Langsung ke konten utama

Hamzah

Pada suatu masa, ada adegan dimana aku sedang berbincang dengan seorang wanita di sebuah pinggir jalanan yang tidak aku kenal. Dia duduk diatas pagar yang terbuat dari tembok bercat putih, sedangkan aku bersender di gapura tempat pintu masuk.

Tidak ada penghalang apapun diantara kami, kecuali ruang hampa bernama jarak yang aku buat agar aku bisa memandangi wajahnya leluasa. Wanita itu terus saja berbicara mengenai banyak hal yang hingga hari ini tidak dapat aku ingat lagi.

Wanita itu terus saja memandang ke depan. Wajahnya yang sendu dengan semua pesona itu ternyata tak segera juga meluluhkan hatiku. Dia tidak tampak seperti pasangan yang kuidam-idamka. Namun yang pasti dia wanita yang baik dan aku merasa nyaman bersamanya.

Setiap manusia hidup digerakkan oleh semua keinginan pribadinya masing-masing. Aku, wanita yang bercerita di sampingku, para siswa SMA yang berjalan cepat itu, atau bahkan kurasa matahari yang selalu datang dengan tepat waktupun mungkin juga digerakkan oleh keinginan. Kurasa hanya itu satu-satunya yang aku pahami dari obrolannya di tempat ini.

Obrolan kami terganggu oleh getaran pelan yang muncul dari pagar tempat kami berada. Entah pondasinya yang buruk atau ada gempa bumi, aku tidak tahu. Kekhawatiran akan pagar dan gapura yang ambruk membuat kami untuk berpindah tempat. Kami hanya berjalan beberapa meter dari pagar dan melanjutkan lagi obrolan.

Tiba-tiba suara bergemuruh datang. Sumbernya berasal dari pagar tempat kami berbincang tadi. Kawan lamaku ternyata bersender di tempat yang sama denganku dan meloncat untuk menghindari reruntuhan.

Tanah yang aku pijak bergetar. Timbunan batu dan pecahan tembok tercipta dari gapura yang runtuh tersebut. Teman lamaku panik. Wanita di sampingku tiba-tiba berteriak seperti kesetanan.

"Ini salah Hamzah!! Ini salah Hamzah!!!"

Hamzah!? Hamzah siapa!!??
Aku tidak mengenal siapapun di dunia ini dengan nama 'Hamzah'.
Orang-orang berbondong-bondong menuju tempat gapura hancur dengan mengikuti teriakan wanita di sampingku.

"HAMZAH!!! INI SALAH HAMZAH!!!"
Teriakan para banyak manusia itu membuatku bergidik ngeri. Ada sesuatu yang salah dan tidak wajar di tempat ini. Kerumunan itu terus menjerit sambil berjalan pelan menuju gapura yang hancur.

Ada apa gerangan? Apakah ada sesuatu reruntuhan itu?

Wanita baik hati yang sejak tadi berada di sampingku, kini entah menghilang kemana. Brengsek! Umpatku di dalam hati.  Hanya dia yang aku kenal di tempat ini.

Aku akhirnya memutuskan untuk mencarinya di tengah kerumunan manusia yang terus saja menyalahkan Hamzah. Lagi-lagi pelajaran untuk menjadi berani dan menaklukan rasa takut adalah mata pelajaran yang tidak pernah berakhir di kehidupanku.

Manusia demi manusia aku lewati. Berhimpit dan berdesak-desakan. Perlahan aku sampai di tengah kerumunan. Tinggal beberapa langkah lagi aku bakal tahu apa yang terjadi.

Bau busuk tiba-tiba mulai tercium. Aromanya seperti bangkai tikus yang mati berhari-hari. Rasa mual mengaduk-aduk perut dan pikiran. Tinggal selangkah lagi.

Dan hap! Aku telah berada di tempat apa yang membuat manusia itu berkumpul. Pemandangan miris di tempat gapura hancur itu membuatku terhenyak. Kegilaan apa lagi ini!!?

Sumber bau busuk itu ternyata bukan berasal dari bau tikus yang mati. Bau busuk itu berasal dari mayat manusia yang membusuk.

Bukan hanya satu mayat manusia. Namun puluhan mayat manusia.
Mayat-mayat itu bergelimpangan dengan kondisi yang mengenaskan. Wajah membiru, daging terurai mulai hancur, darah kering bercecer berwarba hitam pekat. Ini adalah mimpi buruk yang paling buruk.

Mataku mengeryitkan pandangan ke tengah tumpukan banyak mayat itu. Ada laki-laki berambut keriting memandangku dengan tatapan kosong. Bulu romaku merinding.

Sosok lelaki yang sedang berdiri di tengah tumpukan mayat itu sosok lelaki aku kenal. Dia tersenyum kaku dingun kepadaku.

Perasaanku nyeri. Ketika aku mencoba menoleh untuk membuang pandangan, namun tiba-tiba ada sepasang tangan yang menahan kepalaku. Wanita itu akhirnya muncul. Dia menatap nanar ke wajahku sambil berkata:

"Hamzah... Hamzah..."
"Ini salah Hamzah..."

Mujix
Kiriman komik dari Jakarta udah datang. Baiklah. Aku akan belajar berbisnis dari komik ini. Semangat.
Kerten, 25 April 2016

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...