Langsung ke konten utama

Rainy Day Conversation


“ Dear, kamu beneran gak mau payungan ma aku?”

“Enggak”

“Kenapa? Hujannya lumayan deres juga lho”

“Gak papa”

“Kok gitu?”

“gitu gimana sih sayang?”

“iya itu, ngapain hujan-hujanan. Ntar sakit, banyak yang repot lho…”

“Gak papa, paling yang repot juga kamu”

“yeee… aku sih gak bakal mau direpotin. Sini cepet, payungan ma aku”

“ah…”

“yee.. Malah ngejauh gitu. Marah ya ma aku?”

“kok nyampe suku kata  ‘marah’ sih? ”

“trus, ngapain kalo kamu gak marah tapi ngejauh dan gak mau jalan bareng ma aku”

“…………………”

“ jangan diam dong, dear”

“aku ingin merasakan hujan”

“heh? Hujan ?”

“iya, hujan. ”

“emang kenapa dengan hujan?”

“kenapa ya? Bingung ngomongnya.”

“heh? Bingung? Kayak jawab soal ujian aja bingung”

“hmm intinya sih, ketika hujan itu jatuh di kulitku, aku merasa benar-benar hidup, ada ritme dari semesta, 
aduh.. Gimana ya ngejelasinnya”

“terus?”

“terus apanya? Soal hujannya?”

“iya iyalah, masa soal ujian mati-matika”

“hm…….”

“hm?”

“ada hidup yang terlimpahkan dari Semesta untuk manusia melalui hujan”

“bingung… jangan sok rumit gitu, dear”

“ada yang lebih rumit lagi, kamu mau tahu, sayang?”

“apa?”

“sebentar lagi kamu akan tahu”

“kok gitu?”

clue-nya adalah hujan di tengah matahari yang bersinar terik ini”

“hihihihihihi”

“kok ketawa, sayang?”

“enggak.”

“kok enggak. Itu tadi abis ngetawain aku ya?”

“enggak kok, suwer. Terus-terus, clue selanjutnya apa?”

the second clue you can find there, my dear

“owh…. Pelangi? Dear, itu pelangi kan? Kok aku bisa gak liat ya?”

“kamu sih, terlalu banyak sibuk ngurusin soal ‘payungan’ dan ‘Ntar sakit’”

“waaaah… walau cuman sepotong, udah hampir beberapa tahun aku gak liat pelangi”

“sama, aku juga gitu sayang”

“……………………………..”

“……………………………..”

“sayang, kok diem?”

“……………………………..”

“……………………………..”

“ hei? Kok nangis, sayang?”

“enggak kok dear, siapa yang nangis”

“mana tanganmu, hari ini aku sedang malas berbagi payung, tapi jika hanya untuk menggenggam tanganmu 
agar kamu bahagia, aku masih bisa”

“hihihihi, ngaco”

“sayang?”

“hmm? Beberapa hari yang lalu aku kepikiran soal pelangi”

“kepikiran? Ah, pasti gara-gara bab 4 komikmu yang sedang di kerjain itu ya”

“iya, bab 4 yang berjudul ‘somewhere over the rainbow’. Di depan compie, merasa semuanya sangat payah. 
Dan tiba-tiba berharap bisa melihat pelangi, sekejap saja ”

“dan akhirnya harapan itu terwujud sore ini?”

“iya”

“hihihihihihi, seperti biasa. Sok mellow. Keinget mantan ya?”

“iya, ah, belum mantan juga sih”

“kamu gak khawatir aku marah, dear”

“ngapain marah, aku kan udah mengerti kamu, sayang”

“ hihihihi”

“sayang? Menurut kamu, pelangi itu kelihatan gak dari Serang?”

“dari Serang? Serang yang ibukota Jawa Tengah itu?”

“ARRGH!!!  Itu Semarang tau, gimana sih?”

“Ahahahaaha, bercanda dear, jauh amat”

“gak kelihatan ya?”

“iyalah, jauh lho Serang, jaraknya bermil-mil dari sini”

“iya juga ya”

“kenapa dear?”

“tiba-tiba aja keinget seseorang yang ‘belum mantan’ itu”

“trus?”

“menurut kamu, apakah ini semua memang yang terbaik buat aku, dia, kita, dan alam semesta?”

“hm…..”

“yah… kadangkala aku benar-benar gak tau harus berbuat apa, usia kita sudah tidak muda lagi, sayang.

Pilihanku dimasa lalu kadang membuatku muak dan bimbang.”

“errrr kamu sedang Mind block, dear?”

“I don’t Think so. But today is very hard and stuck”

“kurasa semua hal ini memang harus seperti ini, bukankan hidup itu mengalir seperti hujan, my dear?

“ya”

“tadi kamu juga bilang bahwa ‘ada hidup yang terlimpahkan dari Semesta untuk manusia melalui 
hujan’bukan?”

“yup”

“kurasa walau dia gak bisa ngeliat pelangi itu, dia akan melihat pelangi yang lain dari dirimu ketika kau 
menepati janji yang telah kau ucapkan, dear”

“misalnya?”

“lemontea, bukan komik cinta”

“uhahahaha”

“kenapa ketawa?”

“mukamu lucu saat bilang ‘komik cinta’ sambil menirukan penari balet”

“aaaahhh kamu jahat, dear”

“khukhukhukhu….”

“jahaaaaat!!!!”

“iya deh aku gak ketawa lagi…hihihi”

“lha itu….?”

“ini namanya bukan ‘ketawa’ ini namanya ‘meringis’”

“Huh… ya udah deh, aku juga ingin merasakan ‘ritme dari semesta’ bersama kamu”

“heeeee? ”

“kok ‘heeee’? Okeh, nih payungnya kamu aja yang bawa, kita hujan-hujanan bareng”

“oke sayang, habis ini kita mampir ke‘ wedang ronde’ di depan sriwedari yuk”

“siap!! My dear”

“uoooohhhh berangkat!!!!”

“yaaah?! Kok ninggalin aku sih?!”

“yang nyampe duluan di tempat ronde dia yang wajib ditraktir”

“aaaah…. Tungguiiiin, kamu nakaal”

“hihihihihihi…..”



Mujix
di ujung pelangi itu
ada kisah cinta kita yang belum
terbaca oleh semesta
Solo, 23 Desember 2012

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...