Pada suatu masa, ada adegan dimana aku sedang berbincang dengan seorang wanita di sebuah pinggir jalanan yang tidak aku kenal. Dia duduk diatas pagar yang terbuat dari tembok bercat putih, sedangkan aku bersender di gapura tempat pintu masuk. Tidak ada penghalang apapun diantara kami, kecuali ruang hampa bernama jarak yang aku buat agar aku bisa memandangi wajahnya leluasa. Wanita itu terus saja berbicara mengenai banyak hal yang hingga hari ini tidak dapat aku ingat lagi. Wanita itu terus saja memandang ke depan. Wajahnya yang sendu dengan semua pesona itu ternyata tak segera juga meluluhkan hatiku. Dia tidak tampak seperti pasangan yang kuidam-idamka. Namun yang pasti dia wanita yang baik dan aku merasa nyaman bersamanya. Setiap manusia hidup digerakkan oleh semua keinginan pribadinya masing-masing. Aku, wanita yang bercerita di sampingku, para siswa SMA yang berjalan cepat itu, atau bahkan kurasa matahari yang selalu datang dengan tepat waktupun mungkin juga digerakkan oleh keing...