Langsung ke konten utama

Di Teras Masjid

Ada seorang bapak tua sedang termenung di anak tangga Masjid Agung Solo. Beliau menatap nanar ke gerbang utara entah dengan memikirkan apa, aku juga tidak begitu tahu. Beberapa hari ini aku memang sedang sok puitis memikirkan seberapa rumit isi pikiran orang lain.

Bapak itu beranjak dari anak tangga dengan jalan tertatih-tatih menyebrangi lautan manusia yang tengah terkapar kelelahan. Di tempat ini sudah menjadi pemberhentian para manusia yang butuh energi tambahan, atau sekedar numpang tidur. Selalu ramai dan banyak yang tergeletak begitu saja.

Dan disaat seperti inilah aku mempercayai bahwa rumah Tuhan berfungsi sebagaimana mestinya. Sebuah tempat yang tepat untuk sekedar beristirahat dari kehidupan yang cukup pekat.

Entah untuk sekedar beribadat atau sekedar beristirahat, siapa yang perduli. Keduanya mempunyai fungsi yang sama, mengembalikan dan menormalkan sesuatu yang sedang salah. Entah itu secara lahir ataupun batin.

Sebenarnya tidak sepenuhnya salah sih, tapi semenjak manusia memiliki keinginan, sesuatu hal yang tidak sesuai dengan hasrat maka hal tersebut biasanya dianggap salah.

Sudah lebih setengah jam aku di tempat ini, diam memandang nanar seperti bapak tua itu atau sekedar bersandar di tiang masjid dengan muka lelah seperti para manusia lain yang ada di sini. Apa yang salah? Aku berkali-kali memikirkan hal tersebut dan tidak menemukan apapun yang sekiranya tepat untuk menjadi jawaban.

Ah. Siapa perduli. Aku hanya ingin sekedar beristirahat sejenak dari pikiranku yang rumit ini. Angin yang berhembus perlahan dan membelai pipiku itu semakin membuatku sadar.

Memahami pikiranku sendiri sepertinya menjadi pekerjaan rumah yang elegsn daripada sok romatis memahami pikiran orang lain.

Job cover buku mewarnai yang belum selesai, bayangan mbak mantan yang belum juga hilang, pajak penghasilan yang berhasil menguras dompet, bla, bla, bla!

Aku sedang malas mengurusi hal-hal itu. Baiklah. Aku akan mengikuti tingkah polah para manusia yang ada di sini. Tergeletak sejenak untuk memulihkan banyak hal di dalam diriku yang sedang sekarat.

Tuhan, aku numpang istirahat sejenak di tempat ini ya. Terimakasih.

Mujix
Abis berburu buku bekas dan tidak mendapatkan apa-apa. Ugh. Rasanya hampa terasa hidupku tanpa dirimu.
Solo, 5 April 2016

I

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...