Langsung ke konten utama

Sempak

'Sempak' adalah istilah untuk menyebut celana dalam seorang laki-laki. Baru-baru ini seorang kawanku suka menggunakan kata 'sempak' tersebut untuk mengumpat. Ketika kutanya mengapa, dia menjawab.

" Lebih sopan daripada 'asu' dan lebih mantap karena ada huruh 'a' yang panjang'

Pikirku, perasaan semua kata umpatan memiliki  huruf vokal yang panjang. Kata umpatan 'sempak' nan mantap itu terdengar beberapa hari yang lalu. Saat dia sedang galau gara-gara urusan dinas yang mengharuskannya membeli tiket kereta api.

Kira-kira umpatannya seperti ini.
"SYEEMPAAAAAAKKK!!!"
Temanku berteriak sambil melemparkan tubuhnya ke kursi.

'Piye...piye...piye...?" tanyaku dengan tampang datar.

"Aku mau beli tiket tapi duit mepet! Nek ngene carane aku kudu piye maneh!?"  dia mengeluh sambil memegang kepala.

"Turu wae!"
Kataku acuh tak acuh sambil menjawab balasan chat di handphone.

"NDASE! Acara iki penting yo nggo aku!  Akhirnya semua pencapaianku diakui oleh publik" ujarnya sembari mematikan netbook.

"Lha piye maneh? Aku yo ora duwe duit! Hahaha" aku menjawab sambil tertawa untuk mencairkan suasana.

Suasana hening sejenak. Aku paham betul apa yang dia rasakan. Rasa kecewa karena sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi itu menyakitkan. Dan untuk beberapa orang, kejadian 'Kampret' itu terkadang terjadi berulang kali tanpa permisi.

"Aku mumet Jix, aku wis bingung kudu piye maneh. Sempak tenan kok!!"  ucapnya sambil menyembunyikan muka yang perlahan-lahan makin kusut.

Terkadang ada keadaan yang tidak bisa diubah. Berjuang sampai mampus-pun belum semuanya akan beres.  Tiba-tiba waktu telah berlalu. Tak mau berkompromi.

"Kui Lelakonmu, Coy! Nek iso nglewati koe bakal mundak level."  ujarku pelan. Aku sudah tidak tahu harus menasihati apa lagi.

Level yang mana? Entah. Aku sendiri juga hampir lupa. Terkadang hidup itu tidak melulu sebagaimana keras kita berjuang. Terkadang ada secuil 'pil pahit' kekalahan yang harus kecap agar suatu hari bisa merasakan 'permen manis' kehidupan.

Permen manis yang disembunyikan Sang Maha Pembuat Kisah yang membuat temanku mengumpat kata 'Sempak'.

Mujix
semua akar permasalahan adalah rasa lapar. Namun kabar baiknya,
Akar permasalahan dewasa ini bukan hanya rasa lapar, namun juga ego yang minta diisi oleh apresiasi.
SEMPAAAAAKKK!!!
Simo, 1 Agustus 2016

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...