Langsung ke konten utama

Rentenir

Siang ini aku menggambar di ruang tamu. Mamak, bapak dan tamunya sedang bergosip di luar. Aku sengaja tidak menyalakan musik agar bisa fokus ke komik yang tengah aku kerjakan. Dari meja gambar ini aku bisa mendengar apapun yang sedang mereka bicarakan di luar.

Mereka (yang didominasi oleh bapakku) ngobrol soal kandang burung murai. Mereka membicarakan soal sang tamu yang ingin pergi ke Solo. Mereka membicarakan mengenai uang. Ngalor ngidul hingga sampai ke tema soal penawaran dana segar dari rentenir.

Mamakku berkisah, pada suatu hari seorang rentenir datang. Rentenir itu menawarkan uang pinjaman beberapa juta. Mamakku menolaknya dengan tegas. Beliau tahu meminjam uang dari rentenir itu mempunyai bunga yang tidak wajar. Mamakku dicecar dengan berbagai hinaan. Namun yang membuat ibuku murka ialah saat sang rentenir mengatakan kalau warungnya yang menjual sayur adalah sampah.

Kemarahan meluap, mamakku lalu bilang walau ini warung sampah, warung ini sudah membuat anak-anaknya menjadi sarjana.

Aku mendengar kisah itu sambil tersenyum haru. Suka atau tidak suka aku dibiayai bisa sekolah setinggi universitas karena orang tuaku berjualan sayur di berbagai tempat. Karena tahu fakta tersebut, aku sangat berhati-hati dalam membuat permintaan. Tidak memiliki komputer, motor alias sarana transportasi, dan keadaan keuangan yang random, kurasa cukup untuk menggambarkan seberapa 'berdarah' masa-masa itu. Aku jadi teringat perjuangan yang berdarah-darah dulu demi mengejar gelar sarjana tidak sia-sia.

Rentenir itu akhirnya pergi dengan sangat dongkol dan malu disemprot mamakku. Mamakku hebat. Aku hampir bertepuk tangan saat beliau mengakhiri ceritanya dengan sangat heroik.

Mujix
Berjalan di jalan pedang. Hampir tergelincir.
Bogor, 18 Mei 2018

Postingan populer dari blog ini

Si Eja is Back!!

Tuyul kecil yang bernama Eja. suka menggelinding kemana-mana. kebiasaan terupdate dari si Tuyul ini adalah suka nyiumin knalpot sepeda motornya kakakku. iya, dia SUKA NYIUMIN KNALPOT.  makanya kalo motor abis di pake biasanya si Eja di buang dulu entah kemana. Abis nangis, soalnya dia suka gak terima kalo tiba-tiba di jauhin dari knalpot motor yang abis di pake. kasihan kan kalo ngemut knalpot panas, mending doi ngemut kerupuk atau ngemut dada ibunya saja (netek maksudnya -___-a). oh iya, kerupuk ini biasanya cuman di emut doang, jarang dimakan, kalo sedang gak mood si kerupuk cuman diremuk-remuk pake tangan. adegan 'meremuk kerupuk' itu ngingetin sama monsternya Ultraman saat menghancurkan gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo. sama-sama Brutal!!! adegan ini setidaknya menjelaskan bahwa Si Eja suka di kelitikin perutnya pake kepala bapakku yang botak. mungkin si Eja merasa geli-geli anget gimana gitu kali yaaa. adegan paling lucu yang bisa bik...

Laporan harian:)

Setelah berteori ria tentang makna MANUSIA dengan mas roso di postingan kemarin, sekarang saatnya melaporkan banyak hal yang terjadi dua mingguan kemarin. Hari ini adalah hari ke 25 di bulan mei, masih saja panas, terkantuk-kantuk dan tentu saja bermalas-malasan. Hidupku tak banyak berubah kurasa, berkutat dengan rutinitas yang akhir-akhir ini kurasa cukup menyenangkan. Aku sedikit banyak telah belajar tentang pengendalian mood dan semangat. Ada beberapa poin penting yang pelu dicatat dibulan mei ini, yang pasti aku dari awal bulan telah di sibukkan oleh profesi idealisku yaitu sebagai komikus amatir. Yeah.. kurasa kalian mengerti apa yang aku maksudkan, yup.. aku mulai mengerjakan lemon tea dengan semangat. Sebuah komik labil tentang cinta yang tertangguhkan selama hampir 1 tahun (dan hampir saja ide itu membatu menjadi fosil dan bermutasi menjadi virus mematikan bernama “galau”:D). Banyak kejadian yang membuatku memantapkan niatku untuk mengkelarkan projek ini, sengenggak-enggaknya...

November Rain!

Sudah beberapa hari ini, studio tempatku mengerjakan komik sangat berantakan. Berantakan pake banget. Sama berantakannya kayak muka gue.  Sebenarnya yang berantakan cuman meja gambarnya sih, sebenarnya itu juga BUKAN meja gambar yang kayak di studio-studio komik gituh. Lebih tragis lagi, aslinya meja tempatku mengerjakan komik adalah meja makan. Setahun sekali saat lebaran, meja itu biasanya dikeluarkan buat tempat toples Rempeyek, Rengginang, Jenang, dan tentu saja makanan-makanan alien lainnya.  Akhir lebaran tahun ini, meja makan itu dengan resmi bertransmigrasi dari ruang tamu menuju studio komik yang keren banget ini. Begitu. Bulan November 2014 seminggu lagi bakal abis, Dompetku juga mulai menipis, harga BBM yang kemarin naik makin membuatku meringis.  Terus aku kudu piye?  Aku juga tidak tahu, namun yang pasti, aku harus mengerjakan beberapa halaman komik yang belum kelar. Hal itulah yang membuat studio tempatku mengerjakan komik menjadi sangat berantakan...