaket kulit berwarna coklat yang teronggok pasrah di atas motor Kharisma. 

Wait a minute! Aku langsung tepok jidat! Tanganku langsung meraih jaket tersebut dan sesegera mengobok-obok kedua sakunya. Dan voila! Kunci laknat itu berada di sana. Eurekaaaaaaaaaaaaa!!!!!! 

Rasanya langsung mak pyar untuk kesekian kalinya! Jadi gaes,  semua habbit check yang aku terapkan di awal postingan ini memang gak salah. Kunci motor memang benar berada di saku jaket. 

Cuman bukan jaket yang biasanya aku pakai! Untuk kasus kali ini yang jadi tersangka adalah jaket kulit warna coklat punya bokap!!